THE BELOVED ONE

MELEPAS RINDU



MELEPAS RINDU

0"Aku harus mencari hotel, karena Chello masih belum bisa menjelaskan hubunganku dengan Chello kalau kita berdua sebagai orang tua asuh Cahaya." jawab Jessi dengan jujur.     
0

"Aku mohon jangan pergi Jess." ucap Armand dengan tatapan memohon.     

"Tapi aku harus mencari hotel dulu, karena Cahaya membutuhkan istirahat. Aku nanti kembali ke sini kalau Chello sudah selesai dengan urusannya." ucap Jessi dengan tatapan lembut.     

"Tinggallah di sini sampai urusan Chello selesai." ucap Armand dengan tatapan serius.     

"Tapi Armand, bagaimana dengan orang tua kamu? mereka pasti tidak setuju dengan hal ini karena kita belum ada hubungan apa-apa?" ucap Jessi dengan tatapan rumit.     

"Kita sudah ada hubungan sejak kamu mencintaiku dan menciumku. Kita akan segera menikah. Aku akan menjelaskan pada Ibu kalau kamu adalah calon istriku. Tinggallah di sini sampai urusan Chello selesai. Please." ucap Armand menggenggam tangan Jessi.     

"Tapi, aku tidak bisa tinggal di sini sendirian aku harus bersama Cahaya." ucap Jessi dengan tatapan serius.     

"Kamu bisa membawa Cahaya tinggal di sini. Sekarang pergilah ke Chello dan bawa Cahaya ke sini, aku akan bicara sama Ibu." ucap Armand kemudian mendorong kursi rodanya keluar kamar untuk bicara dengan ibunya, sedangkan Jessi keluar menemui Chello.     

Dengan berlari Jessi menemui Chello yang sedang menunggunya.     

"Chello, kamu jangan marah aku sampai lupa waktu." ucap Jessi dengan tatapan bersalah.     

"Tidak apa-apa, yang penting masalah kamu sudah selesai dan kamu bahagia. Sekarang masuklah kita harus mencari Hotel buat kamu." ucap Chello sambil melihat jam di tangannya.     

"Chello, Armand memintaku tinggal di sini sampai kamu datang menjemput." ucap Jessi dengan suara pelan.     

"Wahh... aku ketinggalan berita. Aku merasa kamu sebentar lagi kamu pasti akan menikah." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Kamu...kamu tahu darimana?" tanya Jessi dengan tatapan heran.     

"Bagi laki-laki yang baik, sejak dia meminta kekasihnya untuk tinggal di rumahnya. Laki-laki itu pasti sudah berpikir serius tentang hubungannya dan aku yakin Armand sangat serius denganmu." ucap Chello sangat menenangkan hati Jessi.     

"Terima kasih Chell, aku berharap kamu akan segera bahagia. Sekarang berikan Cahaya padaku, aku akan tinggal di sini bersama Cahaya sampai kamu datang menjemputku." ucap Jessi seraya mengambil kopernya.     

Dengan segera Chello memberikan Cahaya pada Jessi.     

"Chello, segera kabari aku kalau kamu sudah menceritakan semuanya pada orang tua kamu." ucap Jessi sambil menggendong Cahaya.     

"Tentu, selamat bersenang-senang Jess, aku pergi dulu." ucap Chello kemudian memberitahu sopir taksi untuk segera jalan.     

Sambil menggendong Cahaya, Jessi kembali ke rumah Armand. Ternyata Armand sudah menunggunya di teras depan bersama Ibunya.     

"Mana cucu Ibu? biar Ibu yang mengurusnya, kamu Istirahatlah di kamar Armand. Armand masih merindukanmu Jessi." ucap Ibu Armand dengan tersenyum.     

Wajah Jessi memerah mendengar ucapan Ibu Armand. Bahkan Jessi tidak bisa berkata-kata saat Ibu Armand mengambil alih Cahaya dan membawanya pergi.     

"Jessi, istirahatlah di kamarku." ucap Armand seraya mendorong kursi rodanya ke arah kamar.     

Segera Jessi membantu Armand sampai masuk ke dalam kamar.     

"Sekarang kamu bisa istirahat kamu pasti lelah." ucap Armand dengan tatapan tak berkedip karena masih belum percaya jika Jessi benar-benar ada di rumahnya.     

"Aku tidak merasa lelah, rasa lelahku hilang entah pergi kemana." ucap Jessi dengan tersenyum melihat Armand yang masih menatapnya dengan tak berkedip.     

