THE BELOVED ONE

MERINDUKANMU



MERINDUKANMU

0Tiga bulan kemudian....     
0

Usia Danish kecil sudah genap satu tahun. Dan usia kandungan Ayraa hampir empat bulan. Kesehatan Danish semakin menurun namun begitu Danish tetap semangat tidak menunjukkan rasa sakitnya.     

"Ayraa." panggil Danish di tempat tidur saat terbangun pagi-pagi sekali.     

"Ya Mas." sahut Ayraa masih dengan kedua matanya yang terpejam.     

"Aku berencana mulai hari ini akan bekerja lagi. Tapi kamu jangan kuatir, kalau aku bekerja hanya setengah hari saja sekedar membantu Dewa. Karena kamu tahu sendiri, Cayla akan segera melahirkan. Aku tidak ingin disaat Cayla melahirkan Dewa masih sibuk bekerja." ucap Danish dengan posisi miring menghadap Ayraa.     

Seketika Ayraa membuka matanya menatap wajah Danish yang sedikit pucat.     

"Kenapa harus pergi ke kantor Mas? bukannya Mas Danish bisa kerja di rumah dan bisa berhubungan dengan para karyawan lainnya dari rumah?" tanya Ayraa mencemaskan keadaan Danish.     

"Aku harus mencari kesibukan Ayraa, agar sedikit melupakan rasa sakitku ini. Kalau di rumah aku tidak bisa apa-apa, kamu dan Bibi Ratih terlalu memanjakan aku. Aku harus sering bergerak." ucap Danish Ingin melawan sakitnya.     

"Rasa sakitnya Mas Danish itu malah tidak akan baik kalau Mas Danish sering bergerak. Karena Mas Danish bisa capek dan itu akan membuat Mas Danish akan semakin lemas dan drop kembali." ucap Ayraa merasa kasihan pada Danish yang mulai bosan tidak mengerjakan apa-apa.     

"Tidak Ayraa, aku tidak akan banyak bergerak. Aku berjanji padamu aku hanya bekerja empat jam saja dari jam delapan pagi sampai jam dua belas saja." ucap Danish dengan tatapan sungguh-sungguh.     

Ayraa terdiam menatap penuh wajah Danish. Hati Ayraa tidak tega melihat wajah Danish yang terlihat sedih. Ayraa mengingat jelas apa yang di katakan Dokter Prasetyo, kalau Danish hidupnya tidak akan lama lagi, Danish hanya bisa bertahan beberapa tahun saja. Karena itulah Ayraa berusaha untuk memenuhi semua keinginan Danish apapun itu, agar hari-hari Danish dipenuhi dengan kebahagiaan.     

"Apa Mas Danish benar-benar ingin bekerja? apa Mas nanti tidak merindukan anak kita? bagaimana kalau Danish rewel mencari Mas Danish?" tanya Ayraa dengan tatapan sedih.     

"Yah... aku ingin bekerja di kantor lagi. Tentu saja aku akan menghubungi Danish terus. Dan lagi... aku sangat yakin saat ada kamu di rumah bersama Bibi Ratih, Danish tidak akan menangis." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Baiklah, apa yang Mas Danish inginkan. Aku pasti akan mendukung sepenuhnya. Yang terpenting Mas Danish harus menjaga kesehatan Mas Danish." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish.     

"Terima kasih Ayraa, kamu sangat mengerti aku. Selalu memahami dan mendukungku." ucap Danish dengan suara pelan.     

"Sama-sama Mas. Oh ya... Mas Danish, tapi Dewa tetap akan bekerja kan?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Ya tentu saja Dewa tetap akan bekerja. Aku hanya sekedar membantu Dewa agar disaat Cayla melahirkan nanti Dewa bisa meninggalkan tempat kerja tanpa ada beban. Kamu tahu sendiri bagaimana tanggung jawab Dewa yang begitu besar pada perusahaan?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

Ayraa menganggukkankepalanya.     

"Apa kamu tahu kira-kira kapan Cayla akan melahirkan? aku rasa tinggal sebentar lagi bukan?" tanya Danish yang juga tidak sabar kandungan Ayraa juga segera lahir masih kurang lima bulan lagi. Dan semoga di waktu Ayraa melahirkan dia masih di beri umur panjang.     

