THE BELOVED ONE

SAHABAT BAIK



SAHABAT BAIK

0"Aku masih di rumah, kemungkinan aku sampai sana agak siangan. Ada kesibukan pagi ini dengan mas Danish. Bagaimana kabar Dewa? apakah Dewa sudah sadar kembali?" tanya Ayraa ingin tahu keadaan Dewa.     
0

"Sudah cukup membaik Ayraa, sudah bisa bicara juga. Apa kamu mau bicara dengan Dewa?" tanya Cayla ingin melihat Dewa dekat dengan Ayraa sebagai sahabat.     

"Boleh, kalau memang tidak mengganggu Dewa. Mana dia?" tanya Ayraa tidak membatasi antara atasan dan bawahan.     

"Dewa, Ayraa ingin bicara denganmu." ucap Cayla pada Dewa seraya memberikan ponselnya.     

"Hallo... Dewa? bagaimana kabarmu? apa kamu sudah baikan sekarang?" tanya Ayraa dengan ramah.     

"Sudah sedikit membaik Bu." jawab Dewa dengan gugup.     

"Jangan panggil Bu kenapa? panggil saja aku Ayraa. Bukannya ini sudah di luar kantor." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Ya Bu...ehh Ayraa." ucap Dewa semakin gugup.     

"Oh..ya Dewa, aku masih belum bisa melihatmu pagi ini kemungkinan agak siang aku sampai sana. Mas Danish sedikit rewel pagi ini. Kamu tau bagaimana kan kalau suami lagi rewel?" ucap Ayraa sambil melihat Danish yang tidur dalam pangkuannya.     

"Maaf Ayraa, aku tidak tahu bagaimana kalau suami saat rewel. Karena aku belum mengalaminya." jawab Dewa sambil mengusap tengkuk lehernya bingung untuk menjawab pertanyaan Ayraa.     

"Ah...iya, kamu belum menikah ya? Ya sudah, kamu cepat menikah, biar tahu bagaimana rasanya kalau pagi kamu rewel. Bagaimana kalau kamu menikah dengan Cayla kelihatannya kalian berdua sangat cocok." ucap Ayraa dengan nada bercanda.     

"Maaf Ayraa, bagaimana kamu bisa bilang kalau aku dan Cayla sangat cocok?" tanya Dewa penasaran padahal antara dia dan Cayla baru hari ini saling terbuka.     

"Dari perasaanku saja Dewa, karena perasaanku mengatakan hal itu. Makanya aku memberikan kamu tugas ke luar kota bersama Cayla agar kalian bisa saling menyelami hati masing-masing." jelas saira dengan tersenyum karena tujuannya telah berhasil.     

Wajah Dewa memerah kemudian menatap Cayla yang hanya tersenyum saja.     

"Emm...doakan saja semoga aku dan Cayla bisa memulainya dari hari ini. Karena hari ini aku dan Cayla sudah memulai hubungan yang baru sebagai kekasih." ucap Dewa mulai sedikit terbuka pada Ayraa.     

"Ahhh... selamat ya Dewa, semoga hubungan kalian bahagia sampai kalian menikah kemudian sampai nenek kakek. Cepat kamu melamar Cayla, Dewa." ucap Ayraa dengan hati bahagia.     

"Iya, aku akan secepatnya melamar Cayla jika semua ujian kita berdua sudah selesai. Aku tinggal menunggu restu dari Ayah Bunda Cayla. Karena hari ini kita mendapat ujian dari Bunda Cayla untuk menjadi seseorang yang lebih baik dulu." ucap Dewa dengan jujur.     

"Oh begitu, kamu tenang saja. Aku yakin kamu pasti mendapat restu dari Ayah dan Bunda. Karena mereka sangat menghargai laki-laki yang yang benar-benar bertanggungjawab dan berniat baik pada putrinya. Tinggal kamu sama Cayla saja untuk lebih saling memahami agar tidak terjadi pertengkaran di saat kalian mendapat masalah." ucap Ayraa memberikan pandangan sedikit tentang orang tua Cayla.     

"Ya... Ayraa kamu benar. Aku akan berusaha untuk bisa memahami Cayla dan semoga secepatnya mendapat restu dari Ayah dan Bunda Cayla." ucap Dewa merasa sedikit tenang setelah mendengar ucapan Ayraa.     

