THE BELOVED ONE

CINTA KITA



CINTA KITA

0"Tok...Tok... Tok"     
0

"Ayraa, bangun sayang." panggil Nicky berulang-ulang membuat Ayraa terbangun dari tidurnya.     

"Ya Bunda." jawab Ayraa beranjak turun dari tempat tidurnya untuk membuka pintu. Di lihatnya Bundanya sudah berdiri tepat di depan pintu.     

"Kamu sudah bangun sayang, bangunkan suamimu. Sebentar lagi kita akan ke rumah Cayla. Sekarang sudah siang." ucap Nicky dengan tersenyum melihat wajah Ayraa yang terlihat bahagia.     

"Ya Bunda, aku akan membangunkan Mas Danish." ucap Ayraa dengan wajah memerah sangat tahu ekspresi wajah Bundanya.     

Masih dengan tersenyum Nicky meninggalkan Ayraa yang masih terpaku di tempatnya.     

Setelah Bundanya pergi,. segera Ayraa menutup pintunya kembali dan segera mendekati Danish yang tertidur pulas setelah semalam bercinta dengannya.     

"Mas... Mas Danish, bangun Mas." panggil Ayraa dengan suara lembut di telinga Danish.     

Perlahan Danish membuka matanya kemudian tersenyum.     

"Selamat pagi sayang." ucap Danish dengan wajah terlihat segar dan bahagia.     

"Selamat pagi." sahut Ayraa seraya mengecup bibir Danish dengan penuh rasa sayang.     

"Apa sekarang sudah siang?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Sudah sangat siang. Ayah dan Bunda sudah menunggu di bawah. Kita akan segera ke rumah Cayla." jawab Ayraa seraya menyikap selimut Danish dan membantu Danish bangun.     

"Apa kamu sudah mandi?" tanya Danish saat melihat Ayraa mengambil handuk untuknya.     

Ayraa menggelengkan kepalanya dengan tersenyum, kemudian menarik tangan Danish dengan tatapan menggoda.     

"Kita mandi bersama ya Mas." ucap Ayraa berjalan ke kamar mandi sambil menggenggam tangan Danish agar ikut dengannya.     

"Ayraa... kamu benar-benar sangat memanjakan aku." ucap Danish dengan hati yang di penuhi dengan cinta.     

"Bukankah Mas Danish juga selalu memanjakan aku? kita berdua akan selalu saling memanjakan sampai kita tua nanti." ucap Ayraa seraya membuka pintu kamar mandi di ikuti Danish di belakangnya.     

"Aku bantu Mas." ucap Ayraa melepas pakaian Danish.     

Danish tersenyum menurut saja apa kata Ayraa saat kemeja di lepas Ayraa.     

"Aku mau melihat punggungmu Mas, berbaliklah." ucap Ayraa ingin melihat jahitan yang ada di punggung Danish membekas atau tidak.     

Danish membalikkan badannya tanpa bicara apa-apa.     

Hati Ayraa tersayat pilu melihat bekas jahitan yang lurus ke bawah berwarna kemerahan di kulit punggung Dania yang putih.     

Dengan perasaan sedih, Ayraa menciumi bekas jahitan Danish berulang-ulang. Hati Danish ikut merasakan kesedihan yang di alami Ayraa. Segera Danish membalikkan badannya dan memeluk Ayraa dengan penuh perasaan.     

"Jangan menangis, semua sudah ada jalannya. Kita harus bisa menerima dengan ikhlas." ucap Danish seraya membelai rambut Ayraa dengan penuh kasih sayang.     

"Kenapa semua ini harus terjadi pada Mas Danish. Mas Danish laki-laki yang baik. Kenapa semua ujian ini tidak di berikan pada orang yang jahat saja? kenapa harus pada Mas Danish." ucap Ayraa menangis terisak-isak dalam pelukan Danish.     

"Sssttt... jangan menangis Ayraa, kasihan bayi kita." ucap Danish mengecup beberapa kali puncak kepala rambut Ayraa.     

"Ya Mas... Maafkan aku." ucap Ayraa seraya mengusap air matanya.     

"Kita mandi ya? kasihan Ayah dan Bunda yang sudah menunggu." ucap Danish seraya mengusap sisa airmata yang tergenang di pelupuk mata Ayraa.     

Dengan perasaan penuh cinta Ayraa dan Danish saling bergantian membersihkan badan. Sesekali ada tawa lirih dan kecupan mesra yang di lakukan Danish pada Ayraa.     

Sungguh hati Ayraa sangat bahagia melihat Danish begitu sangat mencintainya.     

