My Husband from My First Love

terima kasih



terima kasih

0keesokan pagi nya.     
0

Sinta mulai membuka matanya dan melihat pria di sampingnya masih tidur dengan nyenyak.     

Sinta tersenyum melihat pria tampan yang sedang ada disampingnya saat ini.     

Sinta melihat kearah jam dinding dan jarum itu menunjukkan pukul setengah enam.     

Sinta berusaha bangun namun Daffin memeluknya dengan erat.     

Sinta berusaha keluar dari pelukan Daffin tapi Daffin malah membuka matanya.     

"hhmm ... sayang kamu mau kemana?" ucap Daffin dengan suara khas bangun tidur.     

"aku mau mandi, hari ini aku harus berangkat untuk bekerja!" jawab Sinta, dia pun bangun dan terduduk.     

Daffin menggosok matanya dan ikut merubah posisinya menjadi duduk.     

"ini masih pagi dan lebih baik kamu jangan masuk kerja dulu ya! temani kakek hari ini saja di rumah ini. Nanti sore aku jemput kamu sambil melihat rumah baru kita!" ucap Daffin, dia memeluk Sinta dengan erat.     

"rumah baru? memangnya kita tidak tinggal disini?" ucap Sinta dia masih bingung dengan ucapan Daffin.     

"iya, rumah kita! aku ingin hidup tenang berdua sama kamu sayang, jika disini, kakek pasti akan mengganggu kita, hhhmm ... sayang, aku tidak mau diganggu siapapun, kamu mengerti kan?" ucap Daffin, dia mencium pipi Sinta dengan lembut.     

Sinta tidak bisa menolak, dia hanya bisa mengikuti keinginan Daffin karena ucapan Daffin tidak ada salahnya.     

"iya, terserah kamu saja sayang, aku mengikuti kamu kok!" ucap Sinta, dia tersenyum sambil memandang wajah Daffin yang juga tersenyum padanya.     

"jadi, kamu tinggal disini dulu dan jangan dulu masuk kerja, oh ya tentang masalah kontrak kerja itu, aku akan mengurusnya karena kontrak kerja itu sudah menyalahi peraturan pemerintah dan sangat memberatkan kamu, jadi mereka lah yang akan mendapat masalah nanti, jadi setelah aku menyelesaikan kontrak kerja kamu, kamu bisa terbebas dari tempat itu dan tinggallah di rumah, jadi istri yang baik ya sayang!"     

Daffin tersenyum dan mengecup kening Sinta berkali-kali.     

mendengar itu, Sinta merasa bahagia, karena Daffin bisa membantunya.     

Sinta memeluk Daffin dengan erat dan mencium pipinya dengan lembut.     

"sayang, terima kasih! terima kasih sudah membantu aku! aku berjanji akan menjadi istri yang baik dan tidak akan membuat masalah apapun untuk kamu!" ucap Sinta, dia tersenyum gembira, dia benar-benar merasa sangat bahagia.     

Daffin tersenyum nakal dan berkata "benar ya jadi istri yang baik! layani suami kamu dengan baik dan sekarang aku minta hadiahnya, bolehkan?" ucap Daffin dia langsung menyambar bibir Sinta.     

Daffin menciumnya dengan sangat agresifnya.     

Dia ingin memakan Sinta saat ini juga.     

Sinta tersenyum dan dia menyerahkan dirinya karena hanya itu yang bisa dia berikan untuk Daffin.     

Daffin yang sudah tidak terkendali mulai melepaskan pakaian tidur Sinta satu persatu dan saat ingin melepaskan pakaian dalamnya.     

pintu kamarnya diketuk.     

Daffin dan Sinta pun terkejut, mereka baru saja ingin memulainya tapi sudah diganggu.     

Daffin merasa kesal, dia melepaskan Sinta yang sedang dalam pelukannya dan mengambil pakaian yang baru saja dia lepaskan tadi.     

Sinta langsung berlari dan masuk ke kamar mandi.     

melihat itu, Daffin menahan tawanya dan segera membuka pintu.     

Saat Daffin membuka pintu, kakek Wijaya sudah berdiri tegak disana.     

Dia mencoba melihat ke dalam dan mencari Sinta.     

Daffin menaikkan alisnya dan bertanya "ada apa kakek mengetuk pintu sepagi ini?"     

kakek Wijaya tidak peduli dengan ucapan Daffin, dia masih mencoba mencari Sinta "dimana Sinta? semalam dia berjanji akan menemani kakek hari ini?" ucap kakek Wijaya, dia malas melihat wajah Daffin.     