"Aku doakan semoga kamu secepatnya mendapat restu dari Ayah dan Bunda. Kamu tenang saja, aku akan membantumu agar Bunda setuju dengan hubungan kalian. Ya sudah Dewa, nanti kita lanjutkan lagi saat bertemu. Mas Danish sudah sedikit rewel lagi." ucap Ayraa mengajak bercanda Dewa.     

"Ya...ya Ayraa. Terima kasih." ucap Dewa kemudian menutup panggilan Ayraa.     

"Bagaimana? cukup baikan Ayraa untuk dijadikan teman atau sahabat? kamu sudah terlihat akrab dengan Ayra, bahkan sudah terbuka dengan menceritakan masalah kita. Aku senang mendengarnya Dew." ucap Cayla dengan tersenyum bahagia.     

"Ya Cayla, kamu benar tentang Ayraa." ucap Dewa seraya mencubit pipi Cayla.     

"Sekarang kamu harus tidur sebentar. Nanti kalau saat Ayraa sudah datang akan aku bangunkan." ucap Cayla sambil membetulkan selimut Dewa agar Dewa segera istirahat.     

Dewa menganggukkan kepalanya kemudian memejamkan matanya untuk berusaha tidur.     

***     

"Mas Danish, sudah aahh... cepat mandi, kita harus segera berangkat ke rumah sakit." ucap Ayraa bangun dari tidurnya dengan pakaian dan rambut sedikit kusut.     

"Tapi Ayraa, aku ingin menginginkan lagi." ucap Danish dengan tatapan merajuk.     

"Sudah Mas... nanti Mas Danish capek." ucap Ayraa berjalan ke almari untuk mengambil handuk bersih agar Danish segera mandi.     

"Ayraa, satu kali lagi di kamar mandi ya." pinta Danish lagi masih meringkuk di balik selimutnya.     

"Tidak Mas, aku tidak Mas Danish kecapekan. Aku tidak mau Mas Danish sakit, apalagi besok sudah mulai kerja di kantor." ucap Ayraa sambil memberikan handuk bersih pada Danish.     

Dengan sedikit malas Danish bangun dari tidurnya dan menerima handuk dari Ayraa untuk segera mandi.     

"Aku tunggu di depan ya Mas." ucap Ayraa sebelum Danish masuk ke dalam kamar mandi.     

Danish menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke kamar mandi.     

sambil menunggu Danish selesai mandi, Ayraa menunggu di teras depan.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Ayraa melihat ponselnya berbunyi dengan cepat Ayraa menerimanya.     

"Ada apa Bara? tumben kamu siang-siang menelepon?" tanya Ayraa setelah tahu yang meneleponnya adalah Bara.     

"Kamu tidak kuliah lagi pagi ini Ayraa? tadi ada tugas dari Dosen untuk meringkas semua mata kuliah yang yang telah diberikan minggu lalu. Kalau kamu mau, aku akan memberikan ringkasanku yang sudah selesai padamu agar kamu mendapat nilai." ucap Bara merasa sangat kehilangan jika Ayraa tidak datang ke kampus.     

"Wah... terima kasih ya Bara. Boleh, kapan kamu akan memberikannya padaku? tapi jangan hari ini ya? karena hari ini aku akan pergi ke luar kota untuk melihat keadaan Dewa di rumah sakit." ucap Ayraa merasa sangat berterima kasih pada Bara yang masih mau berteman baik dengannya walaupun Danish selalu memusuhinya.     

"Baiklah, kalau begitu besok aku antarkan ke tempat kamu pagi-pagi sekalian aku berangkat ke kampus." ucap Bara penuh semangat berharap besok pagi bisa berangkat sama-sama dengan Ayraa ke kampus.     

"Oke Bara." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya Bara.     

"Telepon dari siapa Ayraa!" tanya Danish dengan kening berkerut.     

"Oh dari Bara Mas, mau mengantar ringkasan mata kuliah tugas dari Dosen. Besok pagi mau diantar Bara ke sini sekalian berangkat ke kampus." jawab Ayraa dengan jujur dan santai tanpa ada masalah.     

"Jadi besok pagi Bara mau ke sini untuk mengantarkan catatannya?" tanya Danish lagi memastikan kedatangannya Bara.     

"Iya Mas, kenapa? Apa ada masalah lagi?" tanya Ayraa dengan sangat jelas melihat raut wajah Danish yang penuh dengan kecemburuan.     

"Tidak apa-apa, ayo...kita berangkat daripada terlalu siang. Kasihan Dewa dan Cayla menunggu." ucap Danish sambil memikirkan bagaimana cara besok pagi Bara tidak akan berangkat ke kampus bersama Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.