THE BELOVED ONE

ANTARA CHELLO DAN BARA



ANTARA CHELLO DAN BARA

0"Apa kamu lelah Ayraa?" tanya Danish setelah keluar dari rumah Tuan Adiyasa setelah acara selesai.     

"Sedikit Mas, kenapa Mas?" tanya Ayraa berjalan pelan mengimbangi Danish yang sedikit kesakitan pada punggungnya.     

"Tidak apa-apa, maksudku bisakah kamu yang menyetir? sepertinya punggungku agak sedikit sakit." ucap Danish dengan wajah memerah karena tidak menurut apa kata Ayraa.     

Ayraa tersenyum, kemudian membuka pintu mobil membantu Danish untuk masuk dan duduk.     

"Terima kasih istriku." ucap Danish dengan tersenyum nakal.     

"Kalau istri cerewet itu karena sayang Mas, jadi mulai sekarang Mas Danish harus mendengarkan ucapan istri." ucap Ayraa seraya memasang sabuk pengaman Danish.     

Setelah melihat Danish duduki dengan nyaman, Ayraa masuk ke dalam mobil kemudian menjalankan mobilnya dengan pelan.     

Tiba di rumah, Danish masih dalam keadaan tidur. Dengan pelan Ayraa mengusap wajah Danish seolah-olah tidak ingin mengagetkannya.     

"Mas...bangun Mas." panggil Ayraa dengan suara lembut     

Danish membuka kedua matanya, melihat wajah Ayraa yang begitu dekat dengan wajahnya.     

"Apa sudah sampai Ayraa?" tanya Danish dengan kedua matanya yang masih mengantuk.     

"He...em, sudah sampai Mas, ayo...kita masuk ke dalam." ucap Ayraa membingkai waja h Danish yang tampan.     

"Cium dulu." ucap Danish dengan suara serak manja.     

Dengar gemas Ayraa mencubit hidung Danish sekaligus mengecup pelan bibir Danish.     

"Sudah kan? sekarang ayo kita masuk ke dalam Mas." ucap Ayraa keluar dari mobil dan menunggu Danish keluar dari Mobil.     

Dengan manja, Danish memeluk pinggang Ayraa dengan tersenyum.     

"Kenapa senyum Mas?" tanya Ayraa penasaran.     

"Apa Bara tadi bilang sesuatu padamu Ayraa?" tanya Danish merasa senang karena Bara tidak bisa bicara banyak pada Ayraa.     

"Kenapa Mas? sepertinya Mas Danish senang sekali kalau Bara tidak bisa mendekatiku?" tanya Ayraa dengan nada menggoda.     

"Tidak juga Ayraa, aku hanya ingin menunjukkan pada Bara kalau kamu sudah punya suami. Dan tidak akan baik kalau perasaan Bara di teruskan." ucap Danish tidak ingin Bara nantinya jadi penghalang hubungan Ayraa dan Chello nanti.     

"Bukannya Bara sudah berusaha untuk itu Mas. Bara sudah jarang bertemu atau bicara denganku." ucap Ayraa sedikit membela Bara yang sudah sangat baik padanya juga pada Danish.     

"Kenapa kita jadi membahas Bara? kenapa kita tidak membahas Chello saja?" ucap Danish mengalihkan pembicaraan tentang Chello.     

"Aku tidak mau membahas Chello, ayo kita masuk ke dalam. Aku tidak mau Mas Danish sakit." ucap Ayraa menggandeng tangan Danish.     

"Kenapa kamu tidak mau membahas tentang Chello, Ayraa?" tanya Danish sambil berjalan beriringan masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai atas dan masuk ke kamar.     

"Tidak ada apa-apa Mas, aku hanya tidak ingin membahas tentang dia saja." ucap Ayraa membantu melepas jas dan kemeja Danish.     

"Kenapa? katakan padaku? apa kamu tidak percaya padaku Ayraa?" tanya Danish dengan penasaran.     

Ayraa terdiam, menghentikan tangannya di dada Danish yang sudah tidak memakai apa-apa.     

"Aku tidak tahu Mas, aku tidak punya alasan. Aku hanya malas saja." ucap Ayraa seraya berjalan ke Almari untuk mengambil pakaian ganti buat Danish.     

"Apa bukan karena Chello mau menikah dengan Jessi, jadi kamu malas membahas tentang Chello?" ucap Danish dengan pemikirannya yang biasanya selalu benar.     

