THE BELOVED ONE

BIARLAH TERSIMPAN



BIARLAH TERSIMPAN

0Kesehatan Bagas makin membaik, sejak mamanya menceritakan semua yang di bicarakan dengan Nicky. Hati Bagas merasakan bahagia yang luar biasa, karena dia sekarang tahu , saat dia ingin bertemu Nicky, sebenarnya Nicky menemuinya hanya karena tidak ingin sedih, dia tidak menampakkan diri tapi bersembunyi. Beban Bagas yang selama ini tersimpan menjadi sirna, hatinya merasa lega. Namun di samping rasa bahagianya, Bagas tak menampik jika hatinya juga sangat merasa sedih dan terluka karena Nicky telah menjadi milik orang lain. Harapannya yang selama ini dia bangun, hilang musnah. Nicky tak akan bisa di milikinya lagi,...hidupnya akan sepi , dia akan mati secara berlahan menahan kepedihan ini.     
0

" Bagas,...." Elina masuk menghampiri bagas yang berdiri di depan kaca, nampak wajah sedihnya sangat kentara. " Masih tetap berniat untuk bekerja kembali Nak,...?" tanya Elina sambil membetulkan kemeja Bagas yang sebenernya sudah rapi. Elina tidak bisa menahan Bagas untuk tidak bekerja dulu. Karena kondisinya masih belum sehat. Tapi Elina tahu Bagas sangat keras kepala.     

Bagas mengangguk tersenyum sedih menatap kelembutan di wajah mamanya.     

" Ma,...." kata Bagas, " mama ingat kan janji mama, untuk tidak memberitahu Nicky soal Aga,.... Bagas minta, walau apapun yang terjadi nanti, mama tetap harus pegang janji mama,..." lanjut Bagas.     

" Tapi bagas,...Nicky punya hak untuk tahu masalah ini sayang,..." Elina tidak mengerti yang ada dalam pikiran Bagas.     

" Bagas hanya ingin Nicky bahagia dengan orang yang di cintainya Ma, Bagas tidak mau merusak kebahagiaan Nicky,..." tolong mama mengerti maksud Bagas ini,..."Bagas memohon.     

" Baiklah sayang,...mama berjanji,..." di peluknya putra kesayangannya.     

" Ayo mama antar sampai ke depan,..." kata Elina, menggandeng tangan Bagas dan mengantarnya sampai pintu depan.     

***     

Di kantor Bagas tidak bisa fokus dengan pekerjaannya, pikirannya masih terhimpit dengan bayangan Nicky yang tak jua sirna. Bayangan Nicky semakin tampak jelas di mana-mana.     

" Aku harus bagaimana sekarang,...?" apakah aku harus menghindarinya, ataukah aku harus menghilang jauh dari pandangannya,. ?" hati Bagas gelisah. Dia tak akan sanggup jika jauh dari Nicky, tapi hatinya juga tak akan kuat jika berada di dekat Nicky,...     

" Ya Alloh,...aku harus berbuat apa,...ini sungguh berat Ya Alloh,..." kedua tangan Bagas menutup wajahnya,..hatinya benar-benar gelisah.     

TOK TOK,...     

Terdengar pintu terketuk dari luar, Bagas segera berdiri dan menghampiri pintu dan membukanya. Nampak wajah Nicky sudah di hadapannya. Sungguh semoga Nicky panjang umur, doa Bagas dalam hati. Bagas melirik jam tangannya masih jam 10 pagi, dan jam kerja Nicky jam dua siang , kenapa pagi ini sudah berada di sini,.." kening Bagas berkerut.     

Nicky tahu kalau Bagas heran karena keberadaannya di kantor di waktu yang masih pagi. Nicky tersenyum kikuk,..     

" Di rumah aku tidak ada kerjaan ,..jadi aku kemari biar tidak bosan,.." jelas Nicky sedikit canggung, tidak tahu kenapa Nicky merasa canggung seperti ini.     

" Masuklah Nick,..." memang tinggal berapa hari lagi liburannya,..?" tanya Bagas kembali menutup pintu saat Nicky sudah masuk.     

" Masih lima hari lagi,... di rumah sepi karena Hana belum balik, jadi daripada bosan di rumah mending aku kemari untuk kerja,..."     

" Bukannya mama ada di rumah, kenapa tidak menemani mama saja,..." di liriknya Nicky yang duduk di meja kerjanya dan membuka laptopnya.     

