THE BELOVED ONE

PINGSAN LAGI



PINGSAN LAGI

0"Kenapa Ayraa yang menjemput Cay? bukannya Ayraa sudah hamil besar?" tanya Chello dengan cemas.     
0

"Baru enam bulan Chell, kamu tenang saja. Kamu tahu sendiri bagaimana Ayraa tidak pernah bisa diam." ucap Cayla merasa bahagia kalau Chello bahagia.     

"Baiklah, semoga Ayraa tidak kenapa-kenapa." ucap Chello sedikit cemas.     

"Tunggu saja sampai Ayraa datang Chell. kalau kamu merasa cemas hubungi saja Ayraa sekarang agar saat menyetir ayraa hati-hati." ucap Cayla sambil menahan senyum.     

"Hem...oke." ucap Chello dengan wajah memerah kemudian menutup panggilannya Ayraa.     

Sambil menunggu kedatangan Ayraa, Chello memainkan ponselnya.     

Hampir setengah jam Chello menunggu kedatangan Ayraa, hingga sayup-sayup telinganya mendengar suara yang sedang memanggil namanya.     

"Chello." panggil Ayraa dengan sebuah senyuman.     

Chello berdiri dari tempatnya, menatap Ayraa dengan tatapan tak berkedip.     

"Ayraa." sahut Chello dengan suara hampir tercekat di tenggorokannya.     

"Maaf.... kamu pasti menunggu lama." ucap Ayraa mendekati Chello.     

"Tidak apa-apa, baru setengah jam. Belum satu jam." ucap Chello dengan tersenyum berusaha menenangkan hatinya.     

"Ayo...kita pulang. Apa kamu akan tetap berdiri di sini sampai nanti sore?" tanya Ayraa saat melihat Chello tetap berdiri tegak di tempatnya.     

Wajah Chello memerah, sambil mengusap tengkuk lehernya Chello berjalan mengikuti langkah kaki Ayraa ke tempat mobilnya berada.     

"Ayraa, biar aku yang menyetir." ucap Chello saat Ayraa akan duduk di kursi tempat untuk menyetir.     

Ayraa kembali menutup pintu mobil dan berjalan ke pintu satunya untuk bertukar tempat.     

Chello mengambil nafas berkali-kali melihat Ayraa yang tidak banyak bicara padanya.     

Sambil menjalankan mobilnya keluar dari Bandara, Chello bertanya pada Ayraa arah ke rumah sakit di mana Cayla di rawat.     

"Ikuti saja dulu jalan di depan Chell, nanti aku beritahu kalau ada belok." ucap Ayraa menatap ke arah jalan.     

Chello menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Ayraa." panggil Chello dengan suara pelan.     

"Hm...ada apa?" sahut Ayraa sekilas menoleh ke arah Chello.     

"Berapa usia kandunganmu?" tanya Chello dengan pandangan masih fokus pada jalan di depannya.     

"Enam bulan." jawab Ayraa seraya menghela nafas panjang.     

"Tiga bulan lagi kamu melahirkan, semoga kamu lancar dalam melahirkan nanti." ucap Chello menatap wajah Ayraa sekilas kemudian kembali fokus pada jalan di depannya.     

"Terima kasih Chell." ucap Ayraa dengan perasaan canggung dan gugup.     

"Sama-sama." ucap Chello dengan tersenyum.     

Sesaat kemudian Ayraa terdiam dengan lamunannya.     

"Drrrt...Drrrt...Drrrt"     

Suara panggilan ponsel Chello membuat lamunan Ayraa terhenti seketika.     

"Ponsel kamu berbunyi, kenapa tidak kamu angkat? siapa tahu penting." ucap Ayraa mengambil ponsel Chello dan memberikannya pada Chello.     

"Aku tidak bisa menerima panggilan itu karena jalanan sangat ramai aku tidak ingin hilang keseimbangan." ucap Chello dengan tenang.     

Ayraa melihat ponsel Chello yang masih berbunyi terus.     

"Sebaiknya kamu berhenti sebentar Chell? bunyi ponsel kamu tidak akan berhenti kalau kamu tidak menerimanya." ucap Ayraa dengan kesal saat melihat sebuah nama di layar ponsel Chello. "Jessi"     

"Baiklah, sebentar." ucap Chello sambil mencari tempat untuk menghentikan mobilnya.     

Di sebuah rumah makan, Chello menghentikan mobilnya.     

Segera Ayraa memberikan ponselnya pada Chello.     

Chello melihat wajah Ayraa terlihat kesal. Entah kesal karena apa. sambil melihat wajah Ayraa, Chello menerima panggilan Jessi.     