"dia sedang mandi, jadi kakek menggangu kami di pagi hari karena hal semacam itu?"     

"iya, kakek mencari Sinta, kakek bosan dengan kamu Daff!" ucap kakek Wijaya dengan wajah cemberut.     

krekk ...     

suara kamar mandi pun terbuka, Sinta keluar sudah memakai pakaian lengkap dan rambutnya yang masih basah, dia menggosoknya dengan handuk.     

saat Sinta melihat kakek Wijaya ada didepan pintu, Sinta langsung mendekatinya.     

Sinta berdiri dibelakang Daffin, sambil tersenyum Sinta menyapa kakek Wijaya.     

"kakek!!! kenapa kakek ada disini sepagi ini?" ucap Sinta, dia tersenyum lembut kearah kakek Wijaya.     

Daffin merasa tidak suka jika Sinta tersenyum seperti itu pada orang lain meskipun itu adalah kakeknya sendiri.     

Daffin langsung merangkul pinggang Sinta dan berkata "sayang, aku tidak suka kamu tersenyum kepada orang lain, kamu hanya boleh tersenyum padaku!" ucap Daffin dia langsung mencium pipi Sinta.     

Sinta merasa sangat terkejut karena Daffin bertingkah sangat memalukan.     

"sayang, disini ada kakek, kamu ... kamu sangat memalukan!" ucap sinta, dia menunduk malu.     

Daffin tidak peduli, dia tersenyum mengejek kearah kakeknya.     

kakeknya menahan tawa dan berkata "puft, Sinta jangan dengarkan Daffin, dia memang tidak tahu malu! hari ini jadi kan menemani kakek?"     

"jadi kakek, tapi aku harus membantu mas Daffin terlebih dahulu, soalnya dia tidak bisa memakai dasi," ucap Sinta, dia menutup mulutnya untuk menahan tawanya.     

Daffin melirik kearah kakek Wijaya dan berkata "kakek sudah mendengarnya kan? jadi kakek lebih baik tunggu saja dibawah, Sinta harus mengurus aku dulu," ucap Daffin sambil tersenyum mengejek.     

kakek Wijaya hendak bicara lagi tapi Daffin langsung menutup pintunya.     

Brakkk ...     

pintu pun tertutup dan meninggalkan kakek tua yang berdiri kaku didepan pintu sendirian.     

kakek Wijaya merasa kesal dengan Daffin.     

"Daff, kamu memang cucu kurang ajar! awas kamu ya! kakek akan merebut Sinta dari kamu! arrrgghhh, punya cucu satu saja sudah sangat mengesalkan sekali!" umpat kakek Wijaya, dia pun berjalan pergi meninggalkan kamar Daffin dan turun ke lantai bawah sambil terus menerus mengumpat Daffin.     

***     

Di dalam kamar, Daffin melepaskan rangkulannya dan menatap Sinta dari dekat "sayang, jangan sembarangan tersenyum lagi ya!"     

Sinta mengerenyitkan dahi dan berkata "kenapa? aku hanya tersenyum ramah pada kakek saja,"     

"senyum kamu sangat berharga untuk aku, jadi yang boleh mendapatkan senyum kamu hanyalah aku sayang," ucap Daffin sambil memegang kedua pipi Sinta.     

Sinta merasa aneh dengan Daffin tapi dia tidak ingin bertanya lagi. Sinta mengangguk dan menjawab "baiklah, aku akan menuruti permintaan kamu, jadi lebih baik sekarang kamu cepat pergi mandi, aku mau menyiapkan pakaian kantor kamu ya!"     

Daffin mengangguk dan mencium kening Sinta dan segera pergi masuk ke dalam kamar mandi.     

Sinta menghela nafas pendek dan berkata "huft, dia semakin aneh saja! aku tahu, aku ini miliknya tapi itu sudah sangat keterlaluan karena menyuruh aku untuk tidak tersenyum pada kakek nya? sangat aneh sekali kamu sayang!" gumam Sinta sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

Sinta tersenyum sendiri mengingat sifat Daffin yang begitu protektif padanya.     

Tiba-tiba, jauh di lubuk hatinya Sinta merasakan kehangatan didalam hatinya, apalagi mengingat Daffin yang akan mengurus surat kontrak kerjanya membuat Sinta semakin menyukai Daffin.     

tanpa Sinta sadari sosok Daffin sudah mulai tinggal didalam hatinya dan perlahan Sinta sudah mulai membuka hatinya untuk Daffin, perasaan yang Sinta juga belum mengerti dan dia juga belum menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada suaminya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.