Nicky terdiam tidak bisa memberikan alasan lagi pada Bagas. Apakah dia harus menjelaskan jika di rumah Nicky kepikiran Bagas yang ngotot pada mama untuk mulai bekerja walaupun belum sehat. Apa dia harus menjelaskan jika dia menguatirkannya takut Bagas kenapa-kenapa di kantor karena tidak ada yang menjaganya. Nicky masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Bagas. Nicky berusaha tetap tenang dan melanjutkan pekerjaannya.     

" Nick,... " panggil Bagas yang sudah di hadapannya. Di tutupnya laptop Nicky, di angkatnya dagu Nicky agar Nicky menatapnya.     

" Kenapa tidak menemani mama saja di rumah,. ?" jam kerjamu masih siang nanti,.. " tatapan tajam Bagas mengarah tepat ke manik mata Nicky. Nicky menjatuhkan pandangannya. Dia tidak menyukai keadaan ini. Jemarinya mulai terasa dingin, sedikit gemetar. Dan itu terlihat jelas di mata Bagas. Tiba-tiba Bagas tertawa keras sambil memegang perutnya. Di acaknya rambut nicky dengan lembut.     

" Sudah, ..sudah lanjutkan kerjamu,..."begitu saja sudah mau pingsan,...!" kata Bagas masih menahan tawanya. Padahal hatinya menangis, dia tahu Nicky sangat menguatirkannya, dan itu terlihat jelas di matanya. Namun Bagas tidak ingin Nicky terlarut dengan perasaan itu. Bagas tidak ingin Nicky terperangkap dalam sebuah dilema. Dan Bagas tahu itu akan menjadi beban yang sangat berat bagi Nicky nantinya.     

Nicky menatap Bagas dengan gusar dan sangat kesal, karena telah di permainkan oleh Bagas.     

" Dasar kamu Gas,...seneng kali buat aku kesal ya,....!" sentak Nicky dengan muka cemberut.     

Bagas masih tertawa,...     

" Ha,...ha,...maaf ,...habis seneng kalau lihat wajah kamu yang linglung kayak tadi,...apalagi sekarang seperti kepiting rebus,...." lanjut Bagas dengan menutup mulutnya masih menahan tawa.     

Mata Nicky melotot,.ingin sekali melipat-lipat wajah Bagas yang sepertinya tidak berdosa.     

" Nick,....buatkan aku kopi dong,...?" aku mengantuk,...!" Bagas duduk di kursi sofa.     

" Tidak ada kopi,...mulai hari ini,.." kata Nicky tegas. Mengingat Bagas yang terkena lambung akut.     

Bagas menatap Nicky dengan mata memelas.     

" Aku mengantuk Nick...aku harus melanjutkan kerja,...aku butuh secangkir kopi " Bagas mulai merajuk.     

Nicky tidak menjawab rajukan Bagas, Di hampirinya Bagas yang duduk di sofa,     

" Baiknya kamu tidur istirahat,... nanti aku bangunin,...kamu ngantuk karena efek dari obat,..." kata Nicky dengan tegas. " Tidurlah,...tidak ada penolakan lagi,..." lanjut Nicky merebahkan Bagas dengan paksa. Kemudian berdiri dan kembali ke mejanya untuk melanjutkan kerjanya yang tertunda.     

Bagas berusaha memejamkan matanya. Matanya terpejam namun hati dan pikirannya masih tertuju pada sesosok Nicky. Harum wangi tubuh Nicky terasa melekat di penciumannya dan memasuki rongga dadanya. Bagas menenggelamkan rasa rindu dan cintanya di dasar hatinya yang paling dalam. Cukup raganya yang masih hidup,.. jiwanya sudah terasa mati sejak Nicky telah bertunangan. Dan Bagas telah kehilangan cintanya, kehilangan penyemangatnya, kehilangan arahnya, kehilangan alasannya untuk dia bisa bertahan hidup. Bagas berjanji dalam hati dia akan menyimpan semua perasaan cintanya dan kenangannya bersama Nicky di dalam hatinya yang paling dalam , dan tak akan seorangpun yang tahu, bahkan Nickypun tidak boleh tahu. Karena bagi Bagas kebahagiaan Nicky yang paling penting di banding kebahagiaanya. Biarlah dia yang berkoban , dia rela melepas bahagianya, cintanya, hatinya, perasaannya bahkan jiwa raganya,... dia sungguh rela dan ikhlas, asal Nicky bahagia dengan orang yang di cintainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.