THE BELOVED ONE

JANJI SEORANG BARA



JANJI SEORANG BARA

0Usia Danish kecil sudah empat bulan. Tubuh Danish kecil sangat gemuk dan terlihat lucu. Kebahagiaan Danish tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, selain menunjukkan rasa kasih sayangnya pada Danish kecil dengan selalu menemani dan menjaganya setiap hari.     
0

"Mas... sudah, Istirahatlah. Mas Danish sudah terlihat lelah." ucap Ayraa seraya mengambil alih Danish kecil.     

"Aku tidak apa-apa Ayraa." ucap Danish menatap Ayraa yang sedang menggendong Danish kecil.     

Memang beberapa hari terakhir, keadaan Danish kurang begitu sehat. Sudah hampir tiga kali Danish di temukan pingsan oleh Ayraa.     

"Mas... dengarkan aku. Mas Danish sudah beberapa kali pingsan. Aku tidak mau Mas Danish drop kembali." ucap Ayraa sambil menatap penuh wajah Danish yang terlihat lebih kurus.     

"Ya Ayraa, aku mendengarmu." ucap Danish dengan tersenyum, merasa bahagia dengan perhatian Ayraa yang semakin besar padanya.     

"Jangan hanya mendengar saja Mas, tapi di lakukan. Sekarang Mas Danish segera minum obat dan istirahat." ucap Ayraa sambil menggandeng tangan Danish yang masih duduk di kursi.     

Dengan tersenyum, Danish berdiri dari duduknya mengikuti Ayraa yang menggandengnya pergi ke kamar.     

"Berbaringlah Mas, aku akan mengambilkan obat dan air putih dulu." ucap Ayraa sambil menggendong Danish kecil mengambil obat dan air putih buat Danish.     

"Ini Mas, minumlah." ucap Ayraa sambil duduk di samping Danish.     

Segera Danish mengambil obat dan airputih dari tangan Ayraa dan meminumnya.     

Ayraa tersenyum setelah Danish minum obat.     

"Istirahatlah Mas." ucap Ayraa sambil mengecup punggung tangan Danish.     

Hati Ayraa menangis sedih. Sejak Danish beberapa kali pingsan telah membuat hatinya semakin takut kehilangan. Apalagi Dokter mengatakan secara keseluruhan semua organ vital Danish mulai bermasalah. Karena itulah kondisi tubuh Danish semakin menurun seiring berat badannya juga berkurang.     

"Ayraa." panggil Danish dengan suara pelan saat melihat Danish kecil mulai tidur dalam gendongan Ayraa.     

"Ya Mas." jawab Ayraa sambil mengusap-usap punggung Danish kecil.     

"Berbaringlah di sampingku." ucap Danish sambil menepuk kasur kosong di sampingnya.     

"Sebentar Mas." ucap Ayraa kemudian menidurkan Danish kecil di tempat tidurnya.     

Setelah menidurkan Danish segera Ayraa berbaring di samping Danish dengan posisi miring menghadap Danish.     

"Ayraa." panggil Danish sambil menggenggam tangan Ayraa dan mengusapnya dengan pelan.     

"Ya Mas, ada apa?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish.     

"Usia Danish sudah empat bulan, dan sudah satu bulan sejak kita melakukannya untuk memberikan adik buat Danish kecil. Apa kamu masih belum merasakan sesuatu atau tanda-tanda kalau kamu hamil Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan serius.     

Ayraa tersenyum, seraya mengusap lembut pipi Danish yang semakin tirus.     

"Aku belum merasakan apa-apa Mas, tapi tiga hari yang lalu harusnya aku haid Mas. Tapi sampai sekarang aku belum haid juga. Mudah-mudahan apa yang kita inginkan segera di kabulkan oleh Tuhan." ucap Ayraa sangat tahu kenapa Danish ingin segera mempunyai anak lagi. Semua karena Danish sudah tahu kalau kondisinya lambat laun tidak akan bisa maksimal sebagai laki-laki yang normal yang bisa memuaskan istri.     

"Aku harap kamu hamil Ayraa, karena kamu tahu apa yang di katakan Dokter kalau milikku lambat laun tidak bisa memuaskanmu dan spermaku akan melemah. Aku tidak bisa lagi memberikan Danish seorang adik." ucap Danish dengan tatapan sedih.     

