THE BELOVED ONE

KESUNGGUHAN DEWA



KESUNGGUHAN DEWA

0"Dewa... Dewa, bangun." panggil Danish dengan suara pelan.     
0

Perlahan Dewa membuka kedua matanya, dilihatnya ada Danish dan Ayraa duduk di sampingnya.     

"dimana Aku bukannya aku tadi di bandara tanya Dewa sambil memegang kepalanya yang masih pusing.     

"Kamu di rumah sakit, tadi ada seseorang yang menghubungiku memakai ponselmu. Katanya kamu pingsan di depan Bandara. Karena itulah aku ke sana dan membawamu ke rumah sakit. Sekarang apa yang kamu rasakan? Apa kamu masih merasakan kepalamu pusing? seharusnya kemarin malam kamu harusnya ke rumah sakit kenapa pulang ke rumah?" tanya Danish dengan cemas.     

"Aku tidak apa-apa Mas Danish. Mas Danish jangan kuatir, sebaiknya aku pulang sekarang karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di rumah." ucap Dewa berbohong karena tidak ingin merepotkan Danish.     

"Bagaimana kamu bisa mengatakan tidak apa-apa? kalau kamu tidak apa-apa, kamu tidak akan pingsan di depan bandara! Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu? apa yang harus aku katakan pada Cayla, sedangkan Cayla meminta pada kita berdua untuk menjaga kamu." ucap Danish dengan serius.     

"Tapi aku tidak kenapa-kenapa Mas Danish. Aku sudah sehat...mungkin aku hanya kecapekan saja, hingga aku pingsan. Tolonglah Mas Danish, aku ingin pulang sekarang dan beristirahat di rumah." ucap Dewa semakin merasakan badannya tidak nyaman.     

"Baiklah...kalau kamu ingin pulang. Tapi, kamu harus diperiksa dulu sama dokter. Kalau dokter mengatakan kamu sehat, kamu bisa pulang." ucap Danish bersikeras tidak ingin terjadi sesuatu pada Dewa.     

Dewa mengambil nafas panjang, tidak bisa membantah lagi ucapan Danish sebagai atasannya.     

"Drrrtt...Drrrt...Drrrt"     

Ketegangan Dewa dan Aska seketika buyar saat mendengar ponsel Ayraa berbunyi berulang-ulang.     

Dengan cepat Ayraa melihat siapa yang menghubunginya. Kening Ayraa berkerut saat melihat nama Cayla.     

"Ada apa Cayla meneleponku? Kenapa tidak menelpon Dewa? apa ada sesuatu yang terjadi pada Cayla?" Tanya Karin dalam hati.     

"Mas Danish, apa ponsel masih Dewa masih Mas Danish bawa?" tanya Ayraa pada Danish, sebelum menerima panggilan Cayla.     

"Sudah aku berikan pada Dewa. Ada apa? siapa yang menghubungimu?" tanya Danish dengan kening berkerut.     

"Cayla menghubungiku. Tapi anehnya, kenapa Cayla malah tidak menghubungi Dewa? Aku kuatir terjadi sesuatu pada Cayla Mas." ucap Ayraa sambil menatap Danish dan Dewa bergantian.     

"Ponselku tidak berbunyi dari tadi. Aku ingin tahu apa benar Cayla mendapat masalah di sana?" tanya Dewa dengan perasaan yang tidak enak.     

"Aku akan menerima panggilan Cayla, kalian bisa mendengarkan. Apa Cayla mendapat masalah atau tidak dari Ayah dan Bunda." ucap Ayraa seraya menerima panggilan Cayla yang berulangkali.     

"Hallo Cayla, ada apa kamu menelponku? apa ada sesuatu yang terjadi di sana? Bunda Hana baik-baik saja bukan?" tanya Ayraa seraya mengeraskan suara ponselnya.     

"Kamu ada di mana Ayraa? kamu di rumah kan? aku ada masalah di sini. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Bunda tiba-tiba sakit begitu saja, dan barusan Bunda bilang kalau aku harus meninggalkan Dewa. Apa yang harus aku lakukan? Ayah dan Bunda kuatir dan cemas kalau aku masih bersama dengan Dewa. Di samping Dewa sudah menjadi duda. Bunda juga takut kalau suatu saat aku bertengkar Dewa, Dewa akan menceraikan aku seperti yang terjadi pada mantan istrinya." ucap Cayla dengan suara sedih.     

