THE BELOVED ONE

PEMBANTU PILIHAN BARA



PEMBANTU PILIHAN BARA

0"Bagaimana Ayraa? apa kamu sudah bicara dengan Dewa?" tanya Danish saat duduk berjemur di teras rumah agar terkena sinar matahari.     
0

"Sudah Mas, tapi Dewa masih sibuk dengan pekerjaannya di luar kota. Masih belum sempat mencari pembantu buat kita." jawab Ayraa sambil mengupas buah apel untuk Danish.     

"Lalu, sampai sampai kapan kita menunggu informasi dari Dewa?" tanya Danish sambil makan sepotong apel yang sudah di kupas Ayraa.     

"Dewa tidak mengatakan apa-apa, hanya saja Dewa memberi saran agar kita bertanya pada Bara yang mungkin bisa mencarikan pembantu buat kita. Bara asli orang Bali sama seperti Dewa, kemungkinan banyak mengenal orang-orang yang membutuhkan kerja untuk jadi pembantu." ucap Ayraa menjelaskan apa yang di katakan Dewa.     

Danish terdiam, tidak mengatakan apa-apa.     

"Menurut Mas Danish bagaimana? apa aku harus meminta bantuan pada Bara?" tanya Ayraa meminta pendapat Danish.     

"Terserah kamu saja Ayraa, aku tidak bisa memberi saran apa-apa." ucap Danish berusaha menenangkan hatinya agar tidak cemburu lagi.     

"Kalau begitu biar aku menghubungi Bara sekarang." ucap Ayraa kemudian mengambil ponselnya untuk segera menghubungi Bara.     

Melihat Ayraa menghubungi Bara, Danish dengan hanya mengalihkan pandangannya ke tempat lain sambil makan buah apelnya.     

"Hallo... Bara, bagaimana kabarmu?" tanya Ayraa mengawali pembicaraannya.     

"Ayraa?? kamu? tidak biasanya kamu menghubungiku, ada apa?" Tanya Bara dengan perasaan tak percaya.     

"Ya Bara, aku mau meminta bantuan padamu. Aku mau mencari pembantu yang cekatan dan bisa melakukan apa saja." ucap Ayraa dengan serius.     

"Oh... begitu, kalau kamu mau aku bisa memberikan satu pembantu untuk kamu. Pembantu kepercayaan di keluargaku. Bibi Ratih namanya. Orangnya sangat sabar dan cekatan." ucap Bara berniat memberikan Bibi Ratih agar bisa menjaga Danish dan juga bisa memberikan kabar tentang keadaan Ayraa dan bayinya.     

Ayraa menatap ke arah Danish untuk meminta pendapat.     

"Bara, sebentar....aku mau tanya Mas Danish dulu." ucap Ayraa seraya menutup ponselnya dengan tangannya agar Bara tidak mendengarnya.     

"Mas... bagaimana? Bara memberikan salah satu pembantunya yang bernama Bibi Ratih, orangnya sabar dan cekatan. Apa Mas Danish mau?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish.     

"Terserah kamu saja Ayraa. Kamu yang bisa menilai pembantu seperti apa yang kamu inginkan. Kalau menurut kamu Bibi Ratih bisa diandalkan, ya tidak apa-apa. Di terima saja." ucap Danish berusaha untuk netral dan tidak membuat hati Ayraa kecewa.     

"Baiklah Mas, kalau menurutku lebih baik kita menerima Bibi Ratih orang yang sudah dipercaya keluarga Bara. Paling tidak kita juga sudah mengenal keluarga Bara." ucap Ayraa dengan serius.     

"Ya sudah, bilang saja pada Bara untuk mengantar Bibi Ratih kesini biar bisa langsung bekerja." ucap Danish sambil mengunyah lagi apelnya.     

"Oke Mas, aku akan memberi jawaban Bara sekarang." ucap Ayraa seraya membuka tangannya untuk melanjutkan percakapannya dengan Bara.     

"Hallo... Bara, aku dan Mas Danish setuju dengan kamu memberikan Bibi Ratih pada kita. Kalau bisa hari ini Bibi Ratih bisa kamu antar kesini, apa kamu bisa?" tanya Ayraa dengan penuh harap.     

"Baiklah, sekarang juga Bibi Ratih akan aku antar ke rumah kamu." ucap Bara dengan cepat.     