"Kenapa bisa begitu?" tanya Armand dengan suara pelan menahan rasa rindunya yang belum hilang.     

"Karena aku sudah bertemu denganmu." sahut Jessi dengan tatapan penuh rindu.     

"Aku senang dan bahagia kamu datang kesini untukku Jess." ucap Armand membalas tatapan Jessi dengan tatapan mata penuh kerinduan.     

"Hem...aku juga bahagia, karena kamu masih mau menerimaku. Aku sangat menyesal dengan apa yang telah aku lakukan padamu. Karena sikapku kamu pergi dan membuat kamu menjadi seperti ini." ucap Jessi memeluk Armand dengan sangat erat.     

Armand membalas pelukan Jessi dengan lebih erat.     

"Semua yang terjadi bukan salahmu Jess, aku saja yang tidak berhati-hati saat bertugas. Mungkin dua minggu lagi aku akan pergi bersama Ayah ke Singapura untuk berobat di sana. Ayah akan ingin aku memakai kaki palsu agar aku bisa berjalan lagi." ucap Armand dengan serius.     

"Benarkah itu Mand? aku senang mendengarnya." ucap Jessi dengan hati bahagia, rasa bersalahnya sedikit berkurang setelah mendengar ucapan Armand kalau akan memasang kaki palsu.     

"Maukah kamu menemaniku saat aku ke Singapura?" tanya Armand dengan tatapan penuh harap.     

"Tentu aku akan menemani kamu, asal orang tua kamu mengizinkannya." ucap Jessi menangis bahagia.     

"Orang tuaku pasti mengizinkannya Jess, karena orang tuaku tahu kalau hanya kamu bahagiaku." ucap Armand seraya mengusap airmata Jessi.     

"Aku sangat mencintaimu Mand, aku sangat merindukanmu." ucap Jessi semakin memeluk Armand dengan sangat erat.     

"Aku juga sangat mencintaimu Jess, merindukanmu di setiap hariku. setelah kita pulang dari Singapura nanti, aku ingin kita segera menikah. Aku tidak ingin berpisah denganmu lagi." ucap Armand seraya mengusap wajah Jessi dengan perasaan rindu.     

Namun belum lagi Jessi membalas ucapan Armand, Armand mengaduh kesakitan sambil memegang lututnya yang terbalut perban.     

"Kamu kenapa Mand? apa sangat sakit?" tanya Jessi dengan tatapan cemas.     

"Ya Jess sangat perih...aku lupa belum minum obatku." ucap Armand dengan wajah sedikit pucat menahan rasa sakit di lututnya yang sudah tidak ada kakinya.     

"Kamu minum obat dulu setelah itu berbaring ya?" ucap Jessi dengan penuh perhatian.     

Armand menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Di mana obat yang harus kamu minum?" tanya Jessi dengan serius.     

"Di atas meja itu." ucap Armand sambil mengusap pelan lututnya.     

Dengan cepat Jessi mengambil obat yang ada di atas meja dengan segelas air putih.     

"Minumlah." ucap Jessi memberikannya pada Armand.     

Dengan penuh perhatian Jessi membantu Armand minum obatnya.     

"Terima kasih Jess." ucap Armand setelah meminum obatnya.     

"Sekarang istirahat ya?" ucap Jessi setelah meletakkan gelas kosong di atas meja.     

Armand menganggukkan kepalanya lagi menurut apa kata Jessi.     

Dengan hati-hati dan menggunakan tenaganya, Jessi membantu Armand berbaring di tempat tidur.     

"Tenyata kamu cukup berat juga ya?" ucap Jessi dengan tersenyum setelah berhasil membaringkan Armand di tempat tidur.     

Seketika wajah Armand memerah mendengar ucapan Jessi walau hanya bercanda.     

"Apa kamu akan merasa bosan saat merawatku nanti Jess?" tanya Armand dengan suara pelan.     

Jessi tersenyum kemudian menggenggam kedua Armand dan mengecupnya dengan penuh perasaan.     

"Aku mencintaimu, aku tidak akan merasa lelah menjaga laki-laki yang aku cintai." ucap Jessi dengan tatapan penuh cinta.     

Armand tersenyum, merasa bahagia dengan sikap yang di tunjukkan Jessi padanya.     

"Terima kasih Jess, terima kasih atas cintamu padaku." ucap Armand menggenggam tangan Jessi dengan hati di penuhi kebahagiaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.