THE BELOVED ONE

BICARA EMPAT MATA



BICARA EMPAT MATA

0"Barusan saja datang, kamu sedikit kurus Danish? apa kamu baru sakit?" tanya Bagas penuh perhatian.     
0

"Tidak Ayah, mungkin sudah proses menurunnya imun aku Ayah. Penyakitku sedikit demi sedikit menyerap imun sehatku jadi berat badanku semakin menurun." jelas Danish dengan tersenyum berusaha tidak sedih di hadapan Ayah mertuanya.     

"Sudah waktunya kamu mengurangi aktifitas kerja kamu Danish. Kamu harus benar-benar menjaga kesehatan kamu." ucap Bagas duduk di samping Danish yang duduk di pinggir tempat tidur.     

"Aku sudah terlalu banyak mengurangi aktifitas kerjaku Ayah, hampir delapan puluh persen pekerjaanku sudah di ambil alih Dewa dan Ayraa." ucap Danish menjelaskan pada Bagas kalau memang keadaannya sudah tidak bisa di katakan sehat lagi selain bertahan untuk tidak sakit.     

Bagas menghela nafas panjang.     

"Obat yang harus kamu minum tidak pernah terlambat kan Danish?" tanya Bagas merasa iba dengan keadaan Danish.     

"Tetap rutin dan tidak pernah terlambat Ayah. Dan dosisnya semakin lama juga semakin tinggi. Terkadang ginjal aku sudah merasakan sakit tiap kali lupa minum." ucap Danish Ingin berbicara empat mata dengan Bagas tentang keinginannya menyatukan Ayraa dengan Chello.     

"Kalau begitu, kamu jangan lupa minum air putih yang banyak." ucap Bagas Berkali-kali menghela nafas panjang, tidak sampai hati melihat keadaan Danish.     

"Ayah." panggil Danish dengan wajah serius.     

"Ada apa? apa ada yang ingin kamu katakan pada ayah? sepertinya kamu menyimpan masalah yang penting." ucap Bagas dengan tatapan penuh.     

"Ya Ayah, aku mau membicarakan tentang Ayraa dan Chello." ucap Danish seraya menghela nafas panjang.     

"Ayraa dan Chello? ada apa dengan mereka berdua? bukannya mereka sudah lama tidak pernah bertemu? apalagi Chello sekarang ada di basis Utara." tanya Bagas dengan tatapan heran.     

"Em... jika saya meninggal nanti, aku ingin Ayraa dan Chello menikah Ayah. Dan saya ingin bantuan Ayah dan Bunda untuk menyatukan mereka." ucap Danish dengan tatapan serius.     

Tubuh Bagas bergeming di tempatnya, sungguh... Bagas tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, kalau Danish menginginkan Ayraa menikah dengan Chello selagi masih hidup.     

"Apa yang kamu katakan Danish? Kenapa kamu membicarakan Ayraa dan Chello selagi kamu masih ada disini. Kamu masih hidup! Hidup kamu masih panjang! kamu akan melihat bagaimana istri kamu melahirkan, dan kamu juga akan membesarkan anak kamu hingga dia dewasa. Jadi jangan lagi bicara omong kosong ini." ucap Bagas dengan gusar.     

"Ayah... Ayah jangan marah dulu, dengarkan aku dulu Ayah." ucap Danish mengenggam tangan Bagas.     

Kembali Bagas menghela nafas panjang. Sungguh hatinya sudah tidak tahan menahan kesedihannya. Bagas berharap Danish berumur panjang hingga tua renta menemani Ayraa.     

"Apa yang harus Ayah dengar lagi Danish? kamu jangan membuat Ayah sedih." ucap Bagas memeluk Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Maafkan aku Ayah, Ayah tahu sendiri kalau aku tidak bisa semakin sehat atau gemuk. Aku hanya bisa bertahan agar bisa hidup lebih lama lagi. Tapi penyakitku tidak bisa aku ajak kompromi Ayah. Semakin aku bertambah usia lambat laun imunku semakin menurun dan berat badanku semakin berkurang. Dan aku pasti mengalami komplikasi yang berat." ucap Danish menghentikan ucapannya untuk menenangkan hatinya.     

"Danish, jangan kamu teruskan lagi Nak." ucap Bagas dengan meremas kedua tangannya.     