"Terima kasih Bara, aku tunggu ya." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya.     

"Mas Danish, nanti beri pendapat tentang Bibi Ratih ya? kalau hati Mas Danish kurang setuju aku akan bilang pada Bara." ucap Ayraa merasa lega karena sudah mendapat pembantu.     

Danish menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Mas Danish mau aku kupaskan apel lagi?" tanya Ayraa dengan penuh perhatian.     

"Tidak usah Ayraa, aku sudah kenyang. Aku ingin istirahat saja di dalam kamar. Sudah sangat panas disini." ucap Danish bangun dari duduknya.     

Dengan segera Ayraa membantu Danish masuk ke dalam untuk istirahat di kamar.     

"Mas, Mas Danish temani Danish dulu ya. Aku akan membereskan sisa apel yang ada di depan." ucap Ayraa pada Danish setelah berada di kamar.     

Danish menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke tempat tidur Danish yang masih tidur pulas.     

Bergegas Ayraa keluar kamar untuk segera membereskan sisa apel yang ada di teras depan, sambil menunggu kedatangan Bara sama Bibi Ratih.     

Setelah membereskan sisa apel ke dalam kulkas, Ayraa duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Bara.     

Tidak berapa lama kemudian terdengar suara pagar terbuka dan terlihat Bara dengan seorang wanita yang sudah berusia setengah abad masuk ke dalam rumah.     

"Ayraa, ini Bibi Ratih yang sudah bertahun-tahun ikut di keluarga besarku. Aku sangat percaya pada Bibi Ratih dibanding dengan pembantu lainnya. Semoga dengan adanya Bibi Ratih tinggal di sini, semua pekerjaan kamu bisa teratasi oleh Bibi Ratih. Karena Bibi Ratih sangat cekatan dalam bekerja." ucap Bara dengan apa adanya.     

"Wah... terima kasih Bara, aku sangat senang kalau Bibi Ratih bisa mengatasi semua pekerjaan. Dan juga punya kesabaran untuk menjaga bayiku Danish juga suamiku kalau aku sedang keluar rumah." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Aku sangat yakin sekali kalau kamu akan menyukai Bibi Ratih, karena Bibi Ratih sangat sabar sekali menghadap anak kecil." ucap Bara lagi merasa lega karena Bibi Ratih orang kepercayaannya bisa menjaga Ayraa dan bayi Danish.     

"Bibi Ratih mulai sekarang Bibi Ratih akan tinggal di sini bersama Ayraa. Aku minta tolong pada Bibi Ratih agar bersungguh-sungguh kerja di sini, karena Ayraa adalah temanku." ucap Bara pada Bibi Ratih yang berdiri dengan tersenyum ramah.     

"Ya Tuan Bara, saya mengerti kalau Nyonya Ayraa adalah teman Tuan Bara. Saya akan bersungguh-sungguh kerja di sini." ucap Bibi Ratih dengan sangat sopan.     

"Oh ya Bibi Ratih, Bibi Ratih usianya berapa sekarang?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Usia saya enam puluh dua tahun Nyonya. Tapi, Nyonya jangan kuatir tenaga saya masih sangat kuat. Kalau Nyonya minta tolong apapun, pasti saya bisa mengerjakannya." ucap Bibi Ratih dengan penuh semangat.     

Ayraa tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah Bibi Ratih, kalau begitu Bibi Ratih mulai sekarang bisa bekerja di sini. Dan untuk tempat tidur Bibi Ratih ada di kamar bawah, di samping ruang dapur." ucap Ayraa sambil menunjuk kamar yang terlihat dari ruang tengah.     

Bibi Ratih menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Baiklah Ayraa, karena tugasku sudah selesai mengantar Bibi Ratih ke sini, aku permisi mau pulang. Oh ya... Ayraa, kalau ada apa-apa hubungi saja aku. Sekarang aku tinggal di perumahan sini. Kalau kamu mampir silakan, pintu rumahku terbuka untuk kamu." ucap Bara dengan tersenyum lega.     

Ayraa menganggukkan kepalanya.     

"Terima kasih ya Bara." ucap Ayraa merasa tidak enak telah merepotkan Bara.     

"Ya sudah, aku pulang dulu. Salam buat Danish." ucap Bara kemudian keluar meninggalkan rumah Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.