THE BELOVED ONE

PULANG KE BANDUNG



PULANG KE BANDUNG

0Di bantu Danish, akhirnya Dewa bisa pulang keluar dari rumah sakit secara paksa. Padahal Dewa masih harus cek-up kepalanya yang sering sakit tiba-tiba sejak terjatuh dari kamar mandi.     
0

"Dewa... kamu harus pindah ke rumah sakit, kamu terlihat belum sembuh benar. Kamu harus cek-up kepala kamu Dewa?" ucap Cayla setelah riba di rumah kontrakan sederhana Dewa.     

"Tidak Cay...aku di rumah saja, aku sudah tidak apa-apa. Aku juga tidak enak dengan Mas Danish yang membantu semua pengeluaran rumah sakit." ucap Dewa berusaha menahan sakit di kepalanya.     

"Kenapa harus tidak enak pada Kak Danish? bukannya itu sudah kewajiban perusahaan untuk membiayai kamu. Kita keluar kota kan untuk kerja." ucap Cayla berusaha menjelaskan tentang hak karyawan.     

"Tetap saja aku tidak enak dengan Mas Danish Cay, aku tidak ingin merepotkan siapapun." ucap Dewa keras kepala.     

"Ya sudah, kamu ke rumah sakit pakai uangku saja ya?" ucap Cayla merasa cemas dengan keadaan Dewa terutama pada kepalanya Dewa yang masih merasa pusing.     

"Apa Cay? kamu yang akan membiayai nanti? tidak Cayla, apalagi pakai uang kamu. Sudah Cay jangan di balas lagi, aku sudah tidak apa-apa hanya pusing sedikit nanti juga sembuh sendiri. Aku istitahat di rumah saja beberapa hari. Dan sebaiknya kamu pulang, sudah malam. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa di jalan." ucap Dewa berusaha untuk menahan sakit di kepalanya yang hilang timbul.     

"Aku tidak akan pulang, aku akan menjagamu sampai besok pagi sebelum aku berangkat ke Bandara. Kak Danish sudah membelikan tiket ke Indonesia jam sembilan pagi." ucap Cayla sangat berterima kasih pada Danish dan Ayraa yang begitu peduli dengan hubungannya dengan Dewa.     

"Cayla...aku tidak ingin merepotkan kamu. Kenapa kamu keras kepala sekali? kamu juga butuh istirahat, sudah seharian kamu menjaga aku." ucap Dewa merasa terharu dengan kasih sayang Cayla, namun Dewa tidak ingin menunjukkan rasa luka hatinya dengan penolakan orang tua Cayla.     

"Bukan aku yang keras kepala Dewa, tapi kamu. Kamu sudah tahu, kalau kepala kamu masih terasa pusing tapi kamu sama sekali tidak mau ke rumah sakit. Kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana?" ucap Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca melihat Dewa begitu keras kepala.     

"Kamu jangan cemas Cayla, aku sungguh tidak apa-apa. Kenapa kamu tidak mau pulang? Di sini tempat tidur hanya satu saja. Aku tidak mau kamu tidur di kursi atau di lantai badan kamu bisa sakit." ucap Dewa dengan perasaan semakin haru dengan sikap Cayla.     

"Kalau kamu tidak ingin melihatku tidur di kursi atau di lantai. Aku bisa tidur di samping kamu sekaligus menjaga kamu sampai besok pagi." ucap Cayla dengan suara pelan.     

Dewa menelan salivanya mendengar apa yang diucapkan Cayla begitu sangat menyentuh hatinya.     

"Gantilah pakaianmu dengan kemejaku yang ada di dalam almari, agar besok pagi kamu bisa memakai pakaianmu lagi. Dan setelah itu istirahatlah. Aku tidak ingin kamu sampai di Bandung, kamu sakit hanya karena kelelahan." ucap Dewa menatap penuh wajah Cayla.     

Cayla menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan ke arah Almari Dewa untuk mengambil kemeja Dewa yang paling besar.     

Setelah mendapatkannya, Cayla pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.     

Dewa mengangkat kepalanya dan menatap Cayla tak berkedip saat Cayla masuk ke dalam kamar dengan kemejanya yang melekat di badan Cayla. Sungguh Cayla sangat cantik dan mempesona.     

"Kamu sangat cantik. Mungkin bukan aku saja yang bilang kalau kamu benar-benar cantik, tapi laki-laki lain yang melihatmu pasti juga akan bilang kalau kamu sangat cantik." ucap Dewa saat Cayla sudah berada di sampingnya.     

Cayla menjadi salah tingkah, wajah memerah mendengar pujian Dewa.     

