THE BELOVED ONE

PULANG KE BANDUNG DEMI ARMAND



PULANG KE BANDUNG DEMI ARMAND

0Akhir bulan telah tiba, team anggota Chello termasuk Cahaya anak asuh Chello akhirnya bisa pulang ke Indonesia tepatnya ke kota Bandung. Hanya Armand saja yang pulang lebih awal karena Chello membeli tiket dengan tanggal keberangkatan lebih awal dari dirinya.     
0

"Ternyata kota Bandung sangat indah ya Chell?" ucap Jessi setelah menginjak di kota Bandung tempat kelahiran Chello.     

"Hm... apa kamu suka?" tanya Chello sambil menggendong Cahaya yang masih tidur.     

"Ya... sepetinya aku suka dengan kota ini." sahut Jessi dengan wajah terlihat bahagia.     

"Sebentar lagi kamu juga jadi orang Bandung, kalau kamu sama Armand." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Aamiin." sahut Jessi seraya menghela nafasnya.     

"Oh...ya Chell, apa Rangga dan lainnya juga dari Bandung semua?" tanya Jessi saat tahu mereka semua berpencar setelah tiba di Bandara.     

"Ada beberapa yang dari luar kota Bandung, kalau Armand asli Bandung." jawab Chello sambil melambaikan tangan pada salah taksi untuk mengantar Jessi ke Hotel yang tidak terlalu jauh dengan rumahnya.     

"Chell, kenapa kita tidak ke rumah Armand saja langsung?" tanya Jessi setelah berada di dalam taksi.     

"Memang kamu tidak capek? dan tidak membutuhkan istirahat?" tanya Chello memastikan kondisi Jessi.     

"Aku tidak apa-apa, aku sama sekali tidak capek. Aku hanya ingin bertemu Armand dan menyelesaikan masalahku dengannya." ucap Jessi dengan tatapan memohon.     

"Baiklah, kalau begitu kita ke rumah Armand sekarang." ucap Chello kemudian memberitahu sopir taksi untuk pergi ke alamat rumah Armand.     

Hampir satu jam perjalanan sambil bertanya-tanya pada orang yang tahu alamat Armand akhirnya Chello dan Jessi menemukan rumah Armand.     

"Kita sudah sampai di rumah teman anda Tuan." ucap sopir taksi setelah menghentikan mobilnya.     

"Terima kasih Pak, aku akan membayarmu setelah temanku selesai menemui temannya. Aku akan menunggu temanku di dalam mobilmu." ucap Chello yang harus menjaga Cahaya sambil menunggu.     

Sopir taksi menganggukkan kepalanya mengiyakan permintaan Chello.     

"Jessi, sekarang kamu keluarlah. Temui Armand waktumu tidak banyak karena argo taksi berjalan terus." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Baiklah Chello, tunggu sebentar...aku akan ke sana dulu untuk menemui Armand. Doakan agar aku berhasil meyakinkan Armand." ucap Jessi dengan hati berdebar-debar.     

"Semoga berhasil." ucap Chello dengan tersenyum.     

Dengan hati berdebar-debar Jessi keluar dari taksi dan berjalan pelan ke arah rumah yang cukup besar.     

Tiba d depan pintu rumah Armand, Jessi mengambil nafas panjang kemudian mengetuk pintu dengan pelan.     

"Tok...Tok...Tok"     

Tidak beberapa lama kemudian pintu terbuka, terlihat seorang wanita yang sedikit tua namun masih terlihat sisa kecantikannya.     

"Selamat siang Nyonya." sapa Jessi dengan tersenyum ramah.     

"Ya selamat siang, kamu siapa? dan mencari siapa?" tanya wanita itu yang Jessi pikir pasti Ibunya Armand.     

"Kenalkan namaku Jessi, Nyonya. Aku mencari Armand, aku teman Armand saat tugas di basis Utara." ucap Jessi dengan hati-hati.     

Wajah wanita itu seketika berubah bahagia setelah Jessi menyebut namanya. kedua mata wanita itu berkaca-kaca kemudian memeluk Jessi dengan sangat erat.     

