THE BELOVED ONE

UJIAN CINTA DEWA DAN CAYLA



UJIAN CINTA DEWA DAN CAYLA

0"Ya Bunda. Oh, ya Bunda...aku mau bicara dengan Bunda tentang seseorang yang dekat denganku saat ini." ucap Cayla dengan pasti.     
0

"Oh ya... kamu sudah punya kekasih Cayla? syukurlah, Bunda bahagia kalau kamu sudah mempunyai kekasih. Apa dia seorang model juga atau teman Danish Cayla?" tanya Hana menggoda Cayla.     

"Dia teman kak Danish Bunda, namanya Dewa. Orangnya baik dan sangat dewasa sekali Bunda. Sabar juga seperti Ayah." jelas Cayla tentang pribadi Dewa.     

"Sangat tepat kalau Dewa orangnya sabar Cay, karena kamu membutuhkannya dengan sifat kamu yang manja dan keras kepala." ucap Hana merasa senang dengan pilihan Cayla.     

"Tapi Bunda, ada yang lebih penting dari itu semua. Dewa seorang Duda sudah bercerai dengan istrinya tiga tahun yang lalu." ucap Cayla dengan suara pelan.     

"Apa Cayla??!! Dewa seorang duda?" tanya Hana dengan perasaan tak percaya.     

"Ya Bunda, Dewa bercerai karena mantan istrinya bergaya hidup mewah yang tidak melihat keadaan Dewa saat dulu belum bekerja karena masih kuliah." ucap Cayla menceritakan semuanya pada Hana.     

"Aduhhh... Cayla, jangan di teruskan hubungan kamu dengan Dewa Nak, bagiamana nanti kalau kamu hidup dengan Dewa dan kamu di cerai? kamu dari kecil kan sudah terbiasa hidup manja dan hidup mewah. Bahkan untuk melanjutkan kuliah saja minta ke New York. Bunda takut nanti Dewa tidak akan bisa mengimbangi gaya hidup kamu yang sudah terbiasa dari kecil." ucap Hana dengan perasaan cemas.     

"Bunda, aku berjanji akan berubah. Aku akan belajar untuk hidup sederhana seperti Dewa." ucap Cayla berusaha menenangkan hati bundanya.     

"Bunda masih belum percaya Cayla, Bunda ingin kamu dan Dewa berpisah. Bunda harap kalian berdua bisa membuktikan kalau kalian berdua bisa berubah dari hati kalian bukan karena semata-mata karena cinta yang sesaat." ucap Hana dengan suara tegas kemudian menutup panggilannya Cayla.     

Hati Dewa merasa kecewa dan hancur mendengar ucapan Bunda Hana karena ponsel Cayla sengaja di keraskan agar Dewa juga bisa mendengar keputusan Bundanya.     

"Apa yang di katakan Bunda kamu benar Cayla, sebaiknya kita tidak meneruskan hubungan kita. Gaya hidup kita memang jauh berbeda." ucap Dewa dengan perasaan terluka dan sedih.     

"Kamu bilang apa Dewa? kamu belum mengenal Bundaku, apa yang di katakan sudah jelas memberi kita waktu untuk berubah dari niat hati kita. Bukan karena semata-mata karena orang lain." ucap Cayla berusaha menenangkan hati Dewa yang sudah terluka.     

"Lalu...apa yang harus kita lakukan?" tanya Dewa tidak ingin bermimpi lagi untuk mendapatkan Cayla karena kehidupan mereka berdua berbeda.     

"Kita akan tetap bersama, dan kita akan saling membantu untuk menjadikan kita lebih lagi. Kita harus membuktikan pada Bunda kalau kita bisa berubah." ucap Cayla dengan sungguh-sungguh.     

"Apa kamu yakin Cayla? bagaimana kalau Bunda kamu tetap tidak setuju? karena berhubungan dengan seorang Duda?" ucap Dewa merasa putus asa dan harus menerima kenyataan.     

"Aku sangat yakin Dewa, Bunda pasti setuju. Hanya saja Bunda memberi waktu pada kita agar kita bisa berubah." ucap Cayla merasa yakin kalau Bundanya bertujuan baik.     

"Aku masih merasa tidak yakin Cayla, karena aku masih trauma dengan penolakan. Sudah berapa kali wanita yang mendekatiku dan aku menerimanya. Tapi selalu berujung dengan perpisahan karena orang tuanya tidak bisa menerimaku sebagai seorang duda dan tidak kaya." ucap Dewa dengan tatapan sayu.     