"Maafkan aku Ayah. Tapi aku harus bilang pada Ayah. Aku sudah bicara pada Chello. Dan Chello sudah berjanji padaku. Tapi aku masih belum yakin Chello akan bisa mendapatkan Ayraa tanpa bantuan Ayah. Aku ingin Ayah membantu Chello di saat aku tidak ada nanti." ucap Danish dengan serius.     

Kembali Bagas memeluk Danish dengan sangat erat dan menangis dalam diam.     

"Kenapa kamu bilang seperti itu danish? Kamu tidak akan meninggalkan Ayraa secepat itu bukan? kamu harus bertahan dan kuat demi Ayraa dan anak kamu. Apa kamu tidak ingin melihat Ayraa melahirkan dan membesarkan anak kalian berdua?" tanya Bagas menatap dalam-dalam wajah Danish.     

"Aku akan bertahan demi Ayraa dan anak aku Ayah. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melawan penyakitku, Tapi aku juga tahu sewaktu-waktu aku bisa meninggal tanpa aku bisa bertahan lagi. Karena itulah aku ingin mempersiapkan yang terbaik untuk Ayraa. Aku ingin menyiapkan seorang laki-laki yang bisa menjaga Ayraa dan anakku. Dan aku hanya percaya pada Chello, aku yakin Chello bisa membahagiakan Ayraa dan anakku." ucap Danish dengan bersungguh-sungguh.     

Bagas menghela nafas panjang.     

"Kalau ayah bisa membantumu, apakah kamu bisa berjanji pada Ayah satu hal saja? Ayah minta, kamu harus bertahan sampai saat itu tiba. Dan kamu tetap menjaga kesehatan kamu! Berjanjilah pada Ayah, kalau kamu tidak akan putus asa melawan penyakitmu. Apakah kamu bisa berjanji Danish?" tanya Bagas dengan berlinang air mata.     

Danish menganggukan kepalanya dengan cepat.     

"Aku berjanji padamu Ayah, aku akan sekuat tenaga untuk melawan penyakitku. Dan aku akan bertahan demi Ayraa dan anakku, sampai saat itu tiba. Sampai saat Tuhan menghendaki diriku untuk meninggalkan Ayraa." ucap Danish memeluk Bagas dan menangis sedih.     

"Sudah Danish, jangan menangis. Jangan membuat Ayah ikut menangis. Kamu harus kuat demi Ayraa dan bayi kamu. Jangan pernah menunjukkan rasa kesedihan kamu. Karena ayah tahu, Ayraa juga tidak menunjukkan kesedihannya padamu. Karena Arya ingin melihat kamu bahagia." ucap Bagas sambil menepuk pelan punggung Danish.     

"Terima Kasih Ayah, Ayah telah mendengarkan semua keluhanku. Selama ini aku aku tidak bisa cerita pada siapapun kecuali pada Ayah dan Chello." ucap Danish dengan hati yang sangat lega.     

"Setelah kamu bicara dengan Chello tentang masalah ini, Apa tanggapan Chello? apa dia mau berjanji untuk menikahi Ayraa? setahu Ayah, walaupun Chello berkeinginan untuk menikahi Ayraa, kalau Ayraa tidak mau. Chello tidak akan bisa memaksanya." ucap Bagas dengan tatapan serius.     

"Chello juga berkata seperti itu padaku Ayah. Chello tidak akan memaksa Ayraa jika Ayraa tidak mau menikah dengannya. Untuk itu, aku meminta bantuan Ayah untuk meminta Ayraa mau menikah dengan Chello suatu saat nanti. Dan aku juga akan bicara pada Ayraa disaat terakhir hidupku nanti. Mungkin Ayraa tidak akan bisa menolak karena itu permintaanku yang terakhir padanya." ucap Danish seraya menghela nafas panjang.     

Bagas menggenggam tangan Danish dengan sangat kuat.     

"Aku selalu berdoa, agar kamu panjang umur Danish. Ayah tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan dan hidupnya Ayraa nanti. Pasti Ayraa akan sedih dan merasa kehilangan hidupnya. Karena kamu tahu sendiri bagaimana Ayraa mempertahankan kamu dulu." ucap Bagas dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Iya Ayah, doakan saja agar aku panjang umur dan bisa menjaga Ayraa dan anakku hingga anakku dewasa. Karena aku juga ingin hidup lebih lama lagi. Aku masih ingin membahagiakan Ayraa dan anakku dengan segenap cintaku pada mereka Ayah." ucap Danish menggenggam kedua tangan Bagas.     

"Ya... Danish... Ayah akan selalu mendoakanmu Nak." ucap Bagas dengan perasaan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.