"Cayla... kamu sudah tahu bagaimana kesungguhan Dewa padamu bukan? dia juga ingin berubah demi kamu. Mungkin dulu memang Dewa dan mantan istrinya masih sangat muda, jadi tidak ada yang mau mengalah. Sekarang kalian kan sudah sama-sama dewasa, kalian berdua akan bisa menerima kekurangan dan kelebihan kalian masing-masing." ucap Ayraa memberi nasihat pada Cayla yang sedang bingung.     

"Apa yang kamu katakan benar Ayraa. seandainya Dewa ada di sini, mungkin aku akan lebih kuat menghadapi Ayah dan Bunda. Karena aku yakin dengan kehadiran Dewa Ayah dan Bunda akan lebih mengenal Dewa secara langsung. Tapi sayangnya Dewa sedang sakit dan aku tidak ingin Dewa kenapa kenapa." ucap Cayla dengan perasaan sedih.     

"Apa kamu tahu bagaimana Ayah dan Bunda bisa berpikir seperti itu? karena kamu adalah anak perempuan satu-satunya. Tentu saja Ayah dan Bunda sangat cemas kalau kamu tidak akan bahagia. Tapi percayalah, dari semua itu Ayah dan Bunda tidak pernah menolak kalau kamu akan mendapatkan seorang perjaka atau duda. Bagi Ayah dan Bunda, kamu mendapat seorang laki-laki yang baik dan bisa melindungi kamu itu saja sudah cukup. Kamu percayakan Ayah dan Bunda kita adalah orang tua yang baik yang sangat sayang pada kita?" ucap Ayraa panjang lebar tidak ingin Cayla salah paham.     

"Aku juga berpikir seperti itu Ayraa, tidak mungkin juga Ayah dan Bunda melarang hubunganku dengan Dewa. Tapi...saat ini, aku tidak tahu maksud Ayah dan Bunda. Kenapa, saat ini melarang aku untuk melanjutkan hubunganku dengan Dewa?" ucap Cayla merasa bingung.     

"Mungkin saat ini Ayah dan Bunda menguji cinta kalian berdua. Bagaimana kalian berdua bisa menyelesaikan masalah ini aku tidak tahu. Mungkin kalian harus duduk berdua di hadapan Ayah dan Bunda atau bagaimana? kamu bisa membicarakannya dengan Dewa." ucap Ayraa sambil melihat Dewa yang terlihat sedih dan terluka.     

"Baiklah Ayraa, mungkin aku harus bicara dengan Dewa. Tapi untuk saat ini, biarlah seperti ini. Aku ingin menjaga Bunda dulu sampai Bunda sembuh. Tolong, jangan ceritakan hal ini pada Dewa. Aku tidak ingin Dewa terlalu memikirkan masalah ini." ucap Cayla kemudian memutuskan panggilannya.     

Setelah Cayla memutuskan panggilannya, Ayraa menatap penuh wajah Dewa.     

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan Dewa? kamu sudah mendengar sendiri kalau saat ini Cayla membutuhkan kamu untuk menghadapi Ayah dan Bunda." tanya Ayraa pada Dewa yang duduk terdiam.     

"Aku akan akan menyusul Cayla ke Bandung. Mungkin dengan adanya aku di sana Cayla bisa menyelesaikan masalah semuanya. Entah nanti berakhir baik atau tidak baik, yang penting aku sudah berusaha untuk mempertahankan Cayla dan menjadi seorang laki-laki yang bertanggung jawab pada wanita yang aku cintai." ucap Dewa dengan pasti.     

"Baguslah Dewa, aku senang kamu berpikir seperti itu. Sekarang, kamu sebaiknya beristirahat dan melakukan pemeriksaan untuk selanjutnya. Karena aku kuatir dengan kepala kamu yang sering pusing kemudian pingsan." ucap Danish dengan tenang.     

"Sungguh aku tidak apa-apa Mas Danish, aku sudah sehat. Saat ini juga aku akan ke bandara untuk pergi ke Bandung." ucap Dewa segera turun dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap keluar dari rumah sakit sebelum di pindahkan ke kamar inap.     

"Dewa? apa kamu yakin sudah benar-benar sehat? wajah kamu masih terlihat sangat pucat, bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu dalam perjalanan ke Bandung?" tanya Ayraa dengan cemas.     

"Kalian berdua jangan cemas, tidak akan terjadi sesuatu padaku. Aku akan segera berangkat ke sana." ucap Dewa dengan tersenyum walau kepalanya terasa berdenyut-denyut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.