THE BELOVED ONE

MELIHAT KEADAAN DEWA



MELIHAT KEADAAN DEWA

0Tiba di rumah sakit Danish dan Ayraa segera mencari kamar Dewa.     
0

"Mungkin ini kamarnya Mas, kata Cayla Dewa di kamar Flamboyan lima. Bukankah ini Flamboyan lima?" tanya Ayraa sambil menatap Danish yang sudah berada di depan pintu.     

"Em... sudah benar Ayraa, ayo... kita masuk." ucap Danish seraya mengetuk pintu kemudian membukanya.     

Di dalam Cayla sedikit terkejut karena tidak mendengar ketukan Danish.     

"Ayraa!!! maafkan aku...aku tidak mendengar pintu terketuk." ucap Cayla merasa senang Ayraa dan Danish datang.     

"Maaf Cay, kita terlambat datang." ucap Ayraa seraya memberikan oleh-oleh buah untuk Dewa yang sakit.     

"Dewa tidur?" tanya Danish saat melihat kedua mata Dewa terpejam.     

"Ya...dari tadi tidurnya. Biar aku bangunkan." ucap Cayla berniat membangunkan Dewa namun Ayraa mencegahnya.     

"Jangan di bangunkan Cay. Biarkan saja Dewa istitahat." ucap Ayraa seraya duduk di kursi karena perutnya sedikit kram.     

"Perut kamu tidak apa-apa kan Ayraa?" tanya Danish melihat Ayraa sedikit kesakitan saat duduk.     

"Tidak apa-apa Mas, sedikit kram saja." ucap Ayraa sambil mengusap perutnya dengan pelan.     

"Apa mungkin kamu lapar Ay?" tanya Cayla dengan cemas.     

"Tidak Cay, aku sudah makan banyak tadi. Mungkin karena terlalu banyak duduk." ucap Ayraa sambil duduk bersandar.     

"Lihat kaki kamu bengkak Ay?" ucap Cayla sambil melihat kedua kaki Cayla yang terlihat bengkak.     

Danish segera menaikkan kedua kaki Ayraa di atas pangkuannya.     

"Apa yang Mas Danish lakukan?" tanya Ayraa merasa malu pada Cayla yang melihatnya.     

"Memijat kaki istriku." ucap Danish sambil memijat betis dan kaki Ayraa.     

"Mas Danish, sudah Mas...malu ada Cayla." ucap Ayraa dengan wajah memerah.     

"Tidak apa-apa, sebentar lagi Cayla juga akan mengalami hal yang sama setelah menikah dengan Dewa." ucap Danish dengan tersenyum masih memijat dengan penuh perhatian.     

Wajah Cayla memerah mendengar ucapan Danish.     

"Kenapa aku Kak Danish?" tanya Cayla dengan bibir cemberut.     

"Bukannya kamu sudah menjadi kekasih Dewa? sebentar lagi pasti Dewa akan segera melamar kamu." ucap Danish seraya menurunkan kembali kaki Ayraa.     

"Belum Kak, aku dan Dewa masih belum dapat restu dari Bunda." ucap Cayla sedikit sedih.     

"Kamu tenang saja. Dewa laki-laki yang baik dan pekerja keras. Pasti Ayah dan Bunda kamu segera merestui hubungan kalian." ucap Danish membesarkan hati Cayla.     

"Ya Kak, aku juga yakin begitu. Tapi Dewa masih ragu dan pesimis, karena Dewa sudah duda Kak." ucap Cayla berterus-terang pada Danish dan Ayraa.     

Danish dan Ayraa sedikit terkejut, tapi kemudian tenang kembali.     

"Tidak apa-apa, yang terpenting Dewa sudah bercerai resmi dengan istrinya." ucap Danish dengan tenang.     

"Ya Mas, tapi sejak saat itu. Dewa mengalami trauma untuk percaya pada wanita, dan takut di tolak lagi." ucap Cayla dengan sedih.     

"Itu tugas kamu untuk menjadikan Dewa percaya lagi pada wanita. Dulu aku juga berjuang untuk mendapatkan cintanya Mas Danish." ucap Ayraa sambil menggenggam tangan Danish. Sambil mengingat bagaimana dulu sakitnya bersaing dengan Ponco kekasih Danish.     

"Ya Ay...aku akan berusaha untuk itu. Dewa adalah cinta pertamaku. Dan aku akan mempertahankannya." ucap Cayla dengan sungguh-sungguh tanpa tahu kalau Dewa sudah bangun dan mendengarkan ucapan Cayla.     

"Terima kasih Cayla." ucap Dewa dengan tersenyum, merasa malu karena ada Danish dan Ayraa.     

"Dewa?" ucap Cayla menoleh ke arah Dewa yang sedang menatapnya.     

