THE BELOVED ONE

GEGAR OTAK



GEGAR OTAK

0"Tapi Ayah merasa Dewa sakit parah, denyut nadinya sangat lemah. Ayo, Cayla bantu Ayah membawa Dewa ke rumah sakit." ucap Raka dengan perasaan cemas.     
0

Dengan cepat Raka dan Cayla membawa Dewa ke Rumah sakit dimana tempatnya bekerja.     

Dengan dibantu beberapa temannya Raka memeriksa Dewa. Sungguh Raka sangat terkejut kalau Dewa mengalami gegar otak ada penyumbatan di bagian kepalanya yang harus segera di operasi.     

Setelah menyelesaikan administrasi sesuai prosedur yang ada, Raka membawa Dewa ke ruang operasi untuk segera menyelamatkan nyawa Dewa yang sudah semakin lemah.     

Di luar ruang operasi Cayla menangis dalam pelukan Hana.     

"Sudah sayang, jangan menangis. Ayah pasti akan menyelamatkan Dewa, semoga saja Dewa tidak kenapa-kenapa. Dan kenapa kamu tidak menceritakan kalau Dewa baru keluar dari rumah sakit? dan kenapa Dewa bisa sampai gegar otak? apa yang terjadi pada Dewa sebelumnya Cayla?" tanya Hana sambil mengusap punggungnya Cayla.     

"Dewa terpeleset di kamar mandi Bunda. Dan kemungkinan Dewa jatuhnya mengenai kepalanya, karena saat aku membantunya Dewa sudah pingsan di kamar mandi." ucap Cayla sangat menyesal kenapa sebelum pulang dari Rumah Sakit Dewa tidak diperiksa lebih dulu.     

"Bagaimana pihak rumah sakit bisa tidak tahu kalau Dewa gegar otak Cayla?" tanya Hana lagi dengan tatapan heran.     

"Saat itu aku tidak tahu kalau Dewa jatuhnya mengenai kepalanya Bunda. Yang aku tahu Dewa hanya pingsan, jadi belum ada pemeriksaan lanjutan karena Dewa sudah meminta pulang lebih dulu." jawab Cayla kemudian menceritakan semuanya sampai pada saat dia harus kembali ke Bandung karena permintaan Ayahnya.     

"Ternyata Dewa sangat mencintaimu Cayla, sampai rela jauh-jauh dari Bali dalam keadaan sakit. Hanya ingin memberikan kejutan padamu dan dan memastikan hubungan kalian berdua pada Ayah dan Bunda." ucap Hana terharu dengan sikap Dewa.     

"Ya Bunda, aku juga sangat mencintai Dewa Bunda. Aku akan merubah sedikit demi sedikit gaya hidupku yang mewah agar tidak menjadi beban pikiran bagi Dewa." ucap Cayla dengan sungguh-sungguh.     

"Syukurlah sekarang putri Bunda sudah benar-benar dewasa. Semoga saja setelah kamu bersama Dewa, hidupmu akan lebih bahagia. Walau hidup dalam kesederhanaan, Bunda yakin Dewa akan menjadi orang yang besar suatu saat nanti." ucap Hana dengan tersenyum.     

"Aamiin, terima kasih Bunda. Aku sangat bahagia Ayah dan Bunda sudah memberikan restu pada kita berdua." ucap Cayla memeluk Hana dengan perasaan bahagia.     

"Tentu sayang, tidak ada niat di hati Ayah dan Bunda untuk memisahkan kamu dan Dewa. Kalau kamu bahagia Ayah dan Bunda juga bahagia Cayla." ucap Hana dengan penuh kasih sayang.     

"CEKLEK"     

Terdengar pintu ruang operasi terbuka. Cayla melihat Ayahnya keluar dari ruang operasi dan menghampirinya.     

"Bagaimana Ayah? Dewa baik-baik saja bukan Ayah?" tanya Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Raka tersenyum seraya membelai rambut Cayla.     

"Dewa sudah baik-baik saja, Dewa laki-laki yang sangat kuat. Untung saja penyumbatan di kepalanya tidak pecah." ucap Raka dengan serius.     

"Syukurlah Ayah, dan sekarang bagaimana keadaan Dewa apa masih tetap di ruang operasi?" tanya Cayla dengan perasaan sedih bercampur bahagia.     

"Sebentar lagi juga akan di pindahkan ke kamar inap. Kamu bisa menjaga calon suami kamu mulai saat ini." ucap Raka dengan tersenyum menggoda Cayla.     