"Kamu harus yakin seperti aku Dewa. Bagaimana kita bisa menunjukkan pada Bunda kalau kita tidak bekerja sama dengan baik Dewa? kita harus saling mendukung satu sama lain."Ucap Cayla menatap penuh wajah Dewa.     

"Aku hanya trauma saja dengan penolakan Cayla." ucap Dewa sambil menggenggam kamu kedua tangan Cayla.     

"Jangan pikirkan itu lagi ya... aku akan membantumu dan kamu akan membantuku, kita akan sama-sama menghadapi ujian ini. Kamu mau kan Dew?" tanya Cayla dengan tatapan penuh harap.     

Dewa menganggukan kepalanya kemudian mengecup punggung tangan Cayla.     

"Terima kasih Cayla, kamu telah mengembalikan kepercayaanku lagi. Sekarang aku yakin masih ada wanita yang bisa menerima apa adanya aku." ucap Dewa dengan tatapan penuh cinta.     

"Aku senang kalau kamu merasa begitu. Bukankah kita saling mencintai? dengan ujian ini, kita harus bersama-sama saling menggenggam tangan. Kita berdua akan menunjukkan pada Bunda kalau kita bisa benar-benar berubah karena ada orang yang kita cintai di sisi kita." ucap Cayla dengan tersenyum.     

Dewa tersenyum, kembali mengecup punggung tangan Cayla.     

"Aku tidak menyangka, aku kira kamu adalah wanita yang sombong karena penampilanmu yang sangat berkelas. Tapi ternyata, hati kamu baik dan penuh perhatian. Aku sangat beruntung karena bisa mencintaimu dan sekarang telah memilikimu." ucap Dewa tak lepas menatap kedua mata Cayla.     

"Sekarang kamu tidur ya...kamu terlihat lelah. Jangan bicara terus, nanti kamu bisa demam lagi." ucap Cayla tersenyum, seraya mengusap wajah Dewa dengan rasa sayang.     

"Tapi aku tidak bisa tidur Cayla. Aku hanya ingin bicara terus denganmu. Dan lagi bukannya kita menunggu kedatangan Pak Danish dan Bu Ayraa." ucap Dewa tidak ingin tertidur saat Danish dan Ayraa datang.     

Cayla tertawa kecil, saat mendengar Dewa memanggil Danish dan Ayraa dengan panggilan Pak dan Ibu, karena selama ini Cayla sudah terbiasa hanya memanggil Ayraa dan Kak Danish.     

"Kalau di luar kantor, kenapa kamu tidak memanggil nama mereka saja? bukankah usia kalian tidak terpaut jauh, bahkan dengan Ayraa kamu lebih tua kan?" ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Aku sudah terbiasa memanggilnya seperti itu Cayla. Dan lagi aku merasa tidak enak karena aku adalah bawahan mereka." ucap Dewa merasa minder.     

"Mereka berdua telah menganggap kamu sebagai teman Dewa. Jadi...kamu juga harus menganggap mereka sebagai teman bukan sebagai atasan dan bawahan, kecuali kalau kita sudah berada di kantor kita harus menempatkan diri kalau kita sebagai bawahan mereka. Seperti sama halnya aku, walaupun Ayraa adalah sahabat dekatku bahkan sudah seperti saudara kalau di kantor aku juga akan menempatkan diri sebagai bawahan. Kamu pasti bisa melakukannya karena mereka juga sangat baik untuk kita jadikan teman atau sahabat." ucap Cayla ingin Dewa membuka diri agar bisa berteman baik dengan Danish dan Ayraa.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

"Ponsel kamu berbunyi Cayla, mungkin itu dari Bunda kamu.." ucap Dewa merasa was-was kalau Bunda Cayla sudah tidak memberikan kesempatan untuk membuktikan kalau dia bersungguh-sungguh mencintai Cayla.     

Dengan cepat Cayla mengambil ponselnya.     

"Ayraa yang masih yang menelpon Dew." ucap Cayla sambil menerima panggilan Ayraa.     

"Hallo...Ayraa, ada apa? kamu sudah sampai di mana sekarang?" tanya Cayla setelah mendengar suara Ayraa yang sedang bicara dengan Danish.     

"Aku masih di rumah, kemungkinan aku sampai sana agak siangan. Ada kesibukan pagi ini dengan mas Danish. Bagaimana kabar Dewa? apakah Dewa sudah sadar kembali?" tanya Ayraa ingin tahu keadaan Dewa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.