THE BELOVED ONE

CERITA BIBI RATIH



CERITA BIBI RATIH

0"Bibi Ratih, aku mau ke kampus sebentar karena ada ujian. Aku minta tolong untuk mengawasi Mas Danish dan bayiku, karena keadaan Mas Danish sedikit kurang sehat. Kalau terlalu capek sedikit Mas Danish terkadang pingsan, karena itu aku minta tolong pada Bibi Ratih untuk mengawasi mereka." ucap Ayraa dengan serius sebelum berangkat ke kampus.     
0

"Baik Nyonya." ucap Bibi Ratih sambil menganggukkan kepalanya.     

"Ya sudah Bibi Ratih, aku berangkat dulu ke kampus. Jangan lupa makan siang untuk Tuan Danish dan Danish kecil." ucap Ayraa kemudian keluar rumah untuk segera pergi ke kampus.     

Setelah Ayraa pergi, segera Bibi Ratih menyiapkan makanan untuk Danish dan Danish kecil.     

Dengan hati-hati, Bibi Ratih membawa makanan ke kamar Danish.     

"Tok...Tok... Tok"     

Bibi Ratih mengetuk pintu sebelum membuka pintu kamar Danish.     

"Selamat pagi Tuan Danish, saya membawa makanan untuk sarapan pagi." ucap Bibi Ratih menghampiri Danish dan meletakkan makanannya di atas meja.     

"Selamat pagi juga Bibi Ratih." ucap Danish yang sedang sibuk dengan laptopnya.     

"Tuan Danish, seperti pesan Nyonya Ayraa. Tuan harus minum obat setelah itu sarapan." ucap Bibi Ratih sambil menyiapkan obat Danish di atas meja.     

"Silahkan Tuan Danish, setelah minum obat dan sarapan Tuan boleh bekerja kembali." ucap Bibi Ratih memastikan Danish minum obat dan sarapan pagi.     

"Bibi Ratih boleh pergi, aku akan segera sarapan dan minum obat." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Baik Tuan, tapi saya mohon Tuan harus minum obat dan sarapan pagi." ucap Bibi Ratih dengan tatapan memohon.     

"Ya Bibi Ratih, Bibi Ratih jangan kuatir." ucap Danish masih dengan tersenyum.     

Bibi Ratih menganggukkan kepalanya kemudian menghampiri Danish kecil dan menggendongnya untuk segera di suapi.     

Sambil menggendong Danish kecil, Bibi Ratih keluar kamar dan menutup pintu kamar dengan pelan.     

Setelah Bibi Ratih keluar kamar, segera Danish minum obatnya dan menghabiskan sarapan paginya.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Danish melihat ke arah ponselnya, di lihatnya nama Ayraa ada di ponselnya.     

Dengan segera Danish menerima panggilan Ayraa.     

"Hallo...Mas Danish." panggil Ayraa yang tengah duduk di kantin.     

"Ya Ayraa, ada apa?" tanya Danish sambil meletakkan piring kotor di atas meja.     

"Mas Danish sudah minum obat dan sarapan pagi belum?" tanya Ayraa memastikan Bibi Ratih menjalankan tugasnya dengan baik.     

"Sudah Ayraa, barusan selesai." ucap Danish dengan perasaan senang karena Ayraa masih menyempatkan diri menghubunginya     

"Syukurlah Mas, kalau Danish bagaimana? apa sudah di suapi bibi Ratih?" tanya Ayraa bertanya pada Danish bukan pada Bibi Ratih karena hanya memastikan tugas pertama Bibi Ratih sudah sesuai dengan perintahnya.     

"Danish bersama Bibi Ratih, sedang di suapi di bawah." ucap Danish seraya bangun dari tempatnya untuk mencari keberadaan Bibi Ratih.     

"Syukurlah, menurut Mas Danish bagaimana kerjanya Bibi Ratih? bagus tidak Mas?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Bagus Ayraa, sopan dan sabar. Danish membutuhkan pembantu yang sabar seperti Bibi Ratih." ucap Danish dengan jujur.     

"Syukurlah Mas, kalau Mas Danish cocok dengan cara kerja Bibi Ratih." ucap Ayraa merasa lega karena Danish menyukai cara kerja Bibi Ratih.     

"Ya Ayraa, aku juga bersyukur mendapatkan pembantu seperti Bibi Ratih." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Aku harus mengucapkan terima kasih pada Bara. Aku punya rencana pulang dari kampus aku akan mampir ke rumah Bara." ucap Ayraa jujur pada Danish.     

"Tapi Ayraa, bukannya rumah Bara jauh dari rumah kita?" ucap Danish dengan heran.     

