THE BELOVED ONE

Kesakitan Ayraa



Kesakitan Ayraa

0"Chello!! kamu dari mana? aku mencarimu sudah kemana-mana, tapi kamu tidak ada. Kamu mendapat surat dari Rektor, entah apa isinya aku jadi penasaran." ucap Rangga sambil memberikan sebuah surat pada Chello yang telah diterimanya dari salah satu seorang Dokter senior.     
0

"Benarkah surat dari Rektor? semoga saja pengajuanku disetujui. Karena dengan persetujuan itu, kita semua bisa pulang dengan cepat. Sudah hampir dua tahun bukan kita berada disini?" ucap Chello meletakkan suratnya di atas meja kemudian membasuh wajahnya agar segar kembali.     

"Rangga panggil Jessi kesini agar dia juga bisa mengetahui apa isi surat itu." ucap Chello dengan hati berdebar-debar.     

Tanpa berkata-kata dengan cepat Rangga pergi keluar untuk segera memanggil Jessi.     

Tidak lama kemudian Rangga datang bersama Jessi yang sedang menggendong Cahaya.     

"Apa benar yang dikatakan Rangga, Chell? kalau kamu mendapat surat dari Rektor? Apa isinya? Ayo cepat dibuka." ucap Jessi dengan sangat antusias.     

"Tunggu sebentar, sabar...sebentar lagi aku akan membukanya. Kalian duduklah dengan tenang." ucap Chello seraya mengambil nafas panjang.     

Sambil menatap wajah Rangga dan Jessi, Chello mengambil surat yang diletakkannya di atas meja, kemudian perlahan membuka surat yang sudah ada di tangannya.     

Dengan wajah serius dan tangan gemetar, Chello mulai membaca surat tersebut. Wajah Chello sedikit tegang namun beberapa saat kemudian ada sebuah senyuman di kedua sudut bibir Chello.     

"Chello, kenapa kamu tersenyum? apa itu artinya pengajuanmu telah di setujui?" tanya Jessi dengan tatapan serius.     

"Ya Chell, katakan pada kita...apa hasilnya?" tanya Rangga dengan tatapan penuh.     

"Tenang, di sini di jelaskan kalau pengajuanku telah diterima. Dan kita bisa pulang di akhir tahun ini, sekaligus wisuda di bulan berikutnya." ucap Chello dengan tatapan penuh kebahagiaan.     

"Ahhhhh!! Chello... kamu pimpinan yang terbaik. Akhirnya kita bisa pulang juga di akhir tahun ini." ucap Jessi sambil memeluk Chello.     

Chello hanya tersenyum sambil melihat ke arah Cahaya yang terjepit.     

Seketika wajah Jessi memerah karena malu.     

"Maaf Chello, aku terlalu gembira. Semoga Armand mendengar kabar tentang hal ini dan segera menghubungi kamu." ucap Jessi dengan penuh harap.     

"Kamu tenang saja, Armand pasti mendengar tentang hal ini. Karena seperti biasanya, kabar seperti ini selalu diberitakan di semua team yang ditempatkan di basis Utara." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Semoga saja Chell, aku berharap Armand mendengarnya. Agar aku bisa segera bertemu dengan Armand." ucap Jessi ikut merasa bahagia.     

"Oke...sekarang kalian bisa kembali ke tempat. Karena aku akan memberitahu pada keluargaku tentang hal ini." ucap Chello sudah tidak sabar ingin memberitahu keluarganya juga Danish.     

"Baiklah, semoga semuanya ikut bahagia." ucap Jessi tersenyum kemudian keluar barak di ikuti Rangga.     

Setelah Jessi dan Rangga meninggalkan tempat segera menghubungi Bundanya.     

"Hallo Bunda, aku ada kabar untuk Bunda yang akan membuat Bunda senang." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Oh ya, kabar apa Chello? katakan sayang." ucap Hana dengan penasaran.     

"Pengajuanku untuk mempercepat tugas di sini sudah di setujui oleh Rektor. Aku bisa pulang akhir tahun ini. Dan di awal tahun aku bisa wisuda." ucap Chello dengan perasaan bahagia.     

"Chello benarkah itu sayang? Bunda sangat bahagia. Kabar ini sangat membahagiakan kita semua di sini. Bunda akan menghubungi Ayah sekarang." ucap Hana merasa terharu.     

