THE BELOVED ONE

SUAMI TERSAYANG (1)



SUAMI TERSAYANG (1)

0Dengan tersenyum Ayraa masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya dengan sangat pelan.     
0

"Ya Tuhan! aku hampir lupa kalau besok hari ulang tahun Mas Danish. Aku harus memberikan kejutan." ucap Ayraa dengan tersenyum menjalankan mobilnya ke arah rumah Cayla.     

Tiba di rumah Cayla segera Ayraa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah Cayla.     

"Ayraa!! lama sekali kamu datang?" ucap Cayla yang sudah menunggu Ayraa.     

"Ya Maaf, aku tadi mampir ke toko kue untuk memesan kue tart untuk Mas Danish. Bagaimana Cayla? Apa kamu sudah memberitahu Dewa kalau besok kita akan membuat kejutan buat ulang tahun Mas Danish?" tanya Ayraa sambil duduk di sofa.     

"Sudah. Dewa juga sudah memesan beberapa menu makanan dari restoran untuk bisa dikirim tepat waktu. Pagi hari sudah sampai sana." ucap Cayla dengan tersenyum.     

"Syukurlah, Jangan lupa untuk datang tepat waktu." ucap Ayraa sambil melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan jam dua siang.     

"Cayla, aku pulang dulu. Aku sudah terlambat pulang dua jam." ucap Ayraa menceritakan rencananya untuk membawa Danish kecil ke rumah sakit untuk imunisasi.     

"Bisa gawat itu kalau Kak Danish marah padamu! terlambat sampai dua jam." ucap Cayla menggoda Ayraa.     

"Kamu! seharusnya kamu mendoakan aku agar Mas Danish tidak marah. Ya sudah, aku tunggu kamu besok pagi jangan sampai terlambat." ucap Ayraa sambil mencubit pipi Cayla yang sudah gemuk karena kehamilannya.     

Cayla tertawa keras kemudian mengantar Ayraa sampai masuk mobil.     

Dengan perasaan lega, akhirnya Ayraa menjalankan mobilnya kembali ke pulang.     

Tiba di rumah Ayraa masuk ke dalam rumah dan naik ke atas pergi ke kamarnya.     

Di lihatnya Danish sedang duduk di sofa sambil menggendong Danish kecil.     

"Mas, maaf aku datang terlambat. Aku ada keperluan mendadak jadi terlambat pulang." ucap Ayraa mendekati Danish yang sedang menatapnya.     

"Keperluan apa Ayraa? aku dan Danish hampir dua jam menunggumu." ucap Danish ingin tahu keperluan Ayraa.     

"Aku ke kantor sebentar, melihat hasil kerja Dewa." ucap Ayraa terpaksa berbohong karena tidak ingin Danish mengetahui rencananya.     

Danish menatap penuh wajah Ayraa mencari kejujuran di mata Ayraa.     

"Apa kamu bertemu Dewa?" tanya Danish dengan suara berat.     

"Ya.. aku bicara banyak dengan Dewa." jawab Ayraa dengan perasaan bersalah.     

Danish terdiam menghela nafas panjang karena telah tahu Ayraa berbohong.     

Bagaimana bisa Ayraa mengatakan kalau berbincang panjang lebar dengan Dewa kalau posisi Dewa tidak di kantor tapi di luar kota walau hanya sehari.     

Masih dengan diam Danish bangun dari duduknya untuk menidurkan Danish kecil di tempat tidurnya.     

Melihat Danish diam, Ayraa tahu Danish sedang tidak enak hatinya.     

"Mas, aku mandi dulu ya." ucap Ayraa Ingin cepat mandi dulu baru kemudian mengembalikan suasana hati suaminya.     

Dengan cepat, Ayraa masuk ke kamar mandi dan membersihkan badannya agar tidak lengket.     

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Ayraa menghampiri Danish yang sedang berbaring miring menghadap dinding.     

"Mas Danish benar-benar marah padaku." ucap Ayraa dalam hati sambil duduk di samping Danish.     

"Mas...apa Mas Danish marah?" tanya Ayraa sambil menyentuh bahu Danish.     

Danish memejamkan matanya, berusaha untuk tenang.     

"Kenapa aku harus marah Ayraa, bukankah kamu datang terlambat karena ada alasannya. Aku percaya padamu karena kamu istriku. Siapa yang harus aku percaya kalau bukan istriku sendiri Ayraa?" ucap Danish dengan suara pelan.     