"Ada apa Jessi?" tanya Chello dengan tenang.     

"Apa kamu sudah sampai di Bali Chell?" tanya Jessi memastikan kalau Chello sudah sampai dengan selamat.     

"Yang... aku sudah sampai di Bali. Apa ada sesuatu hal yang penting? suara apa itu? apa Cahaya menangis?" tanya Chello dengan cemas saat mendengar suara Cahaya yang menangis.     

"Ya Chell, susu Cahaya sudah habis.Dan aku tidak tahu kamu menyimpan stock susu di mana?" tanya Jessi sedikit bingung karena Cahaya kehabisan susu.     

"Coba, kamu cari di kotak kayu di bawah tempat tidur. Kalau sudah habis, kamu minta tolong Rangga untuk beli susu di kota." ucap Chello tidak berpikir sama sekali kalau Cahaya harus minum susu.     

"Baiklah, aku akan mencarinya." ucap Jessi kemudian menutup panggilannya.     

Chello terdiam sejenak menyesali kelalaiannya.     

"Apa Cahaya itu anak kamu? jadi kamu menikah dengan Jessi tanpa memberitahu kita semua?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa Chello menyembunyikan pernikahannya dan juga menutupi kelahiran anaknya.     

Chello terdiam tidak menjawab pertanyaan Ayraa. Chello tidak ingin berbohong.     

"Chello! kamu mendengarku kan? apa benar Cahaya anak kamu?" tanya Ayraa dengan perasaan kecewa karena Chello menutupinya dari keluarga besar.     

"Ya... Cahaya adalah anakku." ucap Chello dengan jujur, karena Cahaya memang anaknya.     

"Usianya berapa?" tanya Ayraa semakin penasaran.     

"Tiga belas bulan." ucap Chello berusaha tenang.     

"Usianya lebih tua satu bulan dari Danish. Berarti kamu sudah menikah lebih dulu dengan Jessi tanpa memberitahu keluarga besar lainnya." ucap Ayraa dengan tatapan penuh kecewa.     

Chello menundukkan kepalanya, berusaha mencari jawaban yang tepat.     

"Kita sudah terlalu lama berhenti, sebaiknya kita meneruskan perjalanan. Dan soal apa yang kamu pikirkan tadi jangan sampai keluarga besar tahu. Jika ada waktu tepat aku akan menceritakan semuanya." ucap Chello ingin menceritakan semua kebenarannya saat dia kembali dengan Jessi dan Cahaya.     

"Kamu tidak perlu takut aku tidak akan memberitahu mereka. Dan lagi, itu juga bukan urusanku." ucap Ayraa sambil menggigit bibir bawahnya.     

Chello hanya bisa diam tanpa membantah ucapan Ayraa.     

Dalam diam, Chello menjalankan mobilnya kembali menuju ke rumah sakit.     

Setelah menempuh perjalanan dalam satu jam, akhirnya Chello tiba di rumah sakit.     

"Cayla masih belum pulang kan?" tanya Chello pada Ayraa sambil berjalan masuk ke dalam rumah sakit.     

"Belum, mungkin dua atau tiga hari baru bisa pulang." ucap Ayraa berjalan cepat agar segera sampai dan bertemu dengan Danish.     

Tiba di kamar Cayla, Ayraa meminta Chello untuk masuk lebih dulu.     

"Chello, kamu masuklah. Aku harus mencari Mas Danish." ucap Ayraa Ingin tahu keadaaan Danish sudah kembali atau belum.     

Dengan perasaan cemas, Ayraa menghubungi Danish yang belum kembali juga.     

"Hallo...Mas Danish." panggil Ayraa dengan cemas.     

"Ayraa, aku Dewa...aku ada di rumahmu sekarang. Mas Danish tadi pingsan, aku mengantarnya ke rumah. Sekarang masih belum sadar." ucap Dewa dengan perasaan bersalah.     

"Baiklah Dewa, aku akan pulang sekarang." ucap Ayraa kemudian berlari keluar rumah sakit menuju ke mobilnya.     

"Ya Tuhan, seharusnya aku tidak memberi izin Mas Danish pergi Mall dengan Dewa." ucap Ayraa sambil menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya.     

Sampai di rumah, segera Ayraa berlari masuk ke dalam kamarnya.     

"Mas Danish!" panggil Ayraa menghampiri Danish yang terbaring dengan wajah pucat.     

"Ayraa, maafkan aku. Sungguh ini semua salahku. Seharusnya aku tidak mengajak Mas Danish ke Mall." ucap Dewa dengan perasaan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.