THE BELOVED ONE

TETANGGA YANG BAIK



TETANGGA YANG BAIK

0Sore ini Nicky berencana mau keluar ke toko buku untuk beli novel yang terbaru.     
0

Dengan santai sambil bernyanyi pelan Nicky melangkah keluar ke arah jalan raya. Nicky keluar sendirian, karena dalam minggu ini Hana pulang ke rumah orang tuanya.     

Nicky melihat kanan kiri jalan tampak rumah-rumah mewah berderet rapi, baru kali ini Nicky memperhatikannya.     

"Sayang sekali aku sama sekali tidak mengenal tetangga kanan kiriku, apa karena aku selama ini tidak memperhatikannya, atau mereka yang jarang keluar rumah, mungkin sama-sama sibuk bisa jadi." batin Nicky.     

"Braakk"     

Spontan Nicky menoleh ke arah samping rumahnya, karena kaget mendengar suara barang jatuh.     

Nicky melihat ada seorang wanita cantik seumuran dengan Mamanya sedang mengambil beberapa belanjaannya yang berserakan di lantai pinggir jalan.     

Nicky berlari mendekatinya.     

"Mari saya bantu Bu." ucap Nicky sambil berjongkok, sambil ikut memasukkan sebagian barangnya ke paperbag wanita itu. Wanita itu tersenyum lembut memandang Nicky.     

"Trimakasih Nak, maaf jadi merepotkanmu."     

"Tidak merepotkan Ibu, sudah sepatutnya kita harus membantu orang yg lagi membutuhkan pertolongan." jawab Nicky tulus.     

"Di mana rumahmu Nak?" tanya wanita itu sambil berdiri membetulkan beberapa paperbagnya.     

"Mari saya bawakan Bu." ucap Nicky, tanpa persetujuan wanita itu Nicky langsung mengambil semua belanjaanya.     

"Rumah saya di samping rumah ibu...itu!!" ucap Nicky sambil menunjukkan rumah Hana yang besar walaupun tidak sebesar rumah tetangga lainnya.     

"Ohhhh, suatu keberuntungan buat Ibu, karena menjadi tetanggamu Nak...kenalkan nama Ibu, bu Elina." ucap Elina menyalami Nicky.     

Nicky mengalihkan paparbag yang ada di tangan kanannya ke tangan kirinya, segera Nicky menyambut tangan Elina.     

"Nama saya Nicky Bu, hemm...maaf sebelumnya Bu, belanjaannya apa bisa di bawa masuk Bu? karena saya terburu-buru mau ke toko buku." ucap Nicky sedikit ragu karena rasa sungkan.     

Takutnya seolah-olah dia ingin menyudahi percakapan, tapi bagaimana lagi, waktu sudah sore banget.     

"Ya nak, mari ikuti saya, maaf sekali merepotkan Nak Nicky." ucap Elina membawa Nicky masuk ke dalam rumahnya.     

"Wooowww, sungguh indah di dalam rumah ini, semua warna tembok berwarna pastel sangat elegan." batin Nicky.     

"Di letakkan di mana ini Bu?" tanya Nicky bingung untuk meletakkannya, takut salah.     

"Di sini saja Nak Nicky." jawab Elina sambil mengambil alih paperbag dari tangan Nicky, dan meletakkannya di meja ruang tamu.     

"Emmm, Bu Elina saya pamit dulu yaaa." ucap Nicky seraya meraih tangan Elina dan menyalaminya, Nicky beranjak hendak keluar rumah.     

"Ya Nak, hati-hati di jalan yaaa...kalau ada waktu main ke rumah Ibu ya nak." ucap Elina penuh pengharapan.     

"Insyaallah Bu, permisi...Assalamualaikum." ucap Nicky keluar dari halaman Elina.     

"Waalaikum sallam." balas Elina sambil melambaikan tangannya.     

***     

Sudah menjadi kebiasaan Nicky , jika sore hari dia menyiram tanaman hias di belakang rumah ataupun depan rumah.     

Banyak aneka tanaman yang sudah Nicky tanam, terutama bunga melati, lebih kelihatan banyak di banding tanaman lainnya.     

Dengan fokusnya Nicky menyirami bunga-bunga yang bermekaran, sangat harum baunya.     

"Assalamualaikum"     

Seseorang mengucap salam di pintu pagar, saat Nicky mau membenahi selang air yang selesai buat menyiram.     

"Waalaikum sallam"     

Nicky menoleh ke arah pintu pagar, bergegas dia menghampiri tamu yang baru di kenalnya itu.     

"Ibu Elina? sungguh ini mengejutkan saya, ada apa bu sampai ibu datang kemari?" tanya Nicky dengan wajah kaget bercampur senang.     

"Ini...ibu tadi siang buat kue, dan tidak sengaja teringat nak Nicky, jadi yaa...ibu bawa ke sini sekalian ingin ngobrol, bolehkan?" ucap Elina penuh harap sambil menyerahkan kue hasil karyanya.     

"Hemm, ya bu tentu boleh, mari silahkan masuk bu." ucap Nicky sambil mengamit lengan Elina seraya menerima cake dari Elina.     

"Mari bu, silahkan duduk, saya akan buatkan minuman dulu ya bu." ucap Nicky hendak beranjak ke dapur, namun di cegah Elina.     

"Tidak usah nak Nicky, ibu hanya ingin ngobrol sebentar." ucap Elina menuntun Nicky untuk duduk di sampingnya.     

Masih menggengam tangan Nicky, Elina memandang sendu wajah Nicky.     

