THE BELOVED ONE

SUAMIKU YANG TERHEBAT



SUAMIKU YANG TERHEBAT

0Dengan tersenyum Ayraa mengambil satu botol air mineral dan di berikan pada Danish.     
0

"Minumlah Mas, walau hanya air putih yang Mas Danish minum. Di mataku Mas Danish tetap yang terhebat di banding mereka berdua." bisik Ayraa di telinga Danish.     

"Tapi aku ingin minum seperti mereka, sebagai ungkapan kebahagiaan." ucap Danish dengan tatapan memelas.     

Ayraa menggelengkan kepalanya dengan pelan.     

"Tidak dengan cara seperti itu juga bisa Mas, memberi ucapan selamat, atau menyumbang sebuah lagu atau juga kita bisa berdansa bersama pengantin. Banyak cara untuk mengungkapkan kebahagiaan pada kedua pengantin Mas." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Danish.     

Danish terdiam, membenarkan ucapan Ayraa. Tapi dengan egonya sebagai seorang pria merasa tertantang dengan sikap Chello dan Bara yang terlihat hebat karena bisa bertahan tanpa mabuk sama sekali.     

"Apa sedikit saja tetap tidak boleh Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh harap.     

"Tidak Mas, aku menginginkanmu untuk hidup bersamaku selamanya." ucap Ayraa dengan tatapan tegas.     

"Aku seperti laki-laki yang lemah." gumam Danish kemudian menundukkan wajahnya.     

"Minumlah, kalau Mas Danish ingin di katakan laki-laki yang hebat. Tapi di mataku sama sekali tidak hebat. Laki-laki yang hebat di mataku yang mampu menghadapi di segala situasi, yang bisa tetap membuat bahagia wanita yang di cintainya." ucap Ayraa dengan suara pelan memberikan sebotol minuman beralkohol pada Danish.     

Danish menerima botol itu, namun kemudian di letakkannya kembali di atas meja.     

"Aku lebih memilih menjadi laki-laki yang hebat di mata istriku." ucap Danish dengan tatapan penuh cinta.     

Ayraa mengangkat wajahnya, kemudian tersenyum dengan senyuman yang termanis yang di berikan khusus untuk suaminya.     

"Aku tidak salah memilih, karena yang aku pilih suami yang terhebat." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Danish.     

"Terima kasih Ayraa, sekarang bolehkah suami terhebatmu ini mengajak kamu berdansa?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Tentu Mas, aku mau. Tapi kakiku masih sedikit sakit, apa Mas Danish bisa memelukku dengan erat agar aku tidak terjatuh?" pinta Ayraa dengan tatapan manja.     

"Aku akan memelukmu dengan erat, bahkan bila perlu aku akan menggendongmu." ucap Danish dengan kebahagiaan yang tak terhingga.     

Dengan tatapan mesra Danish mengulurkan tangannya pada Ayraa untuk membantunya agar bisa berdiri. Setelah itu keduanya berjalan pelan ke tengah-tengah lantai dansa.     

"Pegang tangan dan pundakku dengan erat Ayraa, agar kamu tidak terjatuh." bisik Danish sambil memeluk pinggang dan menggenggam tangan Ayraa dengan sangat erat.     

Dengan di iringi musik yang begitu romantis Ayraa menyandarkan kepalanya di dada Danish. Dengan gerakan pelan mereka mengikuti musik yang mengalun dengan syahdu.     

Chello menatap Danish dan Ayraa dari kejauhan. Bibirnya tersenyum seiring dengan hatinya yang kembali terluka.     

Hana mendekati Chello dan menggenggam tangan Chello dengan penuh kasih sayang.     

"Kamu harus kuat Nak, kamu harus menerima semua kenyataan yang ada. Bunda tidak pernah melarang kamu untuk mencintai Ayraa. Bahkan mencintai Ayraa untuk selama-lamanya. Tapi, hanya satu yang Bunda inginkan, kamu harus tetap bahagia dan jangan pernah bersedih dengan hal yang menyakiti hati kamu." ucap Hana menatap penuh wajah Chello yang tak lepas menatap Ayraa.     

"Aku akan mengingat pesan Bunda, aku sudah belajar untuk menahan rasa sakit. Bunda jangan kuatir, aku baik-baik saja. Emm...Aku mau keluar sebentar Bunda." ucap Chello seraya mengusap punggung tangan Hana kemudian berdiri dari tempatnya dan pergi meninggalkan apa yang telah membuat luka hatinya.     

