THE BELOVED ONE

KEDATANGAN BARA



KEDATANGAN BARA

0Sejak Danish pulang dari rumah sakit, Chello hanya menghabiskan waktunya di rumah dan di rumah sakit. Chello tidak Ingin berlarut-larut dengan perasaannya.     
0

Chello hanya menunggu beberapa minggu lagi untuk operasi tahap dua Danish yaitu operasi salah satu ginjal Danish.     

Setelah itu, Chello tidak tahu lagi apakah dia akan tetap bertahan menjaga Danish atau akan pergi dari kehidupan Danish dan Ayraa.     

"Chello, apa kamu tidak pulang?" tanya Raka saat melihat Chello masih bekerja di mejanya.     

"Sebentar lagi Ayah, sudah tanggung." ucap Chello sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima pagi.     

"Pulanglah cepat dan tidur, ingat Chello kesehatan kamu juga sangat penting." ucap Raka sambil menepuk bahu Chello.     

"Ya Ayah, aku mengerti. Sebentar lagi aku akan pulang dan istirahat." jawab Chello dengan tersenyum tidak Ingin membuat Ayahnya kuatir.     

"Baiklah, Ayah pulang dulu dengan Dokter Evan ya? dan ingat Chello kamu harus lebih bekerja keras lagi. Minggu depan Ijazah gelar Dokter kamu sudah keluar. Kamu harus bersiap-siap untuk ikut dalam operasi tahap dua Danish nanti." ucap Raka mengingatkan Chello.     

"Ya Ayah, yang aku kerjakan sekarang bagian dari itu Ayah." ucap Chello dengan tatapan serius.     

"Syukurlah, kalau kamu sudah melakukannya. Ayah pulang dulu." ucap Raka kemudian keluar dari ruang Dokter.     

Chello menegakkan punggungnya dengan tatapan rumit.     

"Ayraa sebentar lagi akan melahirkan, semoga dengan kelahiran anak kedua nanti Mas Danish lebih kuat untuk operasi tahap dua dan bisa melewati setelah selesai operasi." ucap Chello dalam hati sambil memainkan bulpennya.     

"Kalau semua berjalan lancar aku akan pergi. Aku tidak bisa terus menerus berada di samping mereka. Aku tidak bisa lagi menahan rasa cemburuku ini." ucap Chello seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Tok...Tok... Tok"     

Pintu Chello terbuka tampak wajah Sherly dengan sebuah senyuman. Sherly adalah seorang Dokter yang baru di kenalnya dari Dokter Evan.     

"Hai Chello, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Sherly dengan ramah berjalan masuk menghampiri Chello sambil membawa sebuah kotak makanan.     

"Baik, apa kamu mendapat giliran pagi?" tanya Chello sambil merapikan berkas-berkasnya.     

Sherly menganggukkan kepalanya dengan tersenyum manis.     

"Oh ya... Chell, aku membawa sarapan untukmu. Kamu pasti belum sarapan kan? makanlah." ucap Sherly dengan penuh perhatian membuka kotak makanan untuk Chello.     

"Jangan Sherly, aku minta maaf aku harus pulang cepat." ucap Chello dengan tergesa-gesa melepas pakaian Dokternya.     

"Kalau begitu kamu bawa pulang saja." ucap Sherly dengan perasaan malu karena terlalu yakin Chello tidak akan menolaknya.     

"Oke... terima kasih ya." ucap Chello tersenyum kemudian membawa pulang kotak makanan Sherly yang sudah di siapkan untuknya.     

"Chello, kamu begitu berbeda dengan laki-laki lain. Ada sesuatu yang menarik dari sikap dinginmu. Aku menyukaimu dari saat pertama bertemu denganmu." ucap Sherly dengan tatapan penuh kekaguman.     

Chello mengambil nafas lega, masuk ke dalam mobil dan meletakkan kotak makanan Sherly di atas kursi mobil.     

"Aku rasa, Sherly ada perhatian lebih padaku. Aku tidak bisa membiarkan hal ini, aku tidak ingin menyakiti hati siapapun." ucap Chello dengan tatapan dingin menjalankan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit menuju ke rumahnya.     

Sampai di rumah, Chello melihat sebuah mobil yang tak di kenalnya juga masuk ke halaman rumahnya.     

"Mobil siapa itu? aku tidak pernah melihatnya? apa teman Mas Danish?" tanya Chello dalam hati menghentikan mobilnya bersamaan dengan mobil merah yang tak di kenalnya juga berhenti.     