"Nak...bolehkah ibu menganggap nak Nicky sebagai anak ibu?" tanya Elina dengan wajah sendu.     

Wajah Nicky terangkat seketika, membalas tatapan mata Elina, mencoba mencari kebohongan di sana, tapi hanya kejujuran dan kesedihan yang terlihat.     

Nicky tersenyum lembut, membelai punggung tangan Elina, mengangkat dan menciumnya.     

"Trimakasih jika ibu menganggap saya sebagai anak ibu, ini kebahagiaan yang sangat luar biasa bagi saya." kata Nicky masih dengan wajah terkejutnya     

"Bu...tapi bolehkah saya bertanya." ucap Nicky sambil beringsut dari duduknya lebih mendekat ke Elina.     

"Kenapa ibu tiba-tiba menganggap saya sebagai anak? padahal kita baru bertemu satu kali?" tanya Nicky dengan heran.     

Dengan tersenyum lembut Elina menjawab.     

"Ada sesuatu yang ibu rasakan saat pertama kali bertemu dengan nak Nicky, seperti ada kedekatan yang ibu rasakan, apakah nak Nicky tidak merasakan? jawablah jujur nak?" tanya Elina menatap dalam mata Nicky.     

Nicky terpekur selang beberapa detik.     

Memang apa yang di bilang Elina ada benarnya, dia juga merasakan hal itu.     

"Ya bu, saya juga merasakan hal itu." jawab Nicky akhirnya.     

"Apakah ibu tidak mempunyai anak perempuan?" tanya Nicky mencoba lebih banyak tahu mengenai hidup Elina.     

"Ibu memang tidak mempunyai anak perempuan, tapi ibu mempunyai 2 anak laki-laki, yang pertama Yoga, dia sudah menikah dan tinggal di Jakarta, dan yang ke dua Bagas belum menikah dan masih tinggal bersama ibu, sebenarnya Bagas sudah mau menikah satu tahun yang lalu, tapi karena sesuatu hal terjadi pernikahan itu batal." jawab Elina dengan panjang lebar menceritakan semuanya, ada gurat kesedihan saat menceritakan anak ke duanya.     

Nicky ikut merasakan kesedihan itu. Nicky menggenggam erat tangan bu Elina     

"Sabar ya bu, semoga anak ibu lekas mendapat jodoh yang terbaik." ucap Nicky menghibur Elina.     

"Oh ya bu, kalau boleh tahu anak ke dua ibu usia berapa ya? saya senang jika bisa berteman dengannya." lanjut Nicky.     

"31 tahun nak...nak Nicky usianya berapa?" Elina ganti bertanya.     

"Usia saya 28 th bu, Nicky menjawab dengan malu, karena dengan usianya yang sudah matang dia masih belum menikah.     

Entah kapan dia bisa mewujudkan impiannya untuk bersanding dengan kekasihnya Raka.     

"Nak Nicky." panggil Elina membuyarkan lamunan Nicky.     

"Apakah nak Nicky mau ibu kenalkan dengan anak ibu, Bagas?" tanya Elina ragu.     

"Ya tentu saja mau bu." jawab Nicky spontan.     

"Tapi nak, anak ibu ini, Bagas Arga Ginanta nama lengkapnya, tidak bisa berteman dengan mudah, sifatnya sangat tertutup sekali, dan Bagas itu." Elina menghentikan bicaranya sejenak ragu untuk melanjutkan.     

"Kenapa bu? kenapa dengan anak ibu?" tanya Nicky penasaran.     

"Bagas tidak bisa berjalan lagi nak, dia duduk di kursi roda di tiap harinya." jawab Elina sambil menutup wajahnya, Elina menangis lirih penuh kesedihan, tangan Elina gemetar.     

"Bagas dulu sebenarnya bisa berjalan normal, karena mengalami kecelakaan tunggal satu tahun yang lalu, Bagas mengalami patah pada tulang kakinya, walau tidak permanen, ibu ingin Bagas punya semangat untuk sembuh, tapi sepertinya ibu hanya berangan-angan, Bagas sama sekali tidak ada kemauan untuk mencoba berjalan lagi." cerita Elina panjang lebar menceritakan soal Bagas anak ke duanya pada Nicky.     

Elina berharap Nicky bisa menjadi teman dekatnya Bagas.     

Nicky yang mendengar cerita itu ikut sesak mendengarnya.     

Saat melihat airmata bu Elina jatuh, Nicky segera mengusapnya dengan penuh kelembutan.     

"Sepertinya Elina berharap Nicky bisa membantunya, itu suara hati yang di dengar Nicky, tapi apa yang bisa di lakukannya?" gumam Nicky dalam hati.     

"Nak Elina...maukan, berteman dengan Bagas?" tanya Elina penuh harap.     

Elina meraih tangan Nicky dan mendekapkan di dadanya.     

"Insyaallah bu...jika ibu menginginkan hal tersebut akan saya coba, yang terpenting jangan lagi ada airmata di mata ibu." ucap Nicky tersenyum tulus, sambil membersihkan sisa airmata di ke dua pipi bu Elina.     

"Trimakasih Nak Nicky." ucap Elina sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dompet kecil yang di bawanya dan menyerahkannya ke Nicky.     

"Ini kartu nama ibu, tolong simpan nomor ibu, dan hubungi ibu yaaa...biar ibu menyimpan juga nomor nak Nicky." ucap Elina dengan hati yang bahagia.     

Nicky menerima kartu tersebut dan membaca sekilas nama di kartu itu Elina Wijayanti Ginanta.     

"Insyaallah bu...segera nanti saya menghubungi ibu." ucap Nicky dengan senyum tulusnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.