THE BELOVED ONE

MENGULANG MASA LALU



MENGULANG MASA LALU

0"Aku antar Ayraa." ucap Danish seraya bangun dari duduknya namun di cegah Ayraa.     
0

"Tidak usah Mas, aku hanya sebentar saja." ucap Ayraa kemudian berjalan keluar gedung.     

Ayraa berjalan cepat untuk mencari kamar kecil.     

Sambil menoleh ke kiri dan ke kanan Ayraa mencari kamar kecil yang tidak jauh dari gedung pernikahan. Dan Ayraa sengaja mencari di luar gedung karena Ingin menghirup udara segar. Dengan perut yang mulai besar dan juga hati yang gelisah. Ayraa membutuhkan suasana yang sedikit tenang.     

Setelah menemukan kamar kecil segera Ayraa masuk ke dalam dan buang air kecil sekaligus membersihkan tangannya yang terasa lengket.     

Sambil menatap wajahnya ke kaca lebar yang ada di kamar kecil, Ayraa memejamkan matanya sejenak. Ingatannya kembali pada penampilan dan gaya Chello yang sangat jauh berbeda dengan Chello yang dulu.     

Suara yang berat tanpa senyum, dan tatapan yang dingin. Itulah yang di rasakan Ayraa sekarang dalam menilai seorang Chello.     

"Apa yang membuat Chello hingga seperti itu?" tanya Ayraa dalam hati seolah-olah tidak rela jika Chello berubah dari Chello yang di kenalnya dulu. Senyuman dan tatapan mata yang ramah.     

"Ya Tuhan, kenapa aku harus memikirkan Chello. Bukannya sebentar lagi Chello juga akan menikah dengan Jessi? kenapa aku harus perduli padanya? biar Chello berubah atau tidak, bukan menjadi urusanku." ucap Ayraa dengan hati yang tiba-tiba merasa kesal.     

Dengan hati kesal, Ayraa keluar dari kamar kecil tanpa melihat ke kanan dan ke kiri hingga tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuatnya kakinya terpeleset dan hampir terjatuh ke lantai jika tubuhnya tidak di tahan oleh tangan kokoh yang sekarang sudah menopangnya." Chello"     

"Hati-hati." ucap Chello seraya memeluk pinggang Ayraa dan menggenggam tangan Ayraa.     

"Aku...aku tergesa-gesa." ucap Ayraa tak bergerak dalam pelukan Chello.     

"Apa kakimu tidak apa-apa? berdirilah dengan pelan." ucap Chello masih memeluk pinggang Ayraa.     

"Auuuhhh!! sakit!!" teriak Ayraa mengaduh kesakitan sambil memegang lengan Chello dengan kuat.     

"Jangan bergerak dan jangan kamu paksakan." ucap Chello sambil melihat ke sekeliling untuk mencari tempat duduk.     

Dengan sigap dan tanpa bicara lagi, Chello mengangkat tubuh Ayraa dan menggendongnya ke tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari tempatnya.     

"Duduklah." ucap Chello membantu Ayraa duduk di bangku panjang.     

Bibir Ayraa terasa terkunci tidak mampu membantah atau menolak apa yang di lakukan Chello kepadanya.     

"Alu lihat kakimu sebentar." ucap Chello seraya menaikkan kaki Ayraa ke atas satu pahanya.     

Dengan penuh perhatian Chello memijat kaki Ayraa yang terkilir.     

"Auhhhh!! jangan keras-keras Chell!" teriak Ayraa tak sadar memanggil nama Chello.     

"Sakit sebentar Ay." ucap Chello tanpa melihat ke arah wajah Ayraa.     

"Sejak kapan kamu pintar memijat?" tanya Ayraa setelah merasakan kakinya tidak sakit lagi.     

"Sejak tinggal di basis Utara, kita di tuntut semua hal bisa. Baik menjaga diri, memasak, mencuci, dan lain-lain termasuk memijat di saat orang lain terluka. Jadi kita bukan hanya belajar merawat dan mengobati saja." ucap Chello dengan suara beratnya.     

Ayraa mendengar suara Chello bagaikan suara orang asing di telinganya.     

"Suaramu terdengar berbeda, baik penampilan dan gaya bicaramu. Kamu seperti orang asing bagiku." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Mungkin juga, di sana aku harus berteriak setiap hari. Tidak ada waktu pagi, siang atau malam, aku harus siap siaga walau berdiri dibawah terik matahari. Tidak ada waktu di sana untuk mandi berjam-jam atau merawat diri. Jadi wajar saja kamu tidak mengenalku lagi." ucap Chello dengan perasaan sedih.     