"Kamu Jessi? benarkah kamu Jessi temannya Armand saat dibahas Utara? Ya Tuhan, terima kasih Jessi kamu telah datang. Aku Ibunya Armand, aku sering mendengar cerita tentang kamu dari Armand. Sudah dua hari ini Armand berada di rumah, tapi aku melihat kesedihan mendalam di hati Armand. Sepertinya ada beban berat dalam hidup Armand setelah kehilangan salah satu kakinya. Saat aku bertanya, Armand hanya diam tidak menjawab sama sekali. Sudah dua hari Armand tidak keluar kamar dan tidak banyak bicara. Sekarang aku senang kamu datang, semoga Armand mau bicara lagi." ucap Ibunya Armand dengan perasaan bahagia.     

Jessi menganggukan kepalanya kemudian mengikuti langkah kaki Ibunya Armand yang masuk ke dalam rumah tepatnya menuju ke kamarnya Armand.     

"Jessi, ini kamar Armand. Masuklah kedalam, semoga kamu bisa membuat Armand menjadi Armand yang dulu lagi yang ramah dan penuh semangat." ucap Ibu Armand dengan tatapan penuh harap.     

Jessi menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu. Jessi berharap kedatangannya sebagai kejutan untuk Armand.     

Tanpa menimbulkan suara Jessi membuka pintu kamar Armand, dan di lihatnya Armand sedang duduk di kursi roda di depan sebuah jendela. Armand tidak menyadari kedatangan Jessi, karena pandangannya kosong menatap ke arah luar jendela.     

Perlahan Jessi mendekati Armand dan berdiri di belakang Armand.     

"Saat aku tiba di kota ini, aku sangat menyukai pemandangannya. Ternyata dari kamarmu ini ada pemandangan yang lebih indah di luar sana." ucap Jessi dengan suara lembut.     

Seketika tubuh Armand sedikit bergerak saat mendengar suara Jessi yang begitu jelas di telinganya.     

Tanpa membalas ucapan Jessi, perlahan Armand memutar kursi rodanya dan menghadap ke arah Jessi. Sungguh pandangan Armand tidak berkedip, bibirnya terasa keluh saat melihat Jessi ada di hadapannya.     

"Bagaimana kabarmu Armand? sudah lama kita tidak bertemu." ucap Jessi dengan suara bergetar dan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

Hati Jessi sangat sedih dan sangat bersalah setelah mengetahui keadaan Armand yang sesungguhnya. Tubuh Armand terlihat kurus, dengan kedua pipi yang tirus. Belum lagi bulu halus yang tumbuh di sekitar rahang Armand.     

Armand masih terpaku di tempatnya, tanpa bicara apa-apa.     

"Armand... kamu tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Jessi menatap penuh wajah Armand.     

"Kamu ada di sini? dari mana kamu tahu alamatku? Apa kamu tahu dari Chello?" tanya Armand setelah sadar dari keterpakuannya.     

"Iya... aku tahu alamat kamu dari Chello dan yang mengantarku ke sini juga Chello. Chello menungguku di taksi karena harus menjaga Cahaya." ucap Jessi masih bingung harus mulai dari mana untuk membahas tentang perasaannya.     

"Oh... syukurlah kamu datang bersama Chello." ucap Armand dengan perasaan sedih dan kecewa.     

"Oh ya Mand, aku membawa surat ini untukmu. Surat bukti tugas kamu untuk wisuda nanti. Kamu harus menandatanganinya kemudian kamu harus menyerahkan ke tempat universitas kamu, agar kamu bisa terdaftar untuk wisuda dengan gelar seorang Dokter." ucap Jessi sambil menyerahkan amplop coklat pada Armand.     

"Ya... terima kasih, kamu telah membawakannya untukku." ucap Armand menelan rasa kecewanya. Apa yang di katakan Chello ternyata tidaklah benar. Jessi tidak merindukannya atau mencintainya.     

Jessi terdiam, menenangkan hatinya yang berdebar-debar kencang. Entah kenapa bibirnya begitu sulit sekali untuk mengeluarkan semua yang ada di hatinya.     

"Armand." panggil Jessi dengan suara hampir tercekat.     

"Ya Jess." sahut Armand dengan sinar mata kerinduan sekaligus kesedihannya.     

"Aku mau bicara padamu." ucap Jessi semakin gugup dan berusaha untuk tenang.     

"Bukannya kita sudah bicara dari tadi." sahut Armand ikut merasa gugup dengan tatapan Jessi yang sedang menatapnya tak berkedip.     

"Aku...aku minta maaf padamu." ucap Jessi dengan bibir terasa kelu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.