"Aku juga berharap aku hamil Mas. Mas Danish tenang ya? bukankah aku sudah mengatakan kalau aku sedikit terlambat tiga hari." ucap Ayraa dengan tersenyum namun menangis dalam hati.     

"Kenapa kita tidak ke Dokter saja Ayraa? agar kita segera tahu, kamu hamil atau tidak?" tanya Danish sudah tidak sabar.     

"Ya Mas, aku akan segera ke Dokter Citra untuk memeriksakan diri. Sekarang Mas Danish istirahat ya." ucap Ayraa dengan tatapan sedih.     

"Maukah kamu pergi sekarang ke Dokter Citra! aku sudah tidak sabar Ayraa." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.     

Ayraa terdiam, menatap penuh wajah Danish yang memelas.     

"Baiklah Mas, aku ke Dokter Citra sekarang. Selagi Danish kecil tidur." ucap Ayraa sangat berat meninggalkan Danish dan Danish kecil.     

"Berangkatlah sekarang, aku akan menjaga Danish kecil." ucap Danish dengan tersenyum.     

Ayraa menganggukkan kepalanya, kemudian mengecup kening Danish dengan sangat lama.     

"Aku mencintaimu Mas, aku pergi dulu." ucap Ayraa dengan hati semakin sedih.     

"Aku lebih-lebih mencintaimu Ayraa, hati-hati di jalan." ucap Danish dengan kedua matanya terpejam merasakan kecupan Ayraa.     

Dengan perasaan berat Ayraa keluar dari kamar dan pergi keluar.     

Tiba di luar rumah saat akan masuk mobil, ada seseorang yang memanggilnya.     

"Ayraa." Panggil seseorang dengan suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya.     

"Bara? kenapa Bara ada di sini?" tanya Ayraa melihat Bara yang berlari-lari menghampirinya.     

"Bara? kamu ada di sini?" tanya Ayraa dengan heran.     

"Ya... pagi tadi aku baru pindah ke sini. Rumah di sana itu di jual oleh yang punya rumah. Karena aku mencari suasana baru dekat pantai aku membelinya." ucap Bara dengan tersenyum, masih ingat jelas bagaimana dia berusaha keras membujuk orang yang punya rumah dengan membeli rumahnya dengan harga dua kali lipat.     

"Wah... selamat datang kalau begitu, semoga kamu betah tinggal di sini." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Kamu mau kemana Ayraa?" tanya Bara dengan tatapan penuh.     

"Aku mau ke Dokter Citra, mau periksa." sahut Ayraa dengan jujur.     

"Oh... kamu mau ke tempat Tante? kamu mau periksa apa?" tanya Bara penasaran.     

"Mau cek kehamilan." jawab Ayraa dengan singkat.     

"Wow...kamu mau hamil lagi? hebat ya Danish? semoga kamu hamil Ayraa." ucap Bara dengan perasaan kembali sakit. Sejak tahu Danish beberapa kali pingsan dan drop Bara berharap dia punya kesempatan untuk bisa melihat Ayraa dan menjaga Ayraa dari hal apapun.     

"Aamiin, aku berangkat dulu ya Bar." ucap Ayraa setelah beberapa saat.     

"Eh.. ya, hati-hati di jalan." ucap Bara dengan tatapan penuh melihat Ayraa masuk ke dalam mobil.     

"Aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu Ayraa, meskipun aku harus menunggumu dalam waktu yang sangat lama. Aku akan setia menunggu sampai saat itu tiba. Aku akan menjaga dan membahagiakanmu." ucap Bara dalam hati masih melihat ke arah mobil Ayraa yang sudah berlalu pergi. Sambil berjalan ke rumah barunya Bara menghubungi Dokter Citra.     

"Tante, sebentar lagi Ayraa akan sampai di tempat Tante. Ayraa akan cek kehamilan, kalau nanti ternyata Ayraa hamil tolong di pastikan lagi keadaan Ayraa dan janinnya sehat dan negatif dari virus HIV. Aku ingin Tante memberikan penanganan yang khusus buat Ayraa." ucap Bara dengan serius.     

"Tentu Bara, tapi kamu harus ingat Ayraa masih bersuami jadi jangan pernah menganggu hubungan rumah tangga mereka." ucap Dokter Citra dengan serius.     

"Ya Tante, nasihat Tante akan aku ingat. Aku berjanji tidak akan mendekati Ayraa selama Ayraa masih bersama Danish." sahut Bara dengan sangat jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.