"Tunggu aku di akhir tahun ya Bunda." ucap Chello tersenyum kemudian menutup panggilannya.     

Mendengar suara Bundanya yang terlihat bahagia, Chello juga merasa bahagia.     

Dengan perasaan bahagia Chello menghubungi Danish orang yang sangat penting bagi Chello sekarang.     

"Hallo Mas Danish, aku Chello." ucap Chello setelah tahu Danish menerima panggilannya.     

"Chello? ada apa Chell? apa ada sesuatu yang penting hingga kamu menghubungiku?" tanya Danish dengan hati bertanya-tanya.     

"Ya Mas, aku mau memberi kabar tentang pengajuanku yang mempercepat tugasku di sini. Rektor sudah menyetujuinya Mas. Akhir tahun ini aku bisa pulang." ucap Chello berusaha tenang.     

"Syukurlah Chell, aku yakin kalau pengajuanmu itu pasti akan disetujui oleh Rektor. Karena kemampuanmu saat bertugas tidak diragukan lagi." ucap Danish merasa lega. Apa yang akan di inginkannya akan segera terwujud.     

"Tidak juga Mas, aku hanya biasa saja. Ya sudah Mas, aku hanya memberitahu hal itu saja." ucap Chello tidak ingin berlama-lama.     

"Chello." panggil Danish sebelum Chello memutuskan panggilannya.     

"Ya Mas Danish." ucap Chello dengan hati berdebar-debar.     

"Aku harap kamu tetap memegang janji kamu padaku Chello." ucap Danish dengan penuh harap.     

"Mas Danish jangan cemas, selama Mas Danish baik-baik saja maka semuanya akan baik-baik saja. Dan aku yakin Mas Danish akan baik-baik saja." ucap Chello tidak ingin bermimpi di siang hari.     

"Terima kasih Chello, kamu teman sekaligus saudara yang baik." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Sama-sama Mas, kamu juga saudara yang baik. Kita lanjutkan pembicaraan ini nanti Mas." ucap Chello dengan hati tenang kemudian menutup panggilannya.     

Sambil menghela nafas panjang, Chello meletakkan ponselnya di atas meja. Namun beberapa menit kemudian ponselnya sudah berbunyi lagi.     

"Siapa yang menghubungiku? apakah Ayah? atau Mas Danish?" tanya Chello bangun dari tidurnya kemudian mengambil ponselnya agar tahu siapa yang menghubunginya.     

Kening Chello mengkerut saat melihat nomor tidak di kenal ada di layar panggilannya.     

"Nomor siapa ini?" tanya Chello dalam hati sambil menerima panggilan nomor yang tidak di kenalnya.     

"Hallo." ucap Chello memasang telinganya dengan sungguh-sungguh.     

"Chello, ini aku... Armand." ucap Armand di sana setelah mendengar kabar kalau Team Chello tugas berakhir di akhir tahun.     

"Armand? akhirnya kamu menghubungiku juga setelah sekian lama." ucap Chello merasa lega sudah mengetahui jejak Armand.     

"Aku mendengar kamu telah mengajukan proposal mempercepat tugas kita di sini, dan Rektor sudah menyetujuinya apakah itu benar?" tanya Armand dengan suara berat.     

"Ya berita itu benar, akhir tahun ini kita bisa pulang ke negara kita. Sekarang kamu ada di basis mana?" tanya Chello dengan serius.     

"Aku ada di basis selatan, bisakah untuk surat pembuktian tugas kamu kirim padaku?" ucap Armand dengan suara hampir tidak terdengar.     

"Kenapa kamu tidak ke sini saja? apa kamu tidak ingin bertemu Jessi?" tanya Chello masih serius.     

"Aku tidak bisa ke tempatmu, salah satu kakiku telah di amputasi. Aku tidak bisa jalan lagi." sahut Armand tanpa membalas tentang Jessi.     

"Apa kamu masih marah dengan Jessi?" tanya Chello ingin tahu isi hati Armand.     

"Tidak, aku tidak marah sama Jessi. Tidak ada alasan untuk marah." ucap Armand dengan suara pelan.     

"Kalau kamu tidak marah, kenapa pergi?" tanya Chello masih penasaran.     

"Aku hanya tidak ingin membuat Jessi semakin benci padaku." jawab Armand dengan singkat.     

"Sekarang tidak lagi." sahut Chello dengan cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.