THE BELOVED ONE

SALING MENGALAH



SALING MENGALAH

0"Mas, kenapa kamu jadi berpikir seperti itu pada Bara? Bara sudah tidak mencintaiku Mas." ucap Ayraa sambil menekan pelipisnya.     
0

"Kamu akan tahu Ayraa, sebentar lagi kamu akan tahu." ucap Danish dengan suara pelan.     

Ayraa menghela nafas panjang, merasa ketegangan antara suaminya dan Bara tidak akan ada akhirnya.     

"Mas...ingat, jangan sampai ada kemarahan dan kebencian di hatimu. Semua perasaan itu akan berpengaruh pada kesehatan kamu Mas." ucap Ayraa seraya meraih dagu Danish.     

"Tidak Ayraa, aku tidak marah atau benci pada Bara. Aku hanya mengingatkan Bara, kalau kamu sudah menikah. Dan aku masih hidup dan belum mati." ucap Danish mengungkapkan isi hatinya.     

"Mas...biarkan saja Bara berbuat apa saja. Yang terpenting hati dan cintaku hanya untuk kamu dan tidak akan pernah berpaling." ucap Ayraa menenangkan hati Danish.     

"Aku juga tidak melarang Bara berbuat apa saja Ayraa. Tapi aku juga bisa berbuat apa saja yang bisa aku lakukan untuk menunjukkan pada Bara kalau perasaan dia itu salah, karena kamu sudah punya suami." ucap Danish berusaha tenang.     

"Tapi Mas, semua orang kan berhak mencintai siapapun. Seperti aku mencintai kamu saat masih berhubungan dengan Pak Ponco." ucap Ayraa menggoda Danish agar tidak marah terus.     

"Tapi tidak dengan memaksakan kehendak dan menghalalkan segala cara Ayraa." ucap Danish semakin kesal karena Ayraa selalu membela Bara.     

"Mas... boleh cemburu, tapi jangan berprasangka buruk." ucap Ayraa seraya mengangkat kedua alisnya.     

"Ya sudah, terserah kamu menilaiku Ayraa. Kalau menurut kamu perasaan dan sikap Bara itu benar, aku tidak akan menghentikannya." ucap Danish sudah tidak bisa menahan rasa cemburu dan rasa kesal di hatinya.     

Tanpa bicara lagi, Danish naik ke tempat tidur dan berbaring sambil memeluk guling.     

Ayraa terdiam berdiri tegak tak bisa bicara apa-apa lagi, selain hanya bisa menghela nafas panjang.     

Sambil menekan pelipisnya, Ayraa ikut naik ke atas tempat tidur dan mendekati Danish.     

"Mas." panggil Ayraa dengan suara pelan.     

Tidak ada jawaban dari Danish, walau Ayraa sambil mengusap punggung Danish.     

"Apa kamu marah padaku Mas? aku minta maaf kalau aku salah." ucap Ayraa sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Danish.     

Tapi tetap saja, Danish tidak bergerak sedikitpun.     

Ayraa menatap Danish dengan perasaan cemas, baru kali ini Ayraa melihat kemarahan di wajah Danish.     

"Mas." panggil Ayraa lagi seraya membalikkan badan Danish agar menghadap ke arahnya.     

Karena Ayraa tidak berhenti menarik punggungnya, terpaksa Danish membalikkan badannya namun dengan kedua matanya terpejam.     

"Mas, buka matamu sayang." ucap Ayraa sambil menyebut kata sayang agar hati Danish luluh kembali.     

Melihat Danish belum juga membuka matanya, Ayraa berinisiatif membuka kedua mata Danish dengan sebuah ciuman.     

Dengan pelan, Ayraa mencium kedua mata Danish berulang-ulang.     

Tubuh Danish bergerak sedikit tanpa membuka kedua matanya. Karena ciuman Ayraa tidak berhenti juga, terpaksa Danish membuka matanya.     

Ayraa menghentikan ciumannya saat tahu Danish membuka matanya.     

"Kamu selalu pintar mencari cara untuk membuatku tidak marah lagi." ucap Danish dengan suara pelan.     

"Jadi...Mas Danish benar-benar marah padaku?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish.     

"Aku tidak marah, bagaimana aku bisa marah padamu Ayraa? aku hanya kecewa padamu, kenapa kamu selalu membela dan percaya ucapan Bara." ucap Danish sedikit emosi lagi.     

Melihat Danish mulai marah lagi, segera Ayraa memeluk pinggang dan mengusap dada Danish dengan sebuah ciuman di bibir lembab Danish.     

