THE BELOVED ONE

BERKUMPUL BERSAMA



BERKUMPUL BERSAMA

0"Ya... Danish... Ayah akan selalu mendoakanmu Nak." ucap Bagas dengan perasaan sedih.     
0

"Tok...Tok...Tok"     

Pintu kamar terketuk dari luar, dan terdengar suara Nicky memanggil.     

"Ayah... Danish, makanan sudah siap. Ayraa sudah menunggu, bayinya sudah kelaparan." ucap Nicky kemudian meninggalkan kamar.     

"Ayo... Danish kita makan sekarang." ucap Bagas seraya menepuk bahu Danish.     

"Baik Ayah, aku akan membasuh mukaku dulu. Sebentar lagi aku menyusul Ayah." ucap Danish beranjak dari tempatnya dan masuk ke kamar mandi.     

Setelah selesai membasuh muka, Danish keluar kamar menyusul Bagas ke meja makan.     

Di meja makan Ayraa sudah menatapnya dengan sebuah senyuman.     

"Duduk di sampingku Mas, aku dan Bunda memasak khusus untuk Mas Danish dan Ayah." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Terima kasih Ayraa, Bunda." ucap Danish pada Ayraa kemudian pada Nicky.     

"Ayo...kita makan, kita nikmati masakan istri kita Danish." ucap Bagas seraya memberikan piringnya pada Nicky.     

Melihat Bagas memberikan piring kosongnya pada Nicky, Danish juga memberikan piring kosongnya pada Ayraa.     

Dengan tersenyum, Ayraa mengambilkan nasi dan lauk pauk yang sehat kesukaan Danish.     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish saat Ayraa memberikan makanannya yang sudah siap.     

Sambil makan, dan menikmati masakan Nicky dan Ayraa. Bagas beberapa kali memuji masakan Nicky dan Ayraa.     

"Dengar Danish, memuji masakan istri itu sangat penting. Agar istri kita lebih semangat untuk memasak buat kita." ucap Bagas dengan tersenyum.     

Danish menganggukkan kepalanya dengan malu-malu.     

"Oh ya...apa kalian berdua jadi pergi ke rumah Cayla sore nanti?" tanya Nicky pada Ayraa dan Danish.     

"Ya Bunda, kalau Mas Danish sudah tidak capek kita berencana nanti sore ke sana. Siapa tahu tenaga kita berdua di butuhkan di sana." jawab Ayraa seraya menatap ke wajah Danish.     

"Apa kamu sudah tidak capek Danish? kalau masih butuh istirahat, sebaiknya besok pagi saja ke sana bersama Ayah dan Bunda." ucap Nicky merasa kasihan kalau Danish memaksakan diri pergi sore hari di saat badannya masih merasa capek.     

"Baiklah Bunda kalau begitu kita ikut bersama Bunda saja besok pagi kita ke sana. Biar Mas Danish istirahat lagi. Karena aku yakin Mas Danish masih kecapekan, karena terlalu lama duduk dalam perjalanan." ucap Ayraa memutuskan untuk besok pagi ke rumah Cayla.     

Hati Danish terharu, dengan perhatian Ayraa dan kedua orang tua Ayraa yang begitu menyayanginya.     

"Ayraa, aku sudah tidak apa-apa. Kalau kamu ingin sore ini,. akan aku antar." ucap Danish merasa tidak enak pada kedua orang tua Ayraa.     

"Tidak Mas, besok pagi saja kita ke rumah Cayla. Waktunya bisa panjang, kalau sekarang waktunya sangat pendek. Dan lagi, aku juga sangat capek kalau sekarang. Sore ini kita bisa istirahat, biar besok pagi segar kembali." ucap Ayraa memberikan alasan pada Danish agar Danish merasa tenang.     

"Baiklah, aku menurut apa kata istriku saja." ucap Danish dengan tersenyum.     

Setelah selesai makan bersama, Danish dan Ayraa membersihkan meja makan membantu Nicky.     

"Danish, sebaiknya kamu istirahat di kamar saja. Biar Ayraa yang membantu Bunda. Dan lagi pekerjaannya juga sedikit. Atau kamu bisa mengobrol dengan Ayah Ayraa di depan." ucap Nicky sambil mengambil alih piring yang di pegang Danish.     

"Tidak apa-apa Bunda, tidak baik juga habis makan langsung tidur." ucap Danish masih mengambil piring kotor di atas meja.     

