THE BELOVED ONE

TETAP MEMILIHMU



TETAP MEMILIHMU

Hari Sabtu sebelum hari pernikahan Cayla.     

"Drrrt... Drrrt... Drrtt"     

"Ayraa... ponsel kamu berbunyi." ucap Danish saat berada di kamar setelah seharian membantu Dewa.     

"Sebentar Mas." jawab Ayraa dalam kamar mandi.     

Katebd tidak tahan dengan suara ponsel Ayraa yang berbunyi terus, terpaksa Danish mengambilnya untuk menerima panggilan tersebut.     

"Bara? ada apa Bara menghubungi Ayraa?" tanya Danish dalam hati dengan perasaan cemburu.     

"Dari siapa Mas?" tanya Ayraa berjalan mendekati Danish.     

"Dari Bara." ucap Danish seraya memberikan ponselnya pada Ayraa.     

Ayraa tersenyum melihat sikap Danish yang tiba-tiba diam setelah tahu yang menghubunginya adalah Bara.     

Dengan tatapan yang lepas dari wajah Danish, Ayraa menerima panggilan Bara.     

"Hallo...ya Bara, ada apa?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Kamu di mana Ayraa? kamu tidak sakit kan? aku tidak melihatmu beberapa hari ini?" tanya Bara dengan cemas.     

"Ohh...aku di Bandung, Cayla mau menikah besok." ucap Ayraa dengan tenang.     

"Cayla menikah? dan aku tidak di undang?" tanya Bara dengan perasaan kecewa.     

"Mungkin Cayla tidak mengundang karena kamu tidak mungkin datang." jawab Ayraa memberi alasan.     

"Mana mungkin aku tidak datang? jam berapa acaranya besok, tolong beri alamat Cayla. Sekarang juga aku akan berangkat ke Bandung." ucap Bara dengan semangat yang tinggi.     

"Oke...aku kirim alamatnya segera." ucap Ayraa kemudian memutuskan panggilan Bara.     

"Kenapa kamu menyuruh Bara datang Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan tidak senang.     

"Bagaimana aku bisa bilang tidak mengundangnya Mas, Bara kan teman Cayla juga. Cayla sebenarnya mau mengundang Bara, tapi berubah pikiran karena Bara tidak mungkin akan datang karena jauh. Dan Cayla berniat mengundang teman-teman saat kembali ke Bali nanti." jelas Ayraa panjang lebar agar Danish tidak salah paham lagi.     

Danish terdiam, hatinya masih tidak rela kalau Bara datang di pernikahan Cayla. Rencananya untuk mempertemukan Chello dengan Ayraa pasti akan gagal kalau ada Bara.     

"Ada apa Mas, apa Mas Danish masih marah?" tanya Ayraa duduk di samping Danish yang tengah berbaring.     

"Aku tidak marah, hanya sedikit kesal. Kenapa Bara harus ke pernikahan Cayla." ucap Danish dengan jujur.     

"Kenapa Mas Danish tidak suka Bara datang ke pernikahan Cayla?" tanya Ayraa menatap lekat kedua mata Danish yang sayu.     

"Aku hanya cemburu saja. Aku tidak ingin Bara mendekati kamu terus." ucap Danish tidak bisa menutupi rasa cemburunya jika pada Bara.     

"Kenapa harus cemburu Mas? bukannya kita sudah menikah dan selalu bersama-sama tiap hari." ucap Ayraa seraya naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Danish.     

"Tapi...aku tidak menyukai Bara, Ayraa. Aku merasa Bara Ingin merebutmu dariku." ucap Danish tanpa ada senyuman.     

"Tidak akan Mas, Bara hanya berteman baik dan menjaga aku saja. Tidak lebih. Dan lagi menjadi aku tidak tertarik pada siapapun kecuali pada suamiku yang paling tampan. Dan lebih tampan jika cemburu seperti ini." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Jangan merayuku." ucap Danish dengan tatapan malu.     

"Aku tidak pernah merayu suamiku, aku bicara yang sebenarnya. Suamiku memang tampan dan tidak ada yang menandingi ketampanannya." ucap Ayraa semakin menggoda Danish.     

Wajah Danish semakin memerah mendengar rayuan Ayraa.     

"Ayraa... Danish!" panggil Nicky dari luar pintu.     

Ayraa dan Danish saling pandang, tidak biasanya Bundanya berteriak seperti orang yang telah memenangkan lotre.     

Dengan segera, Ayraa turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.     