"Jangan memujiku terus, suatu saat kecantikan itu bisa hilang. Aku ingin kamu memujiku bukan karena kecantikanku saja, tapi hal yang lain yang harus kamu puji." ucap Cayla seraya duduk di samping Dewa.     

"Aku bilang padamu kamu sangat cantik. Dan kecantikan itu bukan pada wajahmu saja. Tapi seluruh apa yang kamu punya, baik hati kamu dan pribadi kamu benar-benar sangat cantik." ucap Dewa dengan tatapan penuh cinta.     

Cayla tersenyum dengan wajahnya yang memerah.     

"Terima kasih. Kamu juga tampan, baik hati kamu dan pribadi kamu." ucap Cayla tidak mau kalah dengan Dewa.     

"Terima kasih...sekarang tidurlah, sudah malam." ucap Dewa dengan tersenyum.     

Dengan hati berdebar-debar Cayla naik ke atas tempat tidur dan berbaring disamping Dewa.     

"Sekarang tidurlah, biar besok bangun tidak kesiangan." ucap Dewa melihat ke arah Cayla yang berbaring miring menghadap ke arahnya.     

"Boleh aku tidur dengan memeluk kamu?" tanya Cayla memberanikan diri untuk tidur bersama Dewa dengan berpelukan.     

Cayla ingin sebelum pulang ke Bandung, Cayla mempunyai kenangan Indah bersama Dewa.     

Dewa menganggukkan kepalanya, tidak bisa menolak keinginan wanita yang di cintainya.     

"Terima kasih." ucap Cayla seraya menenggelamkan kepalanya di dada Dewa dan memeluk pinggang Dewa dengan sangat erat.     

Dewa memejamkan kedua matanya sejenak, merasakan pelukan Cayla yang begitu hangat.     

"Goodnite Cayla." ucap Dewa seraya mengecup puncak kepala rambut Cayla yang begitu harum.     

"Goodnite Dewa." sahut Cayla memejamkan matanya sambil memeluk Dewa dengan sangat erat.     

***     

"Cayla... Cayla, bangun." panggil Dewa seraya mengusap lembut wajah Cayla.     

Perlahan Cayla membuka matanya kemudian melihat wajah Dewa yang berada dekat dengan wajahnya.     

"Sudah jam berapa Dew?" tanya Cayla seraya mengusap kedua matanya yang masih mengantuk.     

"Sudah jam tujuh, bangunlah dan cepat mandi karena bandara lumayan jauh dari sini." ucap Dewa kemudian memberikan handuk pada Cayla.     

Dengan tersenyum Cayla menerima handuk dari Dewa kemudian keluar dari kamar untuk segera mandi.     

Sambil menunggu Cayla selesai mandi, Dewa berbaring di tempat tidur sambil memejamkan matanya. Dewa merasakan kepalanya kembali berdenyut-denyut dan kedua matanya yang berkunang-kunang.     

"Dewa... kamu masih mengantuk?" tanya Cayla yang sudah di hadapan Dewa tanpa Dewa sadari.     

Dewa membuka matanya dan tersenyum.     

"Sedikit, ayo... aku antar ke Bandara." ucap Dewa bangun dari tidurnya dengan menahan sakit di kepalanya yang seolah-olah mau pecah.     

Cayla menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil tasnya dan berjalan keluar mengikuti Dewa yang lebih dulu keluar untuk menyalakan mobil.     

Tanpa banyak bicara Dewa menjalankan mobilnya segera ke Bandara sambil menahan rasa sakit di kepalanya yang semakin memuncak.     

Tiba di Bandara Dewa berniat mencari tempat parkir, namun Cayla mencegahnya.     

"Dewa, berhenti di sana saja. Kamu tidak perlu menungguiku. Wajah kamu pucat, kamu pulang saja ya?" ucap Cayla merasa cemas.     

"Baiklah, aku tidak menungguimu. Tapi biarkan aku mengantarmu sampai kamu masuk ke Bandara." ucap Dewa dengan tatapan memohon.     

Cayla terpaksa menganggukkan kepalanya,. kemudian berjalan bergandengan tangan ke arah pintu Bandara.     

"Hati-hati di jalan, jangan lupa kabari aku setelah sampai di sana." ucap Dewa memberanikan diri mengecup kening Cayla.     

Cayla tersenyum kemudian masuk ke dalam Bandara. Dewa berdiri dengan tubuh gemetar menahan rasa sakit di kepalanya. Kedua mata Dewa semakin berkunang-kunang dan Dewa sudah tidak bisa menahannya lagi.     

"BRUKKKK"     

Dewa ambruk ke lantai dengan cukup keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.