THE BELOVED ONE

DEWA DAN MASA LALUNYA



DEWA DAN MASA LALUNYA

0Cayla menatap wajah Dewa yang terlihat pucat, namun masih terlihat jelas wajah Dewa yang sebenarnya tampan.     
0

"Aku baru mengenalmu, tapi kenapa aku begitu tiba-tiba menyukaimu?" tanya Cayla dengan tatapannya yang tak lepas dari wajah Dewa.     

"Bangunlah... jangan membuatku takut." bisik Cayla lagi memberanikan diri mengusap wajah Dewa yang pucat.     

"Takut kenapa? dan apa benar kamu menyukaiku?" tanya Dewa dengan kedua matanya yang tiba-tiba terbuka menatap tepat wajah Cayla yang berada dihadapannya.     

Sontak Cayla menjauhkan wajahnya yang sudah memerah karena malu.     

"Kamu tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Dewa masih menatap wajah Kayla yang masih merah.     

"Aku...aku tidak mengatakan hal itu! mungkin kamu hanya bermimpi saja. Aku tidak mengatakan apa-apa." jawab Cayla menyangkal apa di dengar Dewa.     

"Benarkah kamu tidak mengatakan apa-apa? atau pendengaranku yang kurang bagus? Em, sebaiknya aku tidur kembali agar aku bisa mendengar suara indah itu lagi." ucap Dewa kemudian memejamkan matanya kembali.     

"Ehhh... jangan tiduri kembali, kamu harus bangun. Sekarang sudah waktunya kamu makan dan minum obat agar rasa sakitmu bisa berkurang." ucap Cayla mengalihkan pertanyaan Dewa yang telah membuat hatinya malu dan berdebar-debar.     

Namun Dewa tidak mendengar ucapan Cayla, Dewa masih tetap memejamkan matanya dan tak bergerak sedikitpun.     

"Dew... bangunlah kamu harus minum obat, kepalamu bisa sakit kalau tidak segera minum obat ini." ucap Cayla dengan cemas.     

"Katakan dulu apa benar kamu apa yang kamu katakan tadi, baru aku akan membuka mataku dan mau minum obat." ucap Dewa dengan ancamannya.     

"Ya... benar, aku mengatakan hal itu. Sekarang, kamu makan dan minum obat, jangan membuat aku malu lagi " ucap Cayla dengan bibir cemberut.     

Dewa tersenyum kemudian membuka matanya.     

"Terima kasih, aku senang mendengarnya kalau kamu menyukaiku, karena aku juga menyukaimu." ucap Dewa tanpa ada basa-basi lagi.     

Wajah Cayla memerah tidak bisa menjawab ucapan Dewa lagi. Masih dengan perasaan malu, Cayla mengambil makanan yang ada di atas meja dan menyuapi Dewa dengan perasaan yang berbunga-bunga.     

"Cayla." panggil Dewa yang tidak menolak saat disuapi Cayla.     

"Ya...ada apa?" sahut Cayla dengan hati yang semakin berdebar-debar kencang.     

"Aku mencintaimu, apa kamu juga mencintaiku?" tanya Dewa membuat Cayla menghentikan gerakannya secara tiba-tiba.     

Cayla menatap penuh wajah Dewa dengan tatapan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dewa seorang laki-laki yang dia kenal selama ini tidak pernah berbasa-basi atau mengucapkan kata-kata manis selain apa yang dikatakannya sesuai dengan kata hatinya.     

"Cayla, kenapa kamu diam? kenapa kamu tidak mau menjawab pertanyaanku? apa kamu tidak mencintaiku?" tanya Dewa berusaha menenangkan hatinya.     

Cayla terdiam sesaat, kemudian menganggukkan kepalanya.     

"Apakah itu menandakan kamu juga mencintaiku? Aku ingin mendengarnya sendiri dari bibir kamu yang indah ini." ucap Dewa memberanikan diri menyentuh bibir Cayla dengan jarinya.     

Cayla terpaku di tempatnya, sungguh Dewa telah membuatnya tidak berkutik. Selama ini tidak ada laki-laki yang berani menyentuh bibirnya selain Dewa saat ini.     

"Apa aku harus mengatakannya? Bukankah kamu sudah bisa melihat bagaimana sikapku padamu." ucap Cayla dengan gugup.     

Dewa menggelengkan kepalanya dengan pelan.     

"Aku mau mendengarnya dari bibir ini." ucap Dewa masih menyentuh dan mengusap bibir Cayla dengan jarinya.     