"Ayah...Dewa saja belum bilang padaku. Ayah sudah mengakui sebagai calon menantu." ucap Cayla tersenyum bahagia.     

"Bukannya kemarin sudah jelas kalau Dewa bilang sungguh-sungguh mencintai kamu dan ingin menikahi kamu." ucap Raka semakin menggoda putrinya.     

Wajah Cayla memerah, tidak menjawab pertanyaan Ayahnya selain menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Bundanya.     

"Ya sudah, setelah ini Ayah dan Bunda akan pulang sebentar. Nanti sore kemari lagi untuk melihat Dewa." ucap Raka kemudian kembali ke ruang operasi untuk memindahkan Dewa ke kamar inap.     

***     

Cayla menghela nafas panjang, menatap wajah Dewa yang pucat. Ayah dan Bundanya sudah pulang setelah memastikan Dewa sudah pindah di kamar inap dalam keadaan baik-baik saja.     

"Kamu sangat keras kepala Dewa, sudah tahu sakit masih saja nekat datang ke Bandung tanpa memberitahu. Di balik sikap kamu yang cuek ternyata begitu penuh perhatian dan kesungguhan." ucap Cayla dalam hati seraya menggenggam tangan Dewa.     

Masih dengan hati yang di penuhi rasa cinta dan kerinduan Cayla tak bosan-bosannya menatap wajah Dewa yang tampan.     

"Sadarlah Dewa, jangan terlalu lama tidur kamu. Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca. Perasaan Cayla begitu sangat tersentuh dengan sikap Dewa yang tanpa banyak bicara tapi apa yang di lakukannya begitu nyata.     

"Dewa... bangunlah, terlalu lama kamu tidur Dew. Jangan membuat aku kuatir dan menangis." ucap Cayla dengan airmata yang menetes di pipinya dan jatuh mengenai punggung tangan Dewa.     

Tangan Dewa bergerak pelan menyentuh tangan Cayla.     

Cayla mengangkat wajahnya ketika merasakan sentuhan tangan Dewa.     

"Dewa...kamu sudah sadar?" tanya Cayla mendekatkan wajahnya menatap kedua mata Dewa yang masih terpejam.     

Perlahan Dewa membuka matanya menatap wajah Cayla yang sangat dekat dengan wajahnya.     

"Di mana aku Cayla? apa masih hidup?" tanya Dewa dengan suara lirih.     

"Kamu di rumah sakit Dew, kamu masih hidup." ucap Cayla dengan tersenyum seraya menggenggam tangan Dewa dengan tatapan penuh cinta.     

"Siapa yang membawa aku ke sini?" tanya Dewa sambil menahan rasa nyeri di kepalanya.     

"Ayah dan Bunda yang mengantar kamu ke sini. Dan Ayah juga yang mengoperasi kamu. Kamu tahu, kamu mengalami gegar otak Dew. Sudah tahu kamu kesakitan kenapa juga kamu tidak mau di periksa saat di rumah sakit." ucap Cayla dengan tatapan sayang.     

"Aku tidak ingin membuat kamu cemas Cay, dan aku tidak ingin merepotkan semua orang terutama Mas Danish dan Ayraa dan sekarang telah merepotkan Ayah dan Bunda kamu." ucap Dewa merasa tidak enak telah merepotkan banyak orang.     

"Kamu tidak merepotkan semua orang Dewa. Kamu adalah bagian dari kami, kita semua menyayangi kamu, jadi jangan pernah berpikir kalau kamu merepotkan orang-orang yang mencintai kamu." ucap Cayla seraya mengusap lembut wajah Dewa.     

Dewa memejamkan matanya merasakan kelembutan sentuhan tangan lembut Cayla.     

"Sekarang apa yang kamu rasakan? apa kamu masih merasakan sakit di kepala kamu?" tanya Cayla penuh perhatian.     

"Sedikit Cay, terasa nyeri saja. Tapi sudah tidak pusing lagi seperti tadi." ucap Dewa dengan jujur.     

"Kalau kamu merasakan sakit yang luar biasa, kamu bilang aku ya? bulannya kita sudah menjadi pasangan kekasih?" ucap Cayla dengan tersenyum.     

Wajah Dewa memerah, hatinya berdebar-debar menatap kedua mata Cayla yang indah.     

"Aku Ingin secepatnya sembuh dan membawa kamu kembali ke Bali Cay, kasihan Mas Danish kerja sendirian." ucap Dewa kepikiran tentang pekerjaannya yang belum selesai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.