Melihat Dewa sudah bangun, Danish dan Ayraa bangun dari duduknya mendekati Dewa.     

"Bagaimana keadaan kamu Dewa? sudah lebih baik kan? apalah ada perawat pribadi yang menjaga dua puluh empat jam." ucap Ayraa bercanda.     

Wajah Dewa kembali memerah dengan candaan Ayraa.     

"Maaf...aku ketiduran. Aku sudah menunggu kalian lama." ucap Dewa merasa gugup.     

"Tidak apa-apa, kita juga baru datang." ucap Danish dengan tenang.     

"Maaf Pak, aku masih belum bisa bekerja." ucap Dewa dengan perasaan bersalah.     

"Jangan panggil Pak lagi, panggil saja Danish saja." ucap Danish sambil menepuk bahu Dewa.     

Dewa tersenyum menganggukkan kepalanya.     

"Terima kasih Mas Danish." ucap Dewa memanggil dengan Mas, karena usia Danish lebih tua darinya.     

"Sama-sama." ucap Danish merasa senang keadaan Dewa sudah baik-baik saja.     

"Drrrt...Drrrt... Drrtt"     

Ponsel Cayla berbunyi terus menerus. Terpaksa Cayla mengambil dari kantong celananya ingin tahu siapa yang meneleponnya.     

"Dari Ayah." ucap Cayla dengan perasaan tidak enak.     

"Hallo ya Ayah...ada apa Ayah?" tanya Cayla penasaran.     

"Besok pagi kamu harus pulang Cayla. Bunda kamu sakit." ucap Raka dengan suara berat.     

"Tapi Ayah? tadi pagi Bunda baik-baik saja." ucap Cayla merasa heran.     

"Ya sayang... setelah bicara dengan kamu, Bunda kamu pingsan. Kamu harus pulang besok ya." ucap Raka dengan suara sedih.     

"Ya Ayah, aku akan segera pulang." ucap Cayla dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Hati-hati besok kalau pulang ya Cay." ucap Raka lagi kemudian menutup panggilannya.     

Cayla duduk lemas, merasa sangat bersalah pada Bundanya.     

"Ini semua salahku, Bunda pingsan dan sekarang sakit, semua gara-gara aku bicara tentang Dewa. Bunda sudah bilang kalau tidak setuju aku dengan Dewa tapi tetap saja aku membela Dewa." ucap Cayla menangis dengan sambil menutup wajahnya.     

"Maafkan aku Cayla. Mungkin sebaiknya kamu menuruti apa kata Bunda kamu. Bunda kamu benar, kamu harus mencari laki-laki yang tepat." ucap Dewa merasakan luka tak berdarah dalam hatinya.     

Cayla mengangkat wajahnya, baru menyadari apa yang telah di katakannya pasti sangat menyakiti hati Dewa.     

"Ya Tuhan, maafkan aku Dewa. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu." ucap Cayla menggenggam tangan Dewa dengan tatapan menyesal.     

"Aku tidak apa-apa Cay, kenyataannya seperti itu. Aku laki-laki yang berstatus duda. Semua Ibu tidak ada yang menginginkan anak perempuannya menikah dengan seorang duda." ucap Dewa dengan suara parau.     

"Dewa kamu jangan bicara seperti itu. Kita berdua harus bisa mempertahankan apa yang baru kita mulai." ucap Cayla menatap penuh wajah Dewa.     

Danish dan Ayraa saling berpandangan, kemudian bangun dari duduknya.     

"Cayla, Dewa, kalian bicara saja dulu. Kita ke kantin sebentar. Nanti kita kembali lagi." ucap Ayraa kemudian meninggalkan kamar di ikuti Danish.     

"Dewa, sebaiknya kita pulang sekarang. Kamu harus pindah rumah sakit. Aku tidak bisa membiarkan kamu di sini." ucap Cayla dengan tatapan sedih.     

"Ya... tidak apa-apa, aku memang berencana pulang hari ini. Tidak perlu ke rumah sakit lagi. Aku sudah tidak apa-apa." ucap Dewa merasakan kesedihan yang mendalam.     

"Tapi Dewa, kepala kamu harus di periksa lagi. Takutnya kenapa-kenapa." ucap Cayla tidak setuju dengan keinginan Dewa.     

"Aku tidak apa-apa, kamu jangan kuatir. Sekarang aku minta tolong padamu untuk segera mengurus ke administrasi. Kita pulang sore ini." ucap Dewa sambil menahan kepalanya yang tiba-tiba pusing.     

"Ya sudah aku akan mengurusnya sekarang. Kamu istirahat saja dulu." ucap Cayla segera keluar kamar dan pergi ke kantor administrasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.