THE BELOVED ONE

KEPUTUSAN MENDADAK



KEPUTUSAN MENDADAK

Sudah beberapa hari Dewa tinggal di rumah sakit dan keadaannya sudah mulai kembali pulih. Dengan persetujuan Raka akhirnya Dewa bisa pulang kembali ke rumah Cayla.     

"Sebaiknya kamu tinggal di sini beberapa hari Dewa. Kalau kamu benar-benar sehat, kamu bisa pulang ke Bali bersama Cayla." ucap Hana yang masih merasa kuatir dengan kesehatan Dewa.     

"Tapi Bunda aku sama sekali merasa tidak enak kalau tinggal di sini. karena aku masih belum ada ikatan apa-apa dengan Cayla. Aku harus menjaga nama baik keluarga Ayah dan Bunda, karena Cayla seorang perempuan." ucap Dewa dengan menundukkan wajahnya.     

Hati Hana merasa bahagia mendengar ucapan Dewa yang begitu sangat menjaga nama baik keluarga.     

"Bagaimana menurut Ayah, sepertinya kita tidak salah telah memilih dewan sebagai calon menantu kita." ucap Hana pada Raka suaminya.     

"Dewa, apa kamu siap kalau menikah dengan Cayla secepatnya?" tanya Raka menatap penuh wajah Dewa dengan serius.     

Dewa mengangkat wajahnya membalas tatapan mata Raka.     

"Untuk menikahi wanita yang aku cintai, aku siap Ayah. Aku akan berusaha lebih keras untuk bekerja, agar Cayla tidak merasakan kekurangan apapun dan tetap merasa nyaman hidup bersama denganku nanti." jawab Dewa dengan sungguh-sungguh.     

"Dan kamu Cayla, apa kamu siap menikah dengan Dewa?" tanya Raka pada Cayla yang diam dari tadi.     

"Iya Ayah... aku juga siap menikah dengan Dewa. Karena aku percaya, bersama Dewa aku akan menjadi lebih baik lagi. Dan aku akan menemanimu Dewa dalam suka dan duka." ucap Cayla dengan malu-malu.     

"Kalau begitu, bersiap-siaplah kalian untuk segera menikah. Ayah akan mengurus semuanya, kalian bisa menikah Minggu depan. Dewa, kamu bisa mengabari ayah dan ibu kamu untuk bisa ke sini." ucap Raka memberi keputusan yang sangat mengagetkan Dewa dan Cayla.     

"Apa Ayah? menikah Minggu depan? apa tidak terlalu cepat Ayah? aku dan Dewa memang ingin menikah, tapi tidak secepat ini juga Ayah." ucap Cayla dengan perasaan tak percaya. Bagaimana bisa Ayahnya memutuskan kalau dirinya dan Dewa harus segera menikah dalam waktu yang begitu cepat.     

"Ayah memutuskan secepat ini, karena ucapan Dewa ada benarnya. Kalau Dewa tinggal di sini berarti kalian harus menikah secepatnya agar Ayah dan Bunda tidak malu pada tetangga." jawab Raka dengan serius.     

"Bagaimana Dewa? Apa kamu siap menikah dengan Cayla Minggu depan? kalau kamu siap, segera beritahu Ayah dan Ibu kamu untuk datang ke sini agar pernikahan kalian bisa cepat dilaksanakan." ucap Raka dengan tegas.     

"Aku siap Ayah, kalau ini sudah menjadi keputusan Ayah. Hari ini juga, aku akan memberitahu Ayah dan Ibu untuk datang ke sini besok, agar pernikahan aku dan Cayla bisa terlaksana Minggu depan." jawab Dewa dengan pasti.     

"Bagus Dewa, Ayah suka dengan jawaban kamu yang tegas. Jadi... Minggu depan kalian akan segera menikah." ucap Raka merasa lega.     

"Ayah." panggil Dewa setelah beberapa saat terdiam.     

"Ada apa? apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanya Raka saling pandang.     

"Ayah... sebelumnya aku mohon maaf, karena aku mempunyai tabungan yang masih belum seberapa. Bisakah pernikahanku dengan Cayla di adakan secara sederhana?" ucap Dewa dengan jujur mengatakan keadaannya yang sebenarnya.     