"Aku...aku juga mencintaimu." jawab Cayla seiring menurunkan tangan Dewa yang menempel di bibirnya.     

"Aku senang mendengarnya, tapi....ada sesuatu yang kamu harus tahu tentang aku. Entah... apa kamu nanti bisa menerimanya atau tidak." ucap Dewa ingin Cayla tahu tentang masa lalunya.     

"Ya sudah, setelah selesai makan dan minum obatnya kamu bisa menceritakannya padaku." ucap Cayla melanjutkan menyuapi Dewa.     

Tanpa membantah, Dewa menuruti apa kata Cayla.     

Dengan penuh perhatian, Cayla menyuapi Dewa dengan hati yang di penuhi bunga-bunga cinta.     

Setelah selesai menyuapi dan memberikan obat pada Dewa, Cayla menegakkan punggungnya bersiap-siap mendengar cerita Dewa.     

"Sekarang apa yang ingin kamu ceritakan? ceritakan padaku dan aku akan mendengarnya." ucap Cayla dengan tersenyum.     

Dewa meraih tangan Cayla dan menggenggamnya.     

"Aku sudah pernah menikah dan bercerai." ucap Dewa dengan suara pelan.     

Sontak Cayla menarik tangannya dengan cepat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.     

"Aku sudah tahu... kamu akan seperti ini akhirnya. Semua wanita yang aku kenal akan langsung menjauh dariku setelah tahu aku sudah pernah menikah." ucap Dewa setelah tahu Cayla menarik tangannya dari genggamannya.     

"Ehh... tidak, aku tidak seperti itu. Aku hanya kaget saja." ucap Cayla baru sadar dengan sikapnya yang telah menyakiti hati Dewa.     

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan hal itu." ucap Dewa dengan wajah mengeras menahan rasa kecewa di hatinya.     

"Tidak...aku tidak seperti itu Dew, maafkan sikapku tadi, lanjutkan ceritanya aku mau mendengarnya." ucap Cayla seraya menggenggam tangan Dewa.     

Hati Dewa sedikit terobati dengan sikap dan kata-kata Cayla.     

"Aku sudah menikah saat aku masih kuliah. Aku dan Mitha berhubungan sejak SMA. Sejak kuliah hubunganku semakin serius hingga suatu hari aku dan Mitha melakukan hubungan seperti suami istri dan ketahuan orang tuaku. Akhirnya kita menikah walau tanpa ada persiapan apa-apa karena aku belum bekerja. Menikah baru dua bulan pernikahanku berakhir dengan perceraian. Mitha meminta cerai dariku dengan alasan aku tidak bisa memenuhi semua kebutuhannya yang serba mewah. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu dengan Mitha. Berita yang aku dengar Mitha telah menikah dengan laki-laki tua yang kaya raya dan itu sangat menyakitkanku. Kenapa semua wanita selalu mencari harta bukannya cinta dan kasih sayang." ucap Dewa menatap penuh wajah Cayla.     

"Tidak semua wanita seperti itu Dew." ucap Cayla dengan perasaan malu, karena dirinya termasuk wanita yang berkehidupan mewah.     

"Apa kamu tidak seperti itu Cayla?" tanya Dewa sangat tahu gaya hidup Cayla dari cara penampilannya.     

Cayla menundukkan kepalanya, kemudian kembali mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Dewa.     

"Sebelum aku mengenalmu dan pindah ke sini aku tinggal di New York sebagai seorang model. Dan kamu tahu sendiri kan bagaimana kehidupan di sana? aku tidak menyangkal aku wanita yang selalu berkehidupan mewah. Tapi aku akan belajar mulai sekarang untuk bisa hidup lebih sederhana." ucap Cayla tidak tahu kenapa dia mengatakan hal itu.     

"Maksudmu, kamu mau berubah? kenapa? apa ada alasan yang membuat kamu belajar untuk berubah?" tanya Dewa dengan hatinya berdegup kencang.     

Wajah Cayla bersemburat merah setelah menyadari ucapannya.     

"Aku... aku...ahhh, sudahlah lupakan saja." ucap Cayla merasa malu karena sampai detik ini Dewa masih belum menginginkannya sebagai kekasih.     

"Kenapa Cayla? apa aku tidak punya hak untuk mengetahui alasannya?" ucap Dewa memberikan kata-kata "hak" kalau sebenarnya Dewa ingin memiliki Cayla sepenuhnya.     

"Hak?... apa yang kamu maksud dengan kamu memiliki hak untuk tahu alasanku?" tanya Cayla semakin gugup dengan detak jantungnya yang terlalu cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.