THE BELOVED ONE

RASA KAGUM DEWA



RASA KAGUM DEWA

0Setelah beberapa hari Chello tinggal di Bali untuk melihat Dimas dan Adian, akhirnya Chello kembali ke basis Utara untuk kembali bertugas.     
0

Orang tua Ayraa dan Cayla juga sudah kembali ke Bandung.     

Dewa dan Cayla mulai di sibukkan dengan Dimas dan Adian yang selalu bangun di malam hari.     

"Dewa... bangun, Dian menangis." panggil Cayla membangunkan Dewa yang tidur kecapekan.     

Perlahan Dewa bangun dari tidurnya, kemudian menghampiri Dian untuk memberikan susu.     

"Cayla, kalau bayi kita menangis dan kamu bangun lebih dulu. Kamu harus berikan susu pada bayi kita, jangan menunggu aku. Kasihan bayi kita Cay." ucap Dewa dengan lemah lembut agar Cayla tidak salah paham.     

"Tapi Dewa, kamu kan tahu kalau aku tidak tahan tidur malam." ucap Cayla dengan tatapan memelas.     

"Ya Cayla, aku tahu. Tapi sejak kita punya bayi kita di tuntut untuk menjaga bayi kita dalam dua puluh empat jam tanpa mengenal lelah. Nanti akan terbiasa dengan sendirinya." ucap Dewa menjelaskan dengan pelan.     

"Hm...beri aku waktu untuk melakukan hal itu Dew." ucap Cayla dengan serius.     

"Tentu Cay, masih banyak waktu untuk kita sama menjadi orang tua yang baik." ucap Dewa dengan tersenyum.     

"Terima kasih Dewa, kamu selalu sabar menghadapiku." ucap Cayla merasa terharu dengan sikap Dewa yang selalu bisa menuntun dalam langkah yang benar.     

"Sama-sama sayang, sekarang kita tidur lagi ya?" ucap Dewa dengan tatapan sayang.     

Cayla tersenyum menatap penuh wajah Dewa penuh kekaguman.     

"Aku bahagia mempunyai suami seperti kamu Dew, selalu sabar menghadapiku tanpa menuntut aku untuk sempurna." ucap Cayla dengan perasaan lega.     

Dewa semakin mempererat pelukannya.     

"Tidurlah, hari sudah malam dan kita harus bangun pagi lagi untuk menjaga anak kita." ucap Dewa seraya mengecup kening Cayla kemudian memejamkan matanya untuk segera tidur.     

"Dewa, aku sudah tidak bisa tidur lagi." ucap Cayla dengan kedua matanya yang sudah tidak bisa terpejam.     

Mendengar ucapan Cayla perlahan kedua mata Dewa terbuka kembali dan menatap penuh wajah Cayla.     

"Kenapa kamu tidak bisa tidur?" tanya Dewa dengan penuh perhatian.     

"Aku tidak tahu, apa kamu memelukku Dew?" tanya Cayla ingin di manja oleh Dewa.     

"Tentu Cayla, bukannya aku sudah memelukmu dari tadi sayang?" tanya Dewa dengan tersenyum.     

"Bukan, bukan kamu memeluk pinggangku. Tapi aku ingin tidur dalam pelukanmu." ucap Cayla kemudian menyusupkan kepalanya ke dalam ceruk leher Dewa.     

Dewa tersenyum menghadapi sikap istrinya yang manja.     

"Sekarang tidurlah, aku sudah memelukmu dengan erat." bisik Dewa sambil mengusap lembut punggung Cayla.     

Cayla memejamkan matanya namun masih saja dirinya tidak bisa tidur.     

"Dewa, apa kamu sudah tidur?" tanya Cayla saat melihat kedua mata Dewa sudah terpejam.     

"Hm...ada apa Cayla? kenapa kamu masih belum tidur juga? apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Dewa sambil menahan kantuknya.     

"Dewa, apa besok kamu jadi bekerja? kalau kamu bekerja siapa yang akan menjaga Dimas dan Dian? kamu tahu aku masih belum mampu untuk mengurus mereka berdua." ucap Cayla dengan tatapan sedih.     

"Biar Ibu yang akan tinggal di sini sementara sampai kamu mampu mengurusi Dimas dan Dian." ucap Dewa dengan tenang.     

"Tapi Dewa, aku pasti terlihat sangat buruk di mata ibu kalau tidsk tahu semuanya. Bahkan untuk memasak saja aku hanya bisa masak dadar telor saja." ucap Cayla semakin sedih.     