Ayraa menghela nafas panjang, berpikir tentang apa yang di pikirkan Danish.     

"Apa Mas Danish tahu kalau aku berbohong?" tanya Ayraa dalam hati.     

"Mas.. apa Mas Danish sudah makan? aku ambilkan makan ya?" tanya Ayraa mengalihkan pembicaraan agar Danish melupakan kesedihannya.     

"Aku belum lapar Ayraa, aku mau istirahat sebentar. Jagalah Danish kecil siapa tahu akan terbangun." ucap Danish memejamkan matanya berusaha untuk tidur namun tetap tidak bisa.     

Hatinya masih bertanya-tanya, kenapa Ayraa sampai berbohong padanya. Apa yang di lakukan Ayraa selama dua jam.     

Berkali-kali Danish menghela nafasnya, dan itu di ketahui Ayraa dengan sangat jelas karena Ayraa masih duduk di samping Danish.     

Perlahan Ayraa berbaring di samping Danish kemudian memeluk erat pinggang Danish.     

Danish menelan salivanya, saat merasakan pelukan hangat Ayraa yang kini telah membuat hatinya semakin sedih.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Ponsel Ayraa yang ada di dalam tasnya berbunyi berulang-ulang. Dengan terpaksa Ayraa melepas pelukannya kemudian bergegas mengambil ponselnya yang masih berbunyi terus.     

Danish membuka matanya bertanya-tanya dalam hati siapa yang menghubungi Ayraa tanpa henti.     

Segera Ayraa mengambil ponselnya kemudian menerima panggilan Bara.     

"Bara? ada apa kamu meneleponku? bukannya kamu ke sini nanti sore?" tanya Ayraa dengan heran.     

"Ya Ayraa, benar apa kata kamu. Tapi nanti sore aku harus ke luar kota sama Ayah. Jadi aku sempatkan datang sekarang. Aku sudah luar." ucap Bara menjelaskan sesuatu pada Ayraa.     

"Apa?? kamu sudah di sini?" tanya Ayraa kemudian segera memutuskan panggilan Bara.     

Bergegas Ayraa keluar dari kamar untuk menemui Bara.     

Danish menelan salivanya dengan kedua matanya yang terpejam.     

"Apa kamu terlambat pulang karena Bara, Ayraa?" tanya Danish dalam hati tidak tahu harus percaya pada Ayraa atau tidak.     

"Kamu sudah berbohong tentang Dewa, apa kamu juga berbohong tentang Bara?" tanya Danish terus menerus bertanya dalam hatinya.     

Dengan hati kecewa Danish bangun dari tidurnya menidurkan duduk bersandar menunggu kedatangan Ayraa. Danish Ingin tahu apa yang akan di katakan Ayraa kali ini.     

Tidak begitu lama Ayraa sudah masuk ke dalam kamar.     

Danish tersenyum menahan lukanya.     

"Dari mana Ayraa?" tanya Danish dengan suara hampir tercekat.     

Ayraa mendekat dan duduk di samping Danish.     

"Dari depan Mas, Bara datang membawa buku catatan. Aku ketinggalan banyak mata kuliah Mas. Berkat Bara aku masih bisa mengikutinya." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Danish terdiam, melihat Ayraa yang tersenyum tidak merasa bersalah dengan apa yang telah di lakukannya.     

"Mas, aku mau membawa Danish ke rumah sakit untuk imunisasi. Apa Mas Danish mau ikut?" tanya Ayraa tidak ingin Danish terlalu capek karena sudah menjaga Danish kecil dari pagi.     

"Tentu aku ikut Ayraa, Danish adalah anakku aku harus bertanggung jawab sepenuhnya pada Danish." ucap Danish dengan suara sangat berat.     

"Kalau begitu cepat sedikit Mas, kita sudah terlambat." ucap Ayraa tanpa sadar kata-katanya telah menyinggung Danish.     

"Bukannya kamu yang terlambat datang Ayraa?" ucap Danish dengan suara pelan mengingatkan keterlambatan Ayraa.     

Ayraa terdiam, sangat tahu benar kalau hati Danish saat ini tidak baik.     

"Ya Mas, aku minta maaf. Aku lupa kalau aku yang telah membuat terlambat. Ayo kita berangkat sekarang Mas." ucap Ayraa sambil mengangkat Danish kecil dalam gendongannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.