THE BELOVED ONE

KEJUJURAN DEWA



KEJUJURAN DEWA

0Tiba di Kota Bandung, Dewa tidak menghubungi Cayla. Tapi menghubungi Ayraa untuk segera mengirim alamat rumah Cayla.     
0

Dewa ingin memberikan kejutan pada Cayla, kalau dirinya bersungguh-sungguh dengan perasaannya.     

Setelah mendapatkan alamat rumah Cayla dari Ayraa, Dewa segera naik taksi dan pergi ke rumah Cayla.     

Hati Dewa berdebar-debar saat taksi berhenti di rumah yang sangat besar di kawasan perumahan elit yang ada di kota Bandung. Kepalanya yang terasa sakit semakin sakit saat melihat kenyataan yang ada.     

Tubuh Dewa merasa gemetar, namun Dewa tetap berusaha berdiri dengan berpegangan pada pintu yang berpagar besi.     

Kedua mata Dewa semakin berkunang-kunang melihat rumah Cayla.     

"Apakah benar ini rumah Cayla? pantas saja Ayah dan Bunda Cayla tidak setuju mendapatkan menantu seperti aku yang tidak kaya dan seorang duda. Lalu buat apa aku disini? apa aku akan mempermalukan diriku di hadapan kedua orang tua Cayla? bagaimana kalau mereka mengusirku dan Cayla tidak membelaku sama sekali?" tanya Dewa dalam hati sangat ragu saat mau masuk ke halaman rumah Cayla.     

"Kamu siapa? Kenapa berdiri di depan rumahku?" tanya Raka yang kebetulan dari rumah Bagas.     

Dewa sangat terkejut mendengar suara seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. segera Dewa menoleh kebelakang dan dilihatnya seorang laki-laki yang di perkirakan berusia setengah abad dengan penampilan sangat rapi dan berwibawa.     

"Maaf Om.. saya takut salah alamat, Apa benar ini rumah Cayla?" tanya Dewa dengan sopan.     

"Iya benar, kamu siapa? apa kamu teman Cayla?" tanya Raka menatap penuh wajah Dewa yang terlihat sangat pucat.     

"Iya Om, saya Dewa teman Cayla dari Bali ingin bertemu dengan Cayla." ucap Dewa dengan jujur. Dewa merasakan badannya terasa panas dingin melihat tatapan Raka yang tak berkedip kepadanya.     

"Oh... kamu yang namanya Dewa teman Cayla yang dari Bali? ayo masuk ke dalam, kebetulan Cayla ada di rumah." ucap Raka dengan tenang mengajak masuk Dewa ke dalam rumah.     

"Apakah Cayla tahu kamu datang kemari Dewa?" tanya Raka sedikit heran kenapa Cayla tidak menyambut kedatangan Dewa kalau Dewa akan datang ke rumah.     

"Cayla tidak tahu Om, karena saya berniat memberi kejutan pada Cayla." jawab Dewa dengan jujur sambil mengikuti Raka yang sudah masuk ke dalam rumah.     

"Silakan duduk Dewa, Oh...ya, apa kamu sakit? Om lihat wajah kamu terlihat pucat dan berkeringat. Kalau kamu sakit sebaiknya kamu istirahat di dalam." ucap Raka yang sangat tahu bagaimana kondisi seseorang yang sedang sakit atau sehat.     

"Tidak Om, saya tidak sakit. Saya baik-baik saja." ucap Dewa menahan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi-jadi.     

"Baiklah, kalau begitu...tunggu sebentar, Om akan panggilkan Cayla dan Bundanya Cayla." ucap Raka masuk ke dalam merasa cemas dengan keadaan Dewa yang terlihat kesakitan.     

Sambil menunggu Cayla dan Hana keluar, Dewa menekan kepalanya berulang-ulang agar sakitnya menghilang namun tetap saja rasa sakitnya tidak bisa hilang.     

Tidak lama kemudian Cayla, Raka dan Hana keluar dari dalam rumah menghampiri Dewa.     

"Dewa?? kamu ada di sini? Kenapa kamu bisa di sini? bukannya kamu sakit?" tanya Cayla tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kalau Dewa datang jauh-jauh dari Bali untuk menemuinya.     