"Cayla, sejak kapan kamu lagi putus asa seperti ini?" tanya Dewa dengan penuh kasih sayang.     

"Aku tidak tahu, hanya denganmu aku bisa percaya dan mudah yakin kalau aku bisa. Tapi di pada yang lainnya aku hanya merasa bukan wanita yang sempurna." ucap Cayla ingin menangis.     

"Seseorang untuk menjadi sempurna itu di butuhkan proses. dan suatu proses itu membutuhkan waktu yang lama. Jadi buat kamu yang baru menikah denganku, dan sekarang sudah menjadi seorang ibu dengan dua bayi hal itu sudah menjadi kemajuan yang sangat pesat." jelas Dewa panjang lebar.     

"Kamu tahu Dewa, hanya kamu yang bisa mengerti aku. Bagaimana kalau ibu tidak bisa sabar seperti kamu? aku takut mengecewakan ibu." ucap Cayla dengan rasa ketakutannya.     

"Kamu tahu, bagaimana aku bisa menjadi seperti sekarang ini? bisa menjadi orang yang sabar, dan mengetahui semua hal? semua karena ibu. Ibulah yang membuat aku seperti sekarang ini." ucap Dewa dengan tersenyum.     

"Tapi aku masih takut Dewa." ucap Cayla yang tidak terbiasa hidup dengan orang lain apalagi hidup sudah.     

"Kamu belum menjalaninya Cayla, kalau kamu sudah menjalaninya kamu akan tahu kalau semua itu akan mudah." ucap Dewa dengan sangat sabar memberi penjelasan pada Cayla.     

"Dewa, kalau nanti Ibu tinggal di sini aku ingin dalam beberapa hari kamu jangan kerja dulu. Kamu harus melihatku lebih dulu." ucap Cayla dengan manja.     

Dewa menganggukkan kepalanya dengan tersenyum sangat memahami ketakutan dan keresahan hati istrinya.     

"Aku akan menungguimu dalam beberapa hari sampai aku yakin kamu bisa menjadi tim yang baik dengan ibu." ucap Dewa menatap lembut wajah Cayla.     

"Sekarang apa yang ingin kamu tanyakan lagi Cayla?" tanya Dewa berusaha menenangkan hati istrinya agar tidak gugup untuk menjaga dan merawat kedua bayinya.     

"Aku benar-benar tidak percaya, kamu begitu sangat sempurna Dewa. Semua hal kamu tahu dengan sangat baik, dan kamu begitu sangat sabar dalam menghadapi apapun." ucap Cayla dengan tatapan penuh kekaguman.     

"Kamu tahu, siapa sebenarnya laki-laki yang begitu sabar dalam menghadapi apapun?" ucap Dewa dengan serius.     

"Siapa?" tanya Cayla dengan penasaran.     

"Mas Danish, kamu tahu bagaimana Mas Danish dengan sabar menjalani hari-harinya dengan penyakit yang di deritanya selama berbulan-bulan, sebelum menikah hingga sampai sekarang. Apa Mas Danish putus asa? tidakkan? Mas Danish tetap bertahan demi Ayraa dan anak-anaknya. Dengan sabar tanpa ada kemarahan Mas Danish menjalani itu semua. Seandainya aku mengalami seperti yang di alami Mas Danish, mungkin aku tidak akan sekuat Mas Danish. Mungkin saja aku akan menjadi lemah dan tidak seyakin seperti saat ini." ucap Dewa yang selalu mengangumi sosok Danish.     

"Ya Mas, aku tidak bisa membayangkan kalau menjadi Mas Danish mungkin aku tidak akan kuat lagi." ucap Cayla dengan perasaan sedih.     

"Dan kamu tahu, wanita yang paling sabar adalah Ayraa. Selama berbulan-bulan Ayraa tidak pernah mengeluh atau meninggalkan Mas Danish. Ayraa tetap menjaga, merawat, dan setia pada Mas Danish. Seandainya kamu mempunyai suami seperti Mas Danish apa kamu akan kuat Cayla?" tanya Dewa dengan tatapan serius.     

"Aku tidak tahu Mas, tapi kalau aku benar-benar mencintaimu dengan tulus pasti aku akan melakukan seperti yang Ayraa lakukan." ucap Cayla dengan ragu-ragu.     

"Apa kamu yakin akan bertahan menjagaku Cayla?" Tanya Dewa dengan tersenyum.     

Cayla menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Tentu saja aku akan bertahan menjagamu Dewa, karena aku mencintaimu kamu." ucap Cayla dengan tatapan penuh cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.