"Aku mencintaimu Ayraa." ucap Danish seraya menyentuh bibir bawah Ayraa dengan jarinya.     

"Aku juga mencintaimu Mas." sahut Ayraa meraih tangan Danish mengecup punggung tangan Danish dengan tatapan penuh cinta.     

"Ayraaa!"     

Terdengar suara Nicky memanggil Ayraa dari luar kamarnya.     

Danish dan Ayraa tertawa lirih mendengar suara Bundanya yang beberapa kali memanggil nama mereka.     

"Aku keluar dulu ya Mas. Mas Danish hati-hati saat bangun nanti." ucap Ayraa mengingatkan Danish saat bangun dari duduknya di dalam bathtub.     

Danish menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

Segera Ayraa keluar dari kamar mandi untuk menemui Bundanya dengan hanya memakai handuk.     

"Ayraa, nanti kamu dan Danish menyusul saja ya. Ayah dan Bunda berangkat dulu." ucap Nicky sambil melihat handuk yang di pakai Ayraa.     

Ayraa tersenyum malu mendapat pandangan dari Bundanya yang penuh curiga.     

"Maaf Bunda, sedikit lama. Lagi mandikan Mas Danish." ucap Ayraa dengan malu-malu.     

"Ya... tidak apa-apa, dulu Bunda juga pernah muda. Ya sudah, Bunda berangkat dulu ya sayang." ucap Nicky kemudian meninggalkan Ayraa yang masih tersenyum malu di depan pintu.     

Setelah Bundanya pergi, Ayraa kembali masuk ke dalam kamar. Di lihatnya Danish sedang mengeringkan rambutnya.     

"Mas, Ayah dan Bunda sudah berangkat lebih dulu." ucap Ayraa seraya mengambil alih handuk dari tangan Danish, kemudian mengeringkan rambut Danish.     

"Ayraa, seharusnya aku yang mengeringkan rambut kamu." ucap Danish dengan tatapan penuh rasa sayang.     

"Gantian saja Mas, setelah Mas Danish selesai baru Mas Danish mengeringkan rambutku." ucap Ayraa dengan tersenyum sambil menyisir rambut Danish.     

Cinta Danish semakin mendalam, mendapat perhatian yang begitu besar dari Ayraa.     

"Sekarang giliranku bukan?" ucap Danish mengambil handuk kering dan mulai mengeringkan rambut Ayraa.     

"Rambut kamu semakin panjang Ayraa. Apa kamu tidak Ingin memotongnya?" tanya Danish menyisir rambut Ayraa setelah mengeringkannya.     

"Tidak pernah terpikirkan untuk memotongnya Mas." jawab Ayraa dengan tersenyum.     

"Syukurlah. Kamu terlihat cantik kalau berambut panjang." ucap Danish sambil meletakkan sisir di atas meja setelah menyisir rambut Ayraa.     

"Jadi kita berangkat Ayraa sekarang?" tanya Danish sambil duduk di pinggiran ranjang melihat Ayraa yang berganti pakaian.     

"Ya Mas." sahut Ayraa sambil berdandan tipis agar tidak terlalu pucat.     

Setelah selesai berdandan dan melihat Danish juga sudah, segera Ayraa keluar dari kamar di ikuti Danish yang berpakaian sangat santai.     

"Kamu terlihat sangat muda dan tampan Mas, tidak ada yang berubah dari kamu sejak kita bertemu sampai sekarang." ucap Ayraa dengan mengulum senyum.     

"Terima kasih istriku, siapa lagi yang akan memujiku kalau bukan istriku sendiri." ucap Danish sambil memeluk bahu Ayraa sambil berjalan keluar rumah.     

"Tidak juga Mas, bukan aku saja yang memujimu. Dewa saja sebagai laki-laki sangat memujamu." ucap Ayraa dengan tatapan kagum.     

"Jangan bilang seperti itu. Aku jadi teringat Ponco. Semoga Ponco tenang di alamnya dan di terima amal ibadahnya oleh Tuhan.     

"Maaf Mas, aku tidak ada maksud menyindir Mas Danish dengan Pak Ponco. Mas Danish sendiri tahu aku sangat menghormati Pak Ponco juga berhutang budi pada Pak Ponco. Karena bantuan Pak Ponco aku bisa bersama dengan Mas Danish." ucap Ayraa dengan tulus.     

"Apa kamu tidak pernah marah dan cemburu sedikitpun pada Ponco Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

"Ada Mas, aku bahkan aku hampir putus asa untuk mendapatkan Mas Danish." ucap Ayraa dengan tatapan manja.     

Wajah Danish memerah bercampur bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.