"Dewa...kalau kamu sudah menjadi calon menantu Ayah dan Bunda, berarti kamu adalah anak kita berdua juga. Jadi, jangan pikirkan tentang biaya pernikahan. Biar Ayah yang mengurus semua pernikahan kalian berdua. Uang kamu, kamu tabung saja untuk kehidupan bersama Cayla." ucap Raka dengan tenang tanpa ada rasa beban.     

"Tidak ada Ayah, aku sudah berkeinginan lama untuk menikahi Cayla dan aku sudah menabung. Jadi, uang tabungan itu memang aku alokasikan untuk pernikahanku dengan Cayla. Walau aku tahu, saat itu aku dan Cayla masih belum ada ikatan apa-apa. Tapi aku merasa yakin kalau Cayla adalah pasangan hidupku." ucap Dewa dengan perasaan malu, karena sudah menabung untuk pernikahannya dengan Cayla padahal masih belum ada hubungan apa-apa dengan Cayla.     

Seketika wajah Cayla terkejut mendengar ucapan Dewa. Cayla sama sekali tidak percaya, bagaimana bisa Dewa sudah menabung untuk pernikahan. Padahal dirinya dan Dewa masih belum mengenal satu sama lain.     

"Bagaimana bisa kamu menabung untuk pernikahan kita Dewa? padahal kita kan belum saling mengenal?" tanya Cayla dengan perasaan tak percaya.     

"Aku juga tidak tahu, aku hanya merasa yakin saja. Kalau aku memang berniat sungguh-sungguh pada kamu sejak pertama bertemu dengan kamu." ucap Dewa dengan jujur dan wajah memerah.     

Hana dan Raka saling pandang kemudian tersenyum mendengar percakapan Cayla dan Dewa.     

"Begini Dewa... Ayah percaya kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan mempunyai prinsip yang sangat kuat. Tapi, kamu juga harus tahu kamu juga adalah anak Ayah. Jadi, percayalah uang yang kamu tabung biarkan saja kamu simpan demi masa depan kamu bersama keluarga kecil kamu nanti." ucap Raka dengan bijaksana.     

Dewa tertinggi kemudian menganggukkan kepalanya.     

"Terima kasih Ayah, apa yang Ayah katakan. Akan aku ingat dan aku laksanakan." ucap Dewa dengan serius.     

"Sekarang, kalian berdua istirahatlah. Dan Dewa, kamu jangan lupa segera memberitahu Ayah dan Ibu kamu untuk segera datang besok. Mereka bisa tinggal di sini bersama kita." ucap Raka setelah itu bangun dari duduknya di ikuti Hana untuk segera istirahat.     

"Ya Ayah." jawab Dewa sebelum Raka pergi.     

Setelah Raka dan Hana tidak terlihat, Dewa dan Cayla saling berpandangan kemudian tersenyum.     

"Aku tidak percaya kalau Minggu depan kita akan menikah. Dan aku akan memiliki kamu seutuhnya tanpa ada rasa ketakutan kehilangan kamu lagi." ucap Dewa seraya menggenggam tangan Cayla.     

"Aku juga Dew, sama sekali tidak percaya kalau Ayah mempunyai keputusan seperti ini. Menikahkan kita Minggu depan." ucap Cayla dengan tersenyum bahagia.     

"Aku akan menghubungi Ayah dan Ibu sekarang, agar besok pagi bisa ke sini." ucap Dewa dengan hati penuh kebahagiaan.     

Setelah panggilannya tersambung, Dewa segera menceritakan semuanya pada Ayahnya. Dan kedua orang tua Dewa sangat bahagia karena keinginan Dewa Ingin menikahi Cayla telah terwujud.     

Cayla semakin malu, tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Tenyata keinginan Dewa untuk menikahinya, telah di ketahui orang tua Dewa.     

"Jadi... kamu sungguh-sungguh dengan tabungan itu Dewa? juga keinginan kamu sejak dulu untuk menikah denganku?" tanya Cayla masih tak percaya.     

"Benar Cayla, maafkan aku kalau aku baru memberitahu kamu sekarang. Dan itu memang benar-benar aku lakukan. Mungkin dari awal aku sudah terobsesi padamu, sampai aku berkeinginan menikah denganmu walau kita belum saling mengenal." jawab Dewa tanpa ada kebohongan.     

"Selama hidup aku, baru kali ini aku mengalaminya Dewa. Ada laki-laki yang begitu sangat yakin kalau aku adalah jodohnya." ucap Cayla menatap wajah Dewa dengan perasaan kagum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.