"Ayo, Mas Danish kita ke kamar. Aku juga sangat capek hari ini mungkin perutku agak sedikit kram." ucap Ayraa mengajak Danish ke kamar setelah mendapat isyarat dari Bundanya untuk mengajak Danish pergi.     

Karena yang mengajak Ayraa, dan sudah menggandeng tangannya. Akhirnya Danish mengikuti langkah Ayraa menuju ke kamar.     

Sampai di dalam kamar Danish duduk dan menatap wajah Ayraa tak berkedip.     

"Ayraa, jangan membuat diriku seperti orang yang sakit dan lemah. Aku lebih senang kamu menganggapku sebagai seorang laki-laki yang sehat. Baik kamu, Ayah dan Bunda menganggap aku seolah-olah menjaga orang yang sedang sakit. Aku merasa menjadi laki-laki yang lemah Ayraa." ucap Danish dengan perasaan sedih.     

Seketika Ayraa memeluk Danish dan menciumi seluruh wajah Danish dengan penuh perasaan.     

"Jangan salah paham Mas, bukannya kita menganggap Mas Danish seperti orang sakit. Tapi pada kenyataannya Mas Danish tidak boleh capek, agar Mas Danish bisa bertahan sampai aku melahirkan sampai bayi kita menjadi tumbuh dewasa. Apa mas Danish tidak ingin menemaniku sampai kita menjadi Kakek Nenek?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Aku... menjadi serba salah Ayraa, aku merasa tidak enak. Apapun yang aku kerjakan kamu pasti melarangnya." ucap Danish dengan tatapan sayu.     

"Apakah aku pernah melarang Mas Danish untuk bekerja? Apa pernah aku melarang Mas Danish saat ingin berkebun? tidak kan Mas? aku hanya ingin Mas Danish bisa mengurangi pekerjaan Mas Danish. Dan tadi Mas Danish itu masih dalam keadaan capek karena seharian dalam perjalanan. Aku tidak ingin Mas Danish kelelahan. Kalau sekarang Mas Danish istirahat dan besok pagi sudah segar, Mas Danish boleh melakukan apa yang Mas Danish inginkan." ucap Ayraa dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Kalau aku melakukan apa saja sekarang bagaimana? yang tidak akan membuatku capek. Tapi membuatku sehat kembali." ucap Danish menarik pinggang Ayraa dan mendudukkannya dalam pangkuannya.     

"Maksud Mas Danish apa?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish yang sangat dekat dengan wajahnya.     

"Menurutmu apa yang ingin aku lakukan?" tanya Danish seraya menyibak pelan rambut hitam Ayraa.     

"Apa?" tanya Ayraa seraya mengalungkan kedua tangannya pada leher Danish.     

Dengan gerakan pelan, Danish mengecup ceruk leher Ayraa hingga Ayraa merasa geli yang tak berkesudahan.     

"Mas Danish." panggil Ayraa dengan senyum tertahan.     

"Besok pagi saja Mas, Mas Danish masih harus istirahat. Aku juga mau istirahat Mas." ucap Ayraa menahan hasratnya karena tidak ingin Danish kecapekan.     

Dengan sekuat tenaga Danish mengangkat tubuh Ayraa dan membaringkannya dengan pelan di atas tempat tidur.     

"Apa kamu benar-benar lelah Ayraa? kalau kamu lelah aku akan menahan keinginanku sampai rasa lelah kamu hilang." ucap Danish dengan tatapan sendu.     

Ayraa menatap penuh wajah Danish, menjadi serba salah.     

"Aku... juga ada keinginan seperti kamu Mas, tapi aku tidak ingin kamu semakin capek." ucap Ayraa dengan wajah memerah.     

"Kamu tahu Ayraa, bagi kaum laki-laki di saat mereka capek. Hanya gairah istri yang bisa menghilangkan rasa capek itu." ucap Danish dengan suara berat menggoda.     

"Benarkah Mas, apa dengan kita melakukan sekarang besok pagi Mas Danish akan segar kembali?" tanya Ayraa dengan senyum terkulum.     

"Ya... Ayraa, apa kamu mau menghilangkan rasa capekku istriku?" Tanya Danish seraya mengecup dan menggigit lembut ceruk leher Ayraa.     

"Aku mau Mas." ucap Ayraa dengan desahan lirih saat Danish menghisap kuat kulit lehernya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.