"Ahhh..ya Mas, aku lupa bilang padamu kalau Bara tinggal di perumahan kita juga. Baru beberapa hari yang lalu." ucap Ayraa dengan jujur.     

Tubuh Danish sedikit terhuyung saat mendengar ucapan Ayraa kalau Bara tinggal di lingkungannya.     

"Bara, Bara tidak pernah putus asa untuk mendapatkan Ayraa. Bagaimana aku bisa menyatukan Chello dengan Ayraa, kalau Bara sepuluh langkah di depan Chello. Sekarang Bara tinggal di perumahan ini, pasti Bara tidak akan berhenti untuk meraih hati Ayraa. Aku harus bagaimana sekarang? dan lagi kenapa Chello tidak pulang-pulang." ucap Danish dalam hati dengan perasaan cemas.     

"Tuan Danish, apa yang Tuan lakukan di sini?" tanya Bibi Ratih dengan tatapan cemas saat melihat Danish berdiri di tengah-tengah tangga.     

Seketika Danish menoleh ke arah Bibi Ratih yang sedang menggendong Danish.     

"Bibi Ratih, tolong kalau sudah menyuapi Danish segera bawa ke kamar. Aku mau bermain dengan Danish." ucap Danish seraya kembali ke kamar dengan tubuh yang terasa lemas.     

"Bara tinggal di perumahan, dan Ayraa tidak memberitahunya. Bagaimana Ayraa bisa lupa?" tanya Danish dalam hati.     

"Tidak, aku yakin Ayraa benar-benar lupa. Aku harus percaya pada Ayraa. Aku tahu Bara memang mencintai Ayraa, tapi aku sangat yakin Ayraa hanya menganggap Bara sebagai teman saja. Aku tidak Ingin mengulangi kesalahan yang sama." ucap Danish duduk di pinggir ranjang.     

Dengan menghela nafas panjang, Danish duduk bersandar di dinding sambil menunggu Danish yang akan di antar Bibi Ratih.     

"Permisi Tuan Danish, saya sudah menyuapi Mas Danish juga sudah memandikannya. Apa Tuan jadi bermain dengan Mas Danish?" Tanya Bibi Ratih sambil memberikan Danish kecil pada Danish.     

"Biar Danish bersamaku. Oh ya Bibi Ratih, aku mau bertanya padamu. Sudah berapa tahun Bibi Ratih ikut dengan keluarga besar Tuan Adiyasa?" tanya Danish serius sambil membaringkan Danish di sampingnya.     

"Sudah hampir tiga puluh tahun Tuan, sejak Mas Bara dan Mbak Dara masih kecil." jawab Bibi Ratih dengan sopan.     

"Sudah lama sekali ya Bibi, berapa usia Bara saat ibunya meninggal?" tanya Danish ingin tahu tentang Bara.     

"Baru usia beberapa bulan Tuan, mungkin usia tujuh bulan. Nyonya besar meninggal karena penyakit jantung." ucap Bibi Ratih dengan jujur.     

"Yang merawat Bara dan Dara, apa Bibi Ratih sendiri?" tanya Danish ikut merasa sedih karena apa yang di alami Bara akan terjadi pada Danish dan adiknya nanti. Karena dia tidak akan bisa bertahan sampai anak-anaknya besar.     

"Tidak Tuan Danish, Nyonya Citra yang sering datang untuk menjaga Mas Bara dan Mbak Dara." ucap Bibi Ratih sedikit heran dengan pertanyaan Danish.     

"Bibi Ratih, kenapa Tuan Adiyasa tidak menikah lagi?" tanya Danish semakin penasaran.     

"Tuan Adiyasa sangat mencintai Nyonya Besar, walau Nyonya Citra mencintai Tuan Adiyasa tapi Tuan tetap tidak membuka pintu hatinya untuk Nyonya Citra." ucap Bibi Ratih dengan sedih.     

"Apa Bi? jadi Dokter Citra mencintai Tuan Adiyasa? apa Dokter Citra adiknya Istri Tuan Adiyasa?" tanya Danish tak percaya dengan cerita Bibi Ratih.     

"Tuan Adiyasa sangat mencintai Nyonya Besar, cinta dan hati Tuan Adiyasa tidak pernah berpaling ke wanita lain sampai saat ini." ucap Bibi Ratih dengan tatapan kagum.     

Danish terdiam dengan sebuah pertanyaan setelah mendengar cerita Bibi Ratih.     

"Mungkinkah hati dan cinta Ayraa juga tidak akan berpaling sampai Ayraa tua nanti?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.