"Kandungan Cayla sudah sembilan bulan, tinggal menunggu harinya saja Mas." ucap Ayraa sambil meraih tangan Danish dan di letakkan di atas perutnya yang sudah berusia empat bulan.     

"Kalau bayi perempuan kita ini, akan lahir lima bulan lagi. Keinginan Mas Danish sudah terpenuhi dengan memberikan adik perempuan buat Danish." ucap Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Ya...aku sangat bahagia karena Tuhan telah mendengarkan semua doaku dengan memberikan seorang adik perempuan pada Danish." ucap Danish sambil mengusap pelan perut Ayraa.     

Ayraa tersenyum kemudian menenggelamkan kepalanya di dada Danish yang semakin hari tarikan nafas Danish semakin berat.     

"Aku harus bangun sekarang Ayraa untuk bersiap-siap kerja hari ini." ucap Danish dengan membelai bahu Ayraa yang tenggelam dalam pelukannya.     

"Masih jam berapa Mas? masih jam enam pagi. Masih ada dua jam lagi untuk Mas Danish santai." ucap Ayraa yang masih merindukan harum tubuh Danish.     

"Aku harus bangun pagi agar bisa bermain dulu dengan Danish." ucap Danish seraya melepas pelukan Ayraa.     

"Tapi Danish masih tidur Mas, Mas Danish tetap saja di sini. Aku masih merindukanmu." ucap Ayraa yang baru saja terpisah dengan Danish selama dua Minggu karena tugas terakhir kuliahnya untuk meraih gelar sarjana.     

Danish menatap lembut wajah Ayraa.     

"Merindukan apanya?" tanya Danish dengan suara pelan.     

"Merindukan semuanya Mas, terutama pelukan hangat Mas Danish." ucap Ayraa dengan malu-malu.     

"Apa hanya itu saja sayang?" tanya Danish menggoda Ayraa.     

"Emm... kalau aku merindukan yang lainnya, apa Mas Danish mau memberikannya?" tanya Ayraa semakin menggoda Danish.     

"Apapun yang kamu inginkan Ayraa." ucap Danish dengan tatapan sayu.     

"Aku merindukan milikmu Mas, kita sudah jarang melakukannya. Aku Ingin seminggu sekali kita melakukannya, atau dua Minggu sekali." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Maafkan aku, yang selalu tidak bisa memenuhi keinginanmu di saat aku sakit Ayraa." ucap Danish semakin sedih dengan permintaan Ayraa.     

"Tidak apa-apa Mas, bukannya kita masih bisa melakukannya?" ucap Ayraa mendekatkan wajahnya pada wajah Danish yang sedang menatapnya.     

"Apa kamu masih merasa puas Ayraa? katakan dengan jujur? apa aku masih bisa membuat kamu puas?" tanya Danish dengan tatapan penuh kesedihan.     

Ayraa menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Ya Mas, kamu masih laki-laki tangguh yang selalu memuaskan hatiku." Ucap Ayraa seraya menyentuh bibir Danish dengan jari tangannya.     

"Benarkah? kamu tidak sedang ingin menyenangkan hatiku kan?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

"Aku mengatakan yang sebenarnya Mas, aku benar-benar sangat puas. Apa Mas Danish mau memuaskan aku lagi?" tanya Ayraa dengan suara lembut yang mampu membangkitkan gairah dalam dirinya.     

"Apa kamu menginginkannya lagi?" tanya Danish memastikan keinginan Ayraa.     

"Aku selalu menginginkanmu setiap hari Mas terutama milik Mas Danish. Aku sangat merindukannya." ucap Ayraa seraya menyapu lembut bibir Danish dengan penuh kerinduan.     

"Aku juga sangat merindukanmu Ayraa." ucap Danish dengan tatapan penuh rindu membalas sapuan lembut Ayraa.     

"Aku sangat mencintaimu Mas?" ucap Ayraa bangun dari tidurnya untuk melepas pakaian Danish.     

Danish menatap wajah Ayraa dengan hatinya berdebar-debar. Sungguh Ayraa selalu menginginkan dirinya yang sudah lemah.     

Setelah melepas pakaian Danish, Ayraa juga melepas pakaiannya sendiri.     

Dengan penuh rasa cinta, Ayraa kembali berbaring di samping Danish sambil menutup tubuhnya dengan selimut.     

"Aku akan memuaskanmu Mas." bisik Ayraa dengan suara desahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.