Dengan penasaran Chello keluar dari mobilnya sambil membawa kotak makanan Sherly.     

"Chello!" panggil seseorang yang keluar dari mobil merah.     

"Bara?" gumam Chello tak habis pikir bagaimana Bara bisa sampai di rumahnya.     

"Kamu pasti terkejut." ucap Bara menghampiri Chello yang berdiri terpaku.     

"Sedikit, tidak percaya saja. Aku pikir, aku salah lihat ternyata benar kamu. Ayo, masuk." ucap Chello seraya berjalan masuk ke dalam rumah di ikuti Bara yang berjalan di sampingnya.     

"Duduklah dulu Bar, aku ganti pakaian dulu." ucap Chello berjalan ke kamarnya untuk berganti pakaian.     

Bara duduk dengan santai menunggu Chello selesai berganti pakaian.     

"Bara!!" panggil Ayraa sangat kaget saat melihat Bara duduk di ruang tengah.     

"Hai Ayraa." sapa Bara dengan sebuah senyuman.     

"Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Ayraa sedikit heran dengan kedatangannya Bara.     

"Kebetulan aku ada urusan pekerjaan dengan investor. Sekalian aku mau bertemu dengan Bibi Ratih ada titipan dari Ayah." ucap Bara dengan sangat meyakinkan.     

"Oh...jadi kamu tahu rumah ini dari Bibi Ratih?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Kurang lebih seperti itu." ucap Bara dengan tersenyum manis.     

"Aku panggilkan Bibi Ratih dulu ya." ucap Ayraa kemudian masuk ke dalam.     

Hati Bara berdebar-debar, tidak menyangka kalau Ayraa yang menemuinya. Bara sengaja datang bukan karena ada pertemuan dengan investor tapi benar-benar karena merindukan Ayraa yang hampir satu bulan tidak pernah dilihatnya. Dan berkat Bibi Ratih, Bara bisa tahu alamatnya Ayraa.     

"Tuan Bara, kenapa tidak memberitahu kalau mau ke sini?" tanya Bibi Ratih yang muncul dengan membawa minuman. Dan di samping Bibi Ratih ada Ayraa bersama Danish.     

"Kebetulan ada kepentingan mendadak Bi. Oh ya Bi Ratih, ada titipan dari Ayah buat Bibi Ratih." ucap Bara sambil memberikan amplop putih pada Bibi Ratih.     

"Apa ini Tuan Bara? jadi merepotkan Tuan besar." ucap Bibi Ratih dengan perasaan tidak enak. Masih ingat dengan jelas bagaimana Bara memohon sedih ingin bertemu Ayraa dan ingin tahu di mana Ayraa tinggal.     

"Tidak apa-apa Bibi Ratih, di simpan saja." ucap Bara sambil melirik ke Ayraa yang sedang duduk dengan Danish kecil.     

"Terima kasih banyak Tuan Bara." ucap Bibi Ratih dengan perasaan terharu.     

"Sama-sama Bi Ratih. Oh ya... Ayraa, kapan kamu melahirkan? rencanaku dua Minggu tinggal di sini. Semoga bisa melihat kamu saat melahirkan." ucap Bara dengan penuh harap.     

"Kurang lebih dua Minggu lagi aku melahirkan." sahut Ayraa tidak merasa curiga apa-apa dengan kedatangannya Bara.     

"Keadaan Danish bagaimana? baik-baik saja kan?" tanya Bara dengan wajah serius.     

"Ya... baik-baik saja, aku panggilkan Mas Danish ya." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Jangan Ayraa, biarkan saja Danish istirahat." ucap Bara dengan tatapan santai.     

"Ya sudah, kamu santai saja di sini ya? aku mau temani Mas Danish dulu." ucap Ayraa sambil menuntun Danish kecil untuk kembali ke kamar.     

Chello yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian segera menemui Bara.     

"Bara, maaf... aku agak lama." ucap Chello sambil duduk di kursi menghadap Bara.     

"Tuan Chello, Tuan Bara,. saya ke dapur dulu." ucap Bibi Ratih mau melanjutkan menyiapkan setapak pagi.     

"Bibi Ratih, di kamarku ada kotak makanan. Tolong Bibi Ratih ambil dan bisa di makan Bibi Ratih untuk sarapan." ucap Chello dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.