Sedangkan di sudut meja yang berbeda, Bara menjauh dari meja keluarga Cayla dan Ayraa untuk menghabiskan beberapa botol minuman yang ada di mejanya.     

"Seharusnya aku tidak ke sini, kenapa aku begitu bodoh selalu saja ingin dekat dengan Ayraa. Padahal sudah sangat jelas Ayraa sangat mencintai Danish." ucap Bara dalam hati sambil meneguk lagi minumannya.     

"Kenapa kamu tidak berhenti minum? siapa yang akan membantumu untuk pulang? kalau kamu tidak kuat untuk berdiri?" tanya Chello saat melewati Bara dan merasa tidak tega melihat keadaan Bara yang sangat terluka.     

Bara menatap wajah Chello kemudian tertawa terkekeh.     

"Bukannya kamu juga minum? kenapa tidak kamu habiskan semua minuman yang ada di sini? kita bisa menikmati bersama-sama. Aku tahu kamu juga sangat terluka melihat mereka bukan?" ucap Bara masih di sisa kesadarannya.     

"Kamu salah. Aku minum bukan karena mereka berdua. Tapi aku mengucapkan selamat pada saudaraku Cayla. Sekarang, ikutlah denganku kita bisa bicara santai di luar sebagai teman." ucap Chello seraya mengulurkan tangannya.     

Bara terdiam tidak menyambut uluran tangan Chello. Selain menatap Chello dan Ayraa yang sedang berdansa bersama Danish.     

"Bawalah aku pergi dari sini. Aku begitu bodoh untuk datang ke sini bukan? hanya melihat mereka berdua bermesraan." ucap Bara akhirnya menyambut uluran tangan Chello sambil membawa dua botol minuman.     

Tanpa menjawab pertanyaan Bara, Chello membantu Bara berdiri dan memapahnya untuk segera pergi meninggalkan acara pernikahan Cayla yang sudah hampir berakhir.     

Dengan tenang Chello, membawa Bara ke tempat mobilnya berada.     

"Masuklah dan pakai sabuk pengamanmu. Kita akan berputar-putar mencari udara segar." ucap Chello seraya menutup pintu mobil setelah Bara duduk di dalamnya.     

"Kamu akan membawaku kemana?" tanya Bara setelah Chello duduk di sampingnya.     

"Kita akan pergi ke arena sirkuit. Kita bisa santai melihat balap mobil di sana. Kamu tenang saja, nanti aku akan mengantarmu pulang." ucap Chello dengan tersenyum kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.     

"Kamu pintar sekali mengendalikan mobilmu, aku suka. Ternyata kamu benar-benar seorang laki-laki sejati." ucap Bara dengan tatapan hampa.     

"Memang kamu bukan laki-laki?" tanya Chello menatap wajah Bara sekilas, kemudian kembali fokus ke jalan yang ada di depannya.     

"Aku hanya seorang budak cinta, tidak bisa lagi berpikir dengan jernih selain di otakku hanya ada Ayraa." jawab Bara dengan tertawa terkekeh sudah hilang kesadaran.     

"Sudah terlihat dengan jelas." sahut Chello dengan tersenyum.     

"Bukannya kamu juga budak cinta?" tanya Bara sambil meneguk minumannya lagi.     

"Lebih dari budak cinta. tapi dengan cara berbeda." jawab Chello dengan tenang.     

"Hem... ajari aku dengan caramu." ucap Bara dengan memicingkan matanya.     

"Belajar untuk setia dan ikhlas. Hanya itu saja." ucap Chello menatap ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai.     

"Sepertinya kamu saingan terberatku di banding Danish." ucap Bara dengan tatapan penuh.     

"Bisa seperti itu. Karena aku selalu bertahan demi orang yang aku cintai." ucap Chello tanpa melihat ke arah Bara.     

"Bagaimana kalau kita sekarang balapan motor? siapa yang menang, dia yang akan lebih dulu maju di saat ada kesempatan nanti." ucap Bara menantang Chello.     

Chello menghela nafas panjang.     

"Terserah apa yang kamu mau. Aku selalu siap dengan semua tantangan." jawab Chello seraya menepuk bahu Bara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.