THE BELOVED ONE

SEPINTAS SEORANG BAGAS



SEPINTAS SEORANG BAGAS

0"Hana." panggil Nicky di dalam kamar Hana , mereka berdua lagi asyik menonton video kartun, walaupun mereka berdua sudah tergolong dewasa masih saja suka nonton film kartun.     
0

"Hemmmm apa." jawab Hana tanpa menoleh, matanya masih fokus ke arah tv.     

"Tadi pagi ada tetangga sebelah main ke rumah, Ibu Elina namanya...apa kamu kenal Han?" tanya Nicky turun dari tempat tidur, mendekati Hana yang duduk di karpet depan tv.     

"Kenal sih gak, cuma sekedar tahu iya, memang kenapa Nick?" tanya Hana balik.     

"Tadi ibu Elina minta aku, untuk berteman dengan anaknya yang nomor dua, namanya Bagas, apakah kamu mengenalnya? atau sekedar tahu." ucap Nicky penasaran sekali dengan Bagas dan ingin tahu dari Hana, karna yang Nicky tahu, Hana adalah wanita yang supel dan mudah mengenal orang-orang di sekelilingnya.     

"Kenal sih juga gak Nick, tapi bertemu orangnya sih beberapa kali memang, orangnya cuek banget, kalau lihat sekilas mungkin kita berpikir dia sombong, tapi kata Mbok Minah, pembantu Bu elina, katanya sih Bagas itu orangnya baik, ini yang aku dengar yahh Nick." jawab Hana sambil beringsut menghadap Nicky.     

"Bagas setahun yang lalu mau merried, tapi gagal karena pengantin wanitanya lari sebelum hari pernikahannya, aku dengar pengantin wanitanya kembali ke mantannya yang orang bule, setelah kejadian itu seminggu kemudian Bagas mengalami kecelakaan tunggal, dan mengakibatkan dia ga bisa jalan, sampai hari ini pun masih seperti itu keadaannya, dingin tak tersentuh di kursi rodanya." cerita Hana panjang lebar tanpa sedikitpun Nicky menyela ceritanya. Nicky mendengarkan dengan sungguh-sungguh, sesekali ada rasa di dadanya yang tiba-tiba begitu sesak.     

Dia tidak tahu kenapa...padahal dia sama sekali belum mengenalnya dan tidak tahu juga wajahnya Bagas seperti apa.     

"Han...kapan-kapan ikut aku ya, ke rumah Ibu Elina, aku ingin mengenalnya, kasihan bu Elina aku lihat sangat sedih dengan keadaan Bagas." ucap Nicky sambil menghela nafas mengeluarkan hawa sesak di dadanya.     

"Oke...kalau pas kamu siap main ke sana, bilang saja ke aku, aku pasti akan ikut." jawab Hana sekaligus berdiri beranjak menuju ke tempat tidur.     

"Sekarang biarkan aku tidur, sudah malam, aku mengantuk." ucap Hana memeluk guling dan tersenyum nakal memandang Nicky dengan mata menggoda.     

Hana memberi isyarat lewat matanya , seakan menyuruh Nicky untuk keluar dari kamarnya.     

"Huhhh, dasar tukang tidur!! Nicky memukul paha Hana dengan guling satunya yang tidak terpakai.     

"Awas kamu ya Han." ancam Nicky sambil berdiri, beranjak ke pintu keluar dari kamar Hana.     

Malampun sudah mulai larut, namun Nicky masih belum juga bisa memejamkan matanya.     

Cerita Bu Elina, cerita Hana, masih menari-nari di pikiran Nicky.     

Hatinya masih terus bertanya dan semakin penasaran dengan seorang Bagas.     

Benarkah ada seseorang yang berhati batu dan dingin yang bisa bertahan sekian lama. Ataukah karena terlalu menyakitkan peristiwa itu hingga membuat hati seseorang berubah.     

"Huhhhhh." Nicky menghela nafas berat, mengeluarkan sesuatu beban yang dari pagi membuat nafasnya sesak tanpa alasan.     

Nicky menggumam lirih, berdoa supaya bisa tidur karena esok pagi dia harus menjalani aktifitasnya seperti biasa.     

***     

"Baiklah anak-anak apa ada yang kalian tanyakan dengan penjelasan ibu barusan?" tanya Nicky, menatap ke seluruh ruangan di mana anak didiknya yang telah mendengarkan dengan bersungguh-sungguh menerima semua pelajaran yang telah Nicky berikan.     

"Sudah jelassss bu!! serempak mereka menjawab dengan kompak.     

"Baiklah kalau begitu ibu akhiri pelajaran hari ini,...hati-hati nanti pulang sekolah ya." bergegas Nicky membereskan bukunya, dan membawanya ke ruangan guru.     

Siang ini Nicky ingin langsung pulang, karena siang ini rencananya mau mampir ke toko buku untuk membeli novel keluaran yang terbaru.     

"Han, hana." panggil Nicky ke Hana sambil berbisik takut suaranya terdengar guru yang lain.     

Nicky mendekati Hana dan menggeretnya keluar dari ruang guru.     

"Ada apa Nick." tanya Hana masih belum sepenuhnya mengerti kenapa Nicky menariknya keluar.     

"Mau ikut ke toko buku tidak? ada novel yang terbaru hari ini, Mbak ira tadi ada kirim pesan ke aku." jelas Nicky, sambil menunggu jawaban Hana.     