"Ada apa Bunda? Bunda terlihat bahagia sekali?" tanya Ayraa dengan tatapan heran.     

"Ayo.. kita ke rumah Cayla sekarang. Chello barusan datang. Ayah dan Bunda kamu menyuruh kita datang." ucap Nicky dengan wajah gembira.     

"Bunga mau ke sana dengan pakaian tidur?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Sudah... tidak apa-apa Ayraa. Hanya sebentar juga kita di sana. Bunda sudah rindu dengan Chello, ayo kita berangkat." ucap Nicky dengan antusias.     

"Ya Bunda, sebentar." ucap Ayraa kembali ke tempat tidur untuk memberitahu Danish.     

"Mas Danish kok sudah tidur?" tanya Ayraa bingung.     

"Mas, bangun." panggil Ayraa seraya mengusap pipi Danish dengan pelan.     

"Hem.. ada apa Ayraa?" tanya Danish tanpa membuka matanya.     

"Bunda mengajak kita ke rumah Cayla. Chello sudah datang." ucap Ayraa serba salah.     

"Aku sangat capek dan mengantuk Ayraa, kamu berangkat saja dengan Bunda ya?" ucap Danish dengan kedua matanya setengah terpejam.     

"Ya... bagaimana Mas tidak ikut? tidak enak kalau Mas Danish tidak ikut." ucap Ayraa semakin bingung.     

"Sudah Ayraa, kasihan Bunda menunggu lama. Aku sudah mengantuk Ayraa." ucap Danish kembali memejamkan matanya sambil memeluk guling.     

Ayraa menghela nafas panjang, kemudian bangun dari duduknya dan menghampiri Bundanya.     

"Mas Danish tidur Bunda. Apa sebaiknya aku tidak ikut Bunda? kasihan Mas Danish sendirian di rumah." ucap Ayraa tidak tega meninggalkan Danish sendirian.     

"Biarkan Danish istirahat Ayraa, kasihan dari tadi pagi belum istirahat. Ayo, kita sudah di tunggu Hana dan Raka." ucap Nicky sambil menggandeng tangan Ayraa untuk ikut dengannya dan Bagas.     

"Baiklah Bunda." ucap Ayraa akhirnya menuruti apa kata Bundanya pergi ke rumah Chello.     

Danish membuka matanya perlahan setelah yakin Ayraa pergi bersama kedua orang tuanya ke rumah Chello.     

"Seharusnya kamu menikah dengan Chello, Ayraa. Bukan denganku yang membuat kamu selalu menderita. Yang selalu membuatmu menangis." ucap Danish tersenyum dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Semoga, setelah aku meninggal. Kamu bisa menikah dengan Chello." ucap Danish dengan hati yang sedih berusaha memejamkan. Namun bayangan Ayraa dan Chello tidak bisa membuatnya tertidur.     

"Aku harap kamu bisa kembali dekat dengan Chello malam ini Ayraa." ucap Danish seraya menutup wajahnya dengan sebuah bantal karena ada air mata yang mengalir tanpa bisa di tahannya.     

"Mas... Mas Danish." panggil Ayraa begitu dekat di telinganya.     

Danish memasang pendengarannya, memastikan penggilan Ayraa bukan hanya halusinasinya.     

"Mas Danish." panggil Ayraa lagi, dan kini Ayraa mengambil bantal yang menutup wajahnya dengan pelan.     

Perlahan Danish membuka matanya, di lihatnya Ayraa tepat di hadapannya.     

"Ayraa? kenapa kamu di sini? bukannya kamu sudah pergi?" tanya Danish dengan tatapan heran.     

"Aku tidak bisa pergi." ucap Ayraa seraya naik ke tempat tidur dan berbaring miring menghadap Danish.     

"Kenapa?" tanya Danish dengan suara sedikit tercekat.     

"Aku tidak bisa meninggalkan suamiku tidur sendirian." jawab Ayraa seraya mengusap wajah Danish dengan lembut.     

"Ayraa, bukannya aku sudah bilang mau istirahat. Jadi tidak apa-apa kamu pergi bersama Ayah dan Bunda menemui Chello." ucap Danish dengan tatapan teduh.     

"Tidak...aku tidak bisa pergi menemui laki-laki lain, di saat suamiku istirahat sendirian di rumah." ucap Ayraa menenggelamkan kepalanya di dada bidang Danish.     

Danish memejamkan matanya, perasaannya telah di penuhi rasa cinta pada Ayraa yang begitu besar mencintainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.