Ayraa terdiam kemudian menatap wajah Danish dengan tatapan rumit.     

"Hal itu bukan urusanku Mas, Chello bisa menikah dengan siapapun. Aku tidak peduli dengan hal itu." ucap Ayraa kemudian pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian sekalian mandi.     

Danish menghela nafas melihat sikap Ayraa yang masih marah pada Chello. Ingin Danish memberitahu yang sebenarnya. Karena sudah terlanjur sama Chello, Danish hanya bisa menahan keinginannya untuk tidak menceritakan pada Ayraa.     

"Ada apa lagi Mas? kenapa Mas Danish melamun?" tanya Ayraa setelah kembali dari kamar mandi dan melihat Danish melamun.     

"Tidak ada apa-apa, aku hanya tidak habis pikir saja. Dulu, kamu begitu sangat menyanjung Chello. Kenapa, sekarang begitu mudah berubah seperti ini? bukannya seorang sahabat itu harus menerima semua apapun kekurangan dan kelebihan? menerima kebaikan dan memaafkan kesalahan? benar bukan apa yang aku katakan Ayraa?" tanya Danish berusaha membalikkan perasaan Ayraa seperti semula.     

"Apa yang Mas Danish katakan memang benar. Tapi Mas Danish juga harus tahu, kalau sekarang aku bukanlah sahabat Chello. Jadi sekarang tidak ada hubungan apa-apa antara aku dan Chello. Baik sekarang ataupun di masa yang akan datang." ucap Ayraa dengan tersenyum kemudian naik ke atas tempat tidur untuk mengistirahatkan pikirannya.     

"Kalau kamu sudah tidak bersahabat dengan Chello, apa yang akan kamu katakan pada orang tua Chello dan Cayla? Apa kamu ingin membuat mereka kecewa dan sedih?" tanya Danish sangat mengerti dengan keras kepala Ayraa.     

"Tentu saja aku tidak akan memberitahu Ayah dan Bunda Chello juga Cayla. Dan aku juga yakin Chello tidak akan memberitahu mereka juga karena aku sangat paham dengan semua sifat Chello." ucap Ayraa yang tidak sengaja telah mengakui kalau dirinya sudah sangat paham dengan sifat sifatnya Chello.     

Danish tersenyum penuh arti kemudian mendekati Ayraa dan duduk di sampingnya.     

"Kalau kamu sudah tahu semua sifat Chello, kenapa kamu masih marah sama Chello? dan lebih aneh lagi begitu saja percaya dengan yang di katakan Jessi?" tanya Danish dengan perasaan campur aduk antara sedih, senang dan cemburu.     

"Dari awal aku memang tidak percaya dengan Jessi Mas, tapi setelah bicara dengan Chello dan Chello tidak membantah hal itu aku baru tahu kalau Chello yang sekarang bukanlah Chello yang dulu." ucap Ayraa dengan nada penuh kecewa.     

"Dan kamu percaya begitu saja dengan kediaman Chello? apa Chello tipe orang seperti itu? akan diam saja kalau hal itu benar?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Aku tidak tahu Mas, dan lagi... sekarang aku mau tanya. Kenapa dari tadi Mas Danish membahas Chello terus dan selalu membela Chello? giliran membahas Bara, marah-marah tanpa alasan. Ada apa sih Mas? apa Mas Danish sekarang berteman baik dengan Chello?" tanya Ayraa dengan tatapan serius. Entah kenapa mendengar Danish membela Chello hati Ayraa begitu tenang dan bahagia.     

"Bukannya Chello sahabat kamu? berarti Chello juga sahabat aku Ayraa." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Bara juga sahabatku Mas, tapi kenapa Mas Danish tidak bisa berteman dengan Bara?" tanya Ayraa dengan tersenyum pula.     

Danish mengusap tengkuk lehernya tidak bisa menjelaskan alasannya, kenapa dia tidak bisa membiarkan Bara dekat dengan Ayraa.     

"Sebaiknya kita tidur saja Ayraa, aku jadi cemburu kita membahas dua laki-laki mencintai kamu." ucap Danish mengalihkan pertanyaan Ayraa.     

"Siapa dulu yang bahas tadi ya?" tanya Ayraa dengan tatapan menggoda.     

Danish tersenyum, menutup lembut bibir Ayraa dengan bibirnya agar tidak bicara lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.