"Ayah? tadi Ayah bilang teman Cayla main yang ke sini? kenapa Dewa?" tanya Cayla tak mengerti ada apa sebenarnya dengan kedatangan Dewa yang secara tiba-tiba.     

Raka hanya tersenyum melihat kebingungan Cayla.     

"Om mau tanya pada kamu Dewa. Kamu ke sini ini ada tujuan apa? karena Cayla sendiri sangat terkejut dengan kedatangan kamu?" tanya Raka dengan tenang, sedangkan Hana hanya tersenyum dalam hati sambil melihat Dewa dan Cayla yang sama-sama terdiam.     

Dewa menghela nafas panjang.     

"Maaf sebelumnya, saya ke sini karena berniat baik dan bersungguh-sungguh pada Cayla. Mungkin latar belakang saya tidak baik di mata Om dan Tante, karena saya seorang yang tidak kaya dan juga seorang duda. Di masa lalu saya, memang saya mempunyai kesalahan yang menjadi penyesalan saya. Dan di saat ini, saya benar-benar mencintai Cayla dan berniat ingin menikahi Cayla. Kemarin secara tidak sengaja saat Cayla menghubungi Ayraa, saya mendengarnya kalau Om dan Tante tidak setuju dengan latar belakang saya sebagai seorang duda. Saya cukup mengerti dengan kecemasan Om dan Tante yang tidak ingin Cayla tidak bahagia dan menderita. Tapi saya ke sini ingin mengatakan pada Om dan Tante, kalau saya akan berusaha membahagiakan Cayla seumur hidup saya." ucap Dewa dengan suara pelan. Tubuhnya semakin dingin seiring keringat yang keluar dari seluruh pori-pori kulitnya.     

"Apa kamu bisa di percaya dengan apa yang kamu katakan Dewa?" tanya Hana menatap penuh wajah Dewa.     

"Tante bisa percaya pada saya. Saya datang jauh dari Bali ke sini, karena berniat sungguh-sungguh pada Cayla anak Om dan Tante." ucap Dewa merasakan badannya terasa lemas dan tidak kuat untuk menahannya lagi.     

"Syukurlah apa yang Tante harapkan Sekarang telah menjadi kenyataan. Kemarin memang Tante dan Om sengaja menyuruh Cayla pulang dengan beralasan Tante sakit karena tidak setuju dengan hubungan dengan kalian. Sebenarnya Tante tidak sakit. Tante hanya ingin tahu kesungguhan kalian berdua. Dan ternyata kamu telah membuktikannya dengan datang kemari tanpa ada rasa ragu mengakui semua apa yang kamu inginkan. Tante sama sekali tidak berpikir latar belakang kamu dari orang yang tidak mampu atau seorang duda. Tante hanya ingin mendapatkan menantu yang bertanggung jawab pada anak Tante. Yang bisa menjaganya karena kamu tahu sendiri anak Tante sangat manja yang perlu bimbingan dari laki-laki seperti kamu." ucap Hana dengan tersenyum bahag     

"Jadi... Bunda tidak sakit? aku sudah menduganya, kalau Ayah dan Bunda telah menguji cinta kita berdua. Tapi saat Ayah bilang Bunda sakit, aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi." ucap Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Dewa menatap Ayah dan Bunda Cayla secara bergantian. Sungguh hati Dewa sangat bahagia berbaur rasa sakit di kepalanya yang tidak bisa di tahannya lagi.     

"Terima kasih Om, Tante telah memberi restu padaku untuk bisa menjaga Cayla. Saya sangat mencintai Cayla dan berjanji akan membahagiakan Cayla seumur hidup saya." ucap Dewa dengan tubuhnya yang sudah lemas dan kedua matanya yang sudah tidak bisa melihat dengan jelas.     

Tubuh Dewa tiba-tiba terkulai jatuh di kursi sofa.     

"Dewaaaa!!" teriak Cayla mendekati Dewa yang pingsan tak sadarkan diri.     

Segera Raka menghampiri Dewa dan memeriksa denyut nadi Dewa dan kedua mata Dewa.     

"Kita harus membawa Dewa ke rumah sakit. Ayah masih belum tahu sakitnya Dewa apa. Tapi Ayah merasa Dewa sakit parah, denyut nadinya sangat lemah. Ayo, Cayla bantu Ayah membawa Dawa ke rumah sakit." ucap Raka dengan perasaan cemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.