THE BELOVED ONE

PERHATIAN PENUH AYRAA (1)



PERHATIAN PENUH AYRAA (1)

0Warning 21 th ke atas.     
0

"Ayraa, Ayah dan Bunda istirahat di rumah saja ya sayang. Besok ke sini lagi sekalian biar Bunda membawa makanan untuk kalian berdua.     

"Ya Ayah, kalau Bunda capek tidak memasak juga tidak apa-apa...kita bisa beli makanan di kantin." ucap Ayraa tidak ingin merepotkan Ayah dan Bundanya.     

"Tidak apa-apa Ayraa, bagi kita kamu adalah tetap putri lucu Ayah dan Bunda." ucap Bagas seraya mengusap lembut rambut Ayraa.     

Wajah Ayraa bersemu merah menatap malu pada Danish yang menatapnya dengan tersenyum.     

"Aku juga mau di sayang oleh Ayah dan Bunda Ayraa." ucap Danish menggoda Ayraa setelah Bagas dan Nicky pulang.     

"Bukannya Kak Danish sudah aku sayang." ucap Ayraa seraya mendekati Danish dan menatap lembut wajah Danish.     

"Kalau kasih sayang kamu sudah wajib Ayraa tidak boleh berkurang." ucap Danish pada Ayraa sambil menggenggam tangan Ayraa.     

"Sekarang yang Kak Danish mau apa?" tanya Ayraa menahan rindu.     

"Kasih sayang kamu pada dedek kecilku Ayraa. Dia membutuhkan belaian mu saat ini, sangat merindukanmu." ucap Danish yang selalu merindukan sentuhan Ayraa namun tubuhnya tidak bisa di ajak kompromi karena sangat kaku dan tidak bisa bergerak.     

"Aku selalu sayang pada dan merindukan milik Kak Danish, tapi bukannya kemarin Kak Danish masih belum menginginkannya?" tanya Ayraa tak mengerti.     

"Kemarin terasa remuk semua tulang semua Ayraa, tapi sekarang..aku sangat merindukan kamu." ucap Danish dengan jujur apa yang di rasakannya sekarang.     

"Kak Danish, apa Kak Danish sudah bisa menggerakkan punggung Kak Danish?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish.     

"Masih belum bisa Ayraa alat penyangga di punggungku semakin tidak bisa membuatku bergerak." jawab Danish berusaha menggerakkan punggungnya dengan pegangan pinggiran tempat tidur namun tetap Danish merasa kesulitan.     

"Jangan di paksakan Kak Danish biar tulang punggung Kak Danish kuat lebih dulu." ucap Ayraa dengan perasaan cemas.     

"Ya Ayraa, entah sampai kapan aku harus berbaring seperti ini...apa kamu tidak akan bosan melihat aku seperti ini Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan intens.     

"Kak Danish... bagaimana Kak Danish bisa bilang kalau aku akan bosan pada suami sendiri. Dan lagi, bagaimana aku bisa bosan kalau setiap hari aku semakin cinta dan sayang pada Kak Danish." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Danish.     

"Mungkin satu hari dua hari tidak akan membuat kamu bosan Ayraa, tapi bagaimana kalau berbulan-bulan aku seperti ini dan tidak bisa memenuhi kebutuhanmu sebagai suami?" tanya Danish dengan suara tertahan.     

"Tidak akan Kak Danish, jangan berpikir seperti itu lagi. Kita sudah menikah Kak, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua. Kita akan selalu bersama-sama sampai kita tua, sampai ajal memisahkan kita." ucap Ayraa seraya mengecup punggung tangan Danish berulang-ulang.     

Danish memejamkan matanya merasakan dadanya sesak penuh dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang telah di berikan Ayraa kepadanya.     

"Ayraa." panggil Danish membuka matanya Ingin tahu bagaimana caranya Ayraa bisa memenuhi hasrat padanya juga pada dirinya sendiri. Danish yakin Ayraa tidak akan bisa terpenuhi hasratnya kalau dirinya tidak bisa bergerak sama sekali.     

"Ya Kak Danish?" jawab Ayraa seraya mendekatkan dirinya pada Danish.     

"Bagaimana dengan permintaanku tadi Ayraa? Apa kamu bisa memenuhinya sekarang?" tanya Danish dengan serius ingin melihat reaksi Ayraa, apa Ayraa benar-benar ada hasrat pada laki-laki yang sudah tidak berdaya seperti dirinya.     