"Eeennggg." Hana berpikir sejenak.     

"Tidak kayaknya Nick, aku mau di ajak pulang bareng sama Pak Rendy." jawab Hana dengan senyuman merekah saat dia menyebut nama Rendy.     

Nicky tersenyum lebar.     

"Asyikkkk sudah jadian memang yaaa, Ayooo nggak." Nicky mencubit-cubit perut Hana.     

"Aaauuhhh...sakit Nick." kelit Hana menjauh dari cubitan Nicky selanjutnya.     

"Sudahlah nanti aku ceritain, sekarang cepat kamu pergi, entar keburu tokonya tutup." ucap Hana mendorong tubuh Nicky.     

"Yaa...ya...ga usah dorong-dorong kali, takutnya gak jadi ngedate ya?" goda Nicky dengan tertawa renyah.     

."Ya udah Han...daaaa Hana." ucap Nicky sambil berlari menjauh karena takut di dorong Hana lagi.     

***     

Sampai di toko buku, Nicky langsung menuju meja mbak ira di sudut ruangan.     

Toko buku mbak Ira bisa di katakan besar, di mana ada tempat bacanya, juga jualan buku-bukunya juga termasuk lengkap.     

Sejak Nicky tinggal di rumah Hana, Nicky sudah ikut berlangganan di toko mbak Ira, apalagi mbak Ira juga kakak kelas Hana pas SMA jadi lebih membuat Nicky nyaman saat bertemu dengannya.     

"Mbak Ira...selamat siang." sapa Nicky saat sampe di depan meja Mbak Ira.     

"Siang juga Nick." Ira berdiri memeluk Nicky dengan gembira.     

"Gimana sudah siap untuk baca novel keluaran terbaru? jangan sampai bilang nanti bangun kesiangan lagi yaa." goda Ira.     

Nicky tertawa malu.     

"Insyaallah ga lagi mbak." sahut Nicky masih dengan rasa malunya.     

Memang terkadang Nicky terlalu asyik baca, sehingga Nicky kadang tidak tahu waktu sampai malampun, bahkan sampai pagi akan tetap betah membaca jika novelnya bagus.     

"Di mana letaknya novel yang terbaru mbak?" tanya Nicky ke Ira.     

Nicky mencari-cari rak novel karena baru, Nicky baru sadar kalau tempat rak novel ada berubah tempat.     

"Di lorong empat Nick, dekat tempat baca." Jelas Ira, sambil jarinya menunjuk lorong empat.     

"Oke mbak, aku ke sana dulu ya mbak." pamit Nicky pada Ira.     

Nicky melangkahkan kakinya menuju lorong empat. Suasana hari ini tidak begitu ramai, jadi Nicky bisa santai sambil melihat ke buku-buku lainnya.     

Pas di lorong ke dua, Nicky berhenti spontan, dia melihat seorang laki-laki yang duduk di kursi roda, terlihat laki-laki itu berusaha meraih buku di atas rak, tangannya berusaha menggapai namun masih juga tidak bisa. Berlahan Nicky mendekati laki-laki itu, tanpa sadar sepenuhnya Nicky langsung meraih sebuah buku yang agak tebal dengan sampul hijau.     

Nicky yakin apa yang di ambil itu benar karena Nicky lihat mata laki-laki itu fokus ke buku itu.     

"Apa buku ini, yang mau Mas ambil?" tanya Nicky sambil menyodorkan buku itu ke tangan laki-laki itu.     

"Ya benar." jawab laki-laki itu dengan singkat tanpa memandang Nicky.     

Laki-laki itu fokus melihat buku yang di terimanya, kemudian segera berlalu dengan memutar kursi rodanya.     

"Dasar orang tidak tahu berterimakasih,..." rutuk Nicky dalam hati.     

"Mas!" teriak Nicky namun pelan.     

"Apakah tidak ada ucapan terimakasih untuk itu." suara Nicky terdengar jelas di telinga laki-laki itu walau tidak kencang.     

Spontan laki-laki itu berhenti dan memutar kursi rodanya menghadap Nicky dari jarak beberapa meter.     

"Trimakasih." ucap laki-laki kembali dengan singkat, kemudian berlalu memutar kursi rodanya tanpa menoleh lagi ke arah Nicky.     

"Masyaallah...kok ada orang seperti itu ya." batin Nicky sambil geleng-geleng kepala. Entah kenapa dengan melihat sikap laki-laki itu secara langsung naluri Nicky berkata.     

"Apakah Bagas punya sikap seperti itu juga ya." batin Nicky dalam hati.     

"Padahal jika melihat wajah laki-laki itu tadi sangat tampan sekali, sangat terlihat kulitnya putih bersih, jari-jarinya panjang pucat, dan bibirnya sangat-sangat memukau.     

"Sstttttt"     

Nicky menepuk jidatnya pelan.     

"Kenapa aku jadi memikirkan Bagas, dasar bodoh, hampir saja aku lupa dengan novelku."     

Bergegas Nicky melanjutkan langkahnya ke arah lorong empat setelah lepas dari sadarnya.     

Selang beberapa jam Nicky mencari dan sekedar membaca beberapa novel. Sudah ada 4 novel yang Nicky dapat, menurut Nicky sangat bagus alur cerita Novel yang di pilihnya.     

Karena waktu sudah mau sore dengan cepat Nicky membawa novelnya ke tempat meja Mbak Ira dan membayarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.