"Mungkin dari penampilanku kamu melihatku telah berubah Ayraa, hingga kamu tidak mengenaliku. Tapi tidak dengan hatiku dan perasaanku. Semua perasaan itu tetap sama berada di tempatnya di hatiku yang paling dalam. Dan itu hanya untukmu." ucap Chello dalam hati, seraya mengeluarkan saputangannya dan mengikatnya di pergelangan kaki Ayraa yang menggunakan sepatu sandal yang tidak bertumit.     

Ayraa terdiam mendeteksi cerita Chello dengan kehidupannya yang begitu keras di sana.     

"Kenapa kamu tidak pulang saja?" tanya Ayraa dengan tatapan serius.     

Chello mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Ayraa yang selama ini ingin di lupakannya tapi tak mampu.     

"Masa kontrak aku tiga tahun, dan aku tidak mungkin mundur. Aku bukan laki-laki pengecut yang takut dengan kerasnya hidup di sana. Tinggal di sana, telah membuat hatiku bisa sekeras baja yang tidak mudah terluka. Aku sudah terbiasa dengan apa yang terjadi di sana." ucap Chello seraya menurunkan kembali kaki Ayraa.     

"Kamu betah di sana karena ada wanita di sampingku." ucap Ayraa dengan suara pelan namun sangat jelas terdengar di telinga Chello.     

"Apa kamu mau es krim? di sana aku lihat ada orang jual es krim. Aku bisa membelikannya untukmu kalau kamu mau. Dan lagi es krim juga bagus untuk kandungan." ucap Chello mengalihkan pembicaraan Ayraa yang pasti akan membahas tentang Jessi. Dan Chello tidak ingin menjawab dengan kebohongan hanya cukup dengan diam saja.     

Entah kenapa, Ayraa tidak bisa menolaknya selain menganggukkan kepalanya.     

"Tunggu di sini, aku segera kembali." ucap Chello namun langkahnya terhenti saat Ayraa memanggilnya.     

"Chello! aku ikut." ucap Ayraa masih duduk di tempatnya.     

"Kaki kamu masih sakit, kamu tunggu di sini saja." ucap Chello ingin sekali mengendong Ayraa seperti dulu. Namun hal itu tidaklah mungkin.     

"Aku ikut." ucap Ayraa bersikeras ingin ikut.     

"Aku harus menggendongmu untuk ke sana." ucap Chello menakuti Ayraa agar tetap di tempat.     

"Aku bisa berjalan pelan ke sana." ucap Ayraa berusaha bangun dari duduknya.     

"Kalau begitu aku akan menghubungi Mas Danish untuk ke sini biar menggendongmu untuk ke sana." ucap Chello sambil meraih ponselnya.     

"Jangan!!! baiklah aku akan menunggu di sini. Tapi jangan lama-lama." ucap Ayraa dengan bibir cemberut.     

Chello tersenyum, dan Ayraa menatap senyuman Chello telah kembali.     

"Tidak akan lama, kamu tunggu di sini sebentar." ucap Chello seraya berlari agar cepat sampai.     

Bibir Ayraa mengembang saat menemukan kembali pribadi Chello yang telah lama di rindukannya.     

Tidak berapa lama kemudian Chello datang dengan membawa dua es krim, satu rasa vanilla dan satunya lagi alpokat.     

"Ini rasa vanila untukmu." ucap Chello memberikannya pada Ayraa.     

Kedua mata Ayraa berkaca-kaca sambil melihat es krimnya.     

"Kamu masih mengingat es krim kesukaanku Chell?" ucap Ayraa dengan perasaan campur aduk.     

"Tentu saja aku selalu ingat tentang apa yang tidak kamu suka dan apa yang kamu suka." ucap Chello dengan tersenyum tipis.     

"Harusnya kamu selalu tersenyum seperti itu Chell, biar tidak menjadi laki-laki yang menyebalkan." ucap Ayraa dengan tatapan indahnya.     

"Belum saatnya Ayraa." ucap Chello sambil menikmati es krimnya.     

Ayraa dan Chello saling pandang dan tersenyum kemudian tertawa lepas hingga tidak menyadari ada Danish yang berdiri agak jauh melihat dan mendengar tawa mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.