"Apa Kak Danish serius? apa nanti tidak ada rasa sakit pada punggung Kak Danish?" tanya Ayraa dengan tatapan serius menatap kedua mata Danish mencari kesungguhan di sana.     

"Aku serius Ayraa.. aku menginginkanmu saat ini." ucap Danish membalas tatapan kedua mata Ayraa dengan tatapan sayu.     

"Baiklah Kak...tunggu sebentar." ucap Ayraa kemudian beranjak dari tempatnya untuk mengunci pintu kamar rumah sakit.     

Danish hanya bisa berbaring di tempatnya menunggu Ayraa yang menghampirinya setelah menutup pintu kamar.     

"Kak Danish, yakin mau melakukannya? aku hanya mencemaskan Kak Danish bukan karena hal lain." ucap Ayraa setelah berada di samping Danish untuk meyakinkan kembali apa yang diinginkan Danish.     

Danish menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

Karena melihat kesungguhan Danish, akhirnya Ayraa tidak bisa berkata apa-apa selain memenuhi keinginan Danish.     

"Kamu juga menginginkannya kan Ayraa? kalau kamu tidak menginginkannya aku tidak apa-apa, kita bisa tunda di saat kamu menginginkannya saja." ucap Danish sedikit kecewa karena Ayraa beberapa kali memastikan itu hanya keinginannya bukan keinginan berdua.     

"Kenapa kak Danish menanyakan hal itu? bukannya sudah aku bilang di awal, selalu ada hasrat di hatiku saat mendengar suara Kak Danish atau melihat wajah Kak Danish yang begitu tampan di mataku." ucap Ayraa dengan tersenyum menatap Danish dengan tatapan penuh hasrat dan cinta.     

"Lakukan sekarang Ayraa, tapi maafkan aku kalau aku tidak bisa menggerakkan punggungku." ucap Danish dengan suara pelan.     

"Tidak apa-apa Kak, kalau kemarin-kemarin Kak Danish yang lebih aktif biarkan sekarang aku yang aktif agar kita bisa keluar sama-sama ya Kak." ucap Ayraa seraya mengambil tasnya yang ada di atas meja untuk mengambil pengaman yang aman milik Danish yang di beli khusus di apotik atas anjuran dari Dokter.     

Danish melihat Ayraa yang sudah menyiapkan pengamannya berusaha menenangkan diri agar hasratnya bisa terkendalikan.     

Sambil menatap wajah Danish yang sayu Ayraa meletakkan pengaman milik Danish di samping pinggang Danish, kemudian melepas celana pendek dan celana dalam milik Danish dengan pelan kemudian menutupinya dengan selimut rumah sakit.     

"Aku mencintaimu Kak Danish." bisik Ayraa di telinga Danish setelah dirinya juga melepas celana dalamnya dan hanya tertutup dengan sebuah handuk mandi.     

Jantung Danish berdegup sangat kencang hanya dengan melihat Ayraa memakai handuk yang melekat di separuh tubuhnya bagian bawah.     

"Ayraa...aku juga mencintaimu." ucap Danish dengan suara hampir tidak terdengar saat Ayraa mengecup bibirnya dengan penuh perasaan.     

"Mendengar degup jantung Kak Danish yang berdegup sangat kencang membuat Hasratku semakin bergelora Kak." ucap Ayraa seraya tangannya meraba ceruk leher Danish memberikan kecupan-kecupan yang dalam hingga ada banyak tanda merah di sana.     

"Ayraa, apa yang kamu lakukan membuatku tak berdaya sayang... aku benar-benar menginginkanmu aku tidak bisa menahan hasratku lagi?" desah Danish memejamkan matanya merasakan tiap gigitan Ayraa di ceruk lehernya.     

"Ayraa.. lihat milikku sayang, sudah mengeras dan menegang Ayraa. jangan siksa aku terlalu lama Ayraa." ucap Danish seraya meraih tangan Ayraa dan mengarahkan tanda tangan Ayraa pada batang miliknya yang sudah berdiri dan mengeras.     

Ayraa tersenyum, kemudian mengalihkan perhatiannya pada milik Danish yang sudah terlihat berdiri kokoh di tempatnya.     

"Kita akan mengeluarkan hasrat gelora kita bersama-sama ya Kak." ucap Ayraa seraya mendekatkan dirinya pada milik Danish yang sudah menanti untuk di manjakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.