"Jangan marah lagi Mas, ingat kesehatanmu. Aku ingin kamu selalu sehat tanpa memikirkan hal apapun yang membuatmu marah atau kecewa. Aku janji padamu tidak akan membela Bara lagi." ucap Ayraa setelah melepas ciumannya.     

Danish terdiam, merasa kasihan pada Ayraa yang selalu mengalah padanya.     

"Lupakan saja Ayraa, maafkan aku. Seharusnya aku tidak marah padamu." ucap Danish seraya mengecup kening Ayraa.     

"Tidak Mas, kamu sama sekali tidak salah. Harusnya aku bisa menjaga perasaan kamu." ucap Ayraa menenggelamkan kepalanya di dada Danish.     

"Mungkin aku yang terlalu sensitif dengan perasaanku hingga mudah cemburu." ucap Danish seraya menghela nafas panjang.     

"Katakan lagi Mas, kamu cemburu." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Ya...aku cemburu." ucap Danish tanpa bisa menutupi perasaannya lagi.     

"Terima kasih Mas. Aku senang mendengarnya." ucap Ayraa menatap lembut wajah Danish dengan sebuah senyuman.     

"Kamu senang kalau aku cemburu." ucap Danish membalas tatapan Ayraa.     

Ayraa menganggukkan kepalanya serta mengedipkan kedua mata indahnya.     

"Kenapa kamu senang kalau aku cemburu Ayraa? padahal kamu tahu, kalau aku cemburu... bisa saja aku marah-marah tanpa alasan yang jelas." ucap Danish dengan tatapan penuh.     

"Tidak apa-apa Mas, aku tahu kamu tidak akan bisa marah padaku." ucap Ayraa kembali menyandarkan kepalanya pada dada Danish.     

"Ayraa, kapan kamu ke Dokter lagi? sebentar lagi kamu akan melahirkan, aku ingin melihat bayi kita sebelum aku operasi tahap dua." ucap Danish dengan serius.     

"Sudah tidak tidak lagi Mas, tinggal tunggu beberapa hari saja aku melahirkan. Kamu pasti akan melihatnya Mas, bahkan kamu harus menemani aku saat aku melahirkan." ucap Ayraa seraya memainkan jari-jari panjang milik Danish.     

"Hem...ya Ayraa, aku akan menemani kamu sampai anak kita lahir." ucap Danish kemudian bangun dari duduknya.     

"Kamu mau kemana Mas?" tanya Ayraa dengan kening berkerut tidak tahu kenapa Danish tiba-tiba bangun dari duduknya dan turun dari tempat tidur.     

"Mau mengajak Danish jalan-jalan ke taman." ucap Danish entah kenapa hatinya ingin sekali bersama Danish putranya.     

"Aku ikut Mas." ucap Ayraa sedikit kesulitan turun dari tempat tidur.     

Danish tersenyum, kemudian membantu Ayraa untuk turun dari tempat tidur.     

"Perutmu sudah sangat besar Ayraa." ucap Danish seraya mengusap perut Ayraa.     

"Hem... semuanya jadi serba susah untuk melakukan sesuatu." ucap Ayraa ikut mengusap pelan perutnya kemudian mengikuti langkah Danish yang berjalan keluar kamar.     

Danish menggenggam tangan Ayraa saat turun di anak tangga.     

"Chello? kamu tidak ke rumah sakit?" tanya Danish saat melihat Danish kecil bermain dengan Chello.     

"Aku kerja malam, karena Danish mengajakku bermain aku tidak bisa menolaknya." ucap Chello sambil memberikan bola pada Danish kecil.     

"Bara kemana?" tanya Danish dengan sedikit memicingkan matanya.     

"Barusan pergi ke luar." jawab Chello dengan pandangannya tak lepas dari Danish kecil yang sedang bermain.     

"Chello, ikutlah dengan kita. Aku dan Ayraa akan mengajak Danish jalan-jalan ke taman." ucap Danish dengan santai.     

Chello terdiam sejenak, kemudian menatap ke arah Ayraa dan Danish kecil.     

"Ikutlah Chell, kamu bisa bermain bola dengan Danish di taman." ucap Ayraa dengan tatapan memohon.     

"Baiklah, kalau kalian berdua yang minta. Apalagi kalau Danish yang mengajakku." ucap Chello seraya mengusap puncak kepala Danish kecil.     

"Ayah Chello harus ikut, nanti bermain bola denganku." ucap Danish kecil seraya menarik tangan Chello untuk bangun dari duduknya.     

Danish tersenyum bahagia melihat kedekatan antara Chello dan anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.