THE BELOVED ONE

USIA KANDUNGAN TUJUH BULAN



USIA KANDUNGAN TUJUH BULAN

0"Anggap saja, obat ini adalah nafas bagi Mas Danish. Jadi jangan pernah bosan Mas, karena masih ada aku dan Danish junior yang akan segera lahir Ingin di temani Mas Danish." ucap Ayraa dengan tatapan penuh kelembutan.     
0

"Aku bersyukur mendapatkan istri seperti kamu Ayraa. Bagaimana jadinya hidupku jika saat itu tidak bertemu kamu. Mungkin aku masih larut dalam dosa dan mati dalam keadaan yang mengganaskan." ucap Danish dengan tatapan tak berkedip.     

"Sudah Mas, jangan pikirkan itu lagi. Sekarang yang terpenting kita hidup berdua dan akan menjadi bertiga. Kita akan segera punya keluarga kecil yang bahagia." ucap Ayraa menangkup wajah Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Aku mencintaimu Ayraa, entah kita memang berjodoh atau tidak. Tapi aku yakin kamu adalah takdirku." ucap Danish seraya menggenggam tangan Ayraa.     

Ayraa terdiam menderita ucapan Danish yang seolah-olah punya makna.     

"Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud Mas. Tapi aku yakin, Mas Danish adalah takdir dan jodohku." ucap Ayraa dengan serius.     

Hati Danish merasa tenang dengan ucapan Ayraa yang selalu menenangkan hatinya.     

"Kamu selalu bisa menenangkan hatiku di saat aku sedang gelisah Ayraa." ucap Danish menatap kedua mata Ayraa dalam-dalam.     

"Sama Mas, kamu juga selalu bisa menenangkan hatiku di saat aku sedang sedih dan gelisah." sahut Ayraa seraya naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Danish.     

Dengan tersenyum Danish memeluk bahu Ayraa yang tidur bersandar di dadanya.     

"Apa kamu mengantuk Ayraa?" tanya Danish saat melihat Ayraa tidak bergerak dalam pelukannya.     

"Sedikit Mas, ada apa Mas?" tanya Ayraa menggerakkan sedikit badannya agar bisa dalam posisi yang nyaman.     

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingat sesuatu saja. Kalau kamu akan melahirkan dua bulan lagi." ucap Danish dengan perasaan bahagia.     

"Ya Mas, dua bulan lagi Mas Danish akan menjadi seorang Ayah dan aku akan menjadi seorang ibu." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman.     

"Hem... aku sudah tidak sabar menunggu waktu itu tiba. Aku akan menjaga dan menemani bayi kita di saat kamu ke kampus." ucap Danish dengan tatapan mata menerawang.     

"Memang Mas Danish tidak akan bekerja terus?" tanya Ayraa mengangkat wajahnya menghadap Danish.     

"Aku putuskan, aku bekerja di rumah. Biar yang di kantor di handle Dewa. Aku ingin menghabiskan waktu terakhirku bersamamu dan anak kita." jawab Danish dengan tenang.     

Ayraa memejamkan matanya, berusaha menenangkan hatinya agar tidak terbawa oleh ucapan Danish yang lambat laun bisa saja terjadi. Dan bagaimanapun juga Ayraa harus bersiap-siap untuk hal itu. Yaitu kehilangan orang yang di cintainya.     

"Kamu tidak marah kan Ayraa? kalau aku membahas hal itu?" tanya Danish mengusap punggung tangan Ayraa yang di genggamnya.     

"Aku tidak marah Mas, walau aku harus sedih saat Mas Danish mengatakan hal itu. Tapi aku lebih sedih lagi kalau Mas Danish menyimpan sendiri dalam hati. Untuk itu aku tidak akan marah lagi, karena yang lebih bersedih di adalah Mas Danish. Aku ingin Mas Danish bahagia selalu entah bagaimanapun keadaan nanti." ucap Ayraa memberikan senyuman yang terindah untuk Danish.     

"Terima kasih Ayraa, akhirnya kamu mengerti juga apa yang aku rasakan dan yang aku inginkan." ucap Danish merasa bahagia karena tidak ada lagi beban dalam hidupnya karena Ayraa sudah ikhlas menerima kenyataan kalau hidupnya sewaktu-waktu bisa saja berhenti.     

"Ya Mas... sekarang kita tidur ya Mas." ucap Ayraa tidak ingin airmatanya jatuh lagi di hadapan Danish.     

Danish menganggukkan kepalanya.     

"Cium aku Ayraa, agar aku bisa lebih tenang saat tidur." ucap Danish menatap dalam-dalam wajah Ayraa.     

"Bukannya aku selalu mencium Mas Danish di saat Mas Danish akan tidur?" tanya Ayraa mengerjapkan matanya.     

"Ya...dan aku ingin kamu selalu memberikan ciuman di saat aku terbangun dan terlelap." sahut Danish merasa sangat di cintai oleh Ayraa.     

"Goodnite Mas... mimpi indah ya?" ucap Ayraa seraya mengecup kedua mata Danish juga kening Danish dan terakhir mengecup bibir Danish yang lembab.     

"Goodnite my Wife." bisik Danish kemudian memeluk tubuh Ayraa agar bisa tidur nyenyak.     

***     

Sore hari...     

Ayraa sudah duduk santai di teras depan sambil menunggu kedatangan Cayla. Danish yang baru bangun masih membersihkan badannya di kamar mandi.     

Beberapa kali Ayraa menghela nafas panjang menunggu kedatangan Cayla yang belum datang juga.     

"Apa Cayla sudah datang Ayraa?" tanya Danish tiba-tiba muncul dari pintu setelah selesai berganti pakaian.     

"Belum Mas, sebentar lagi mungkin Mas." ucap Ayraa sambil memberikan jaket pada Danish.     

"Di telepon saja Ayraa, siapa tahu Cayla lupa." ucap Danish seraya mengambil duduk ikut menunggu kedatangan Cayla.     

Baru saja Ayraa akan menghubungi Cayla, terlihat mobil Cayla berhenti di depan rumah Ayraa.     

"Hai Ayraa, maaf aku terlambat datang. Kalian tidak menunggu lama kan?" tanya Cayla setelah berdiri di hadapan Ayraa dan Danish.     

"Sudah cukup lama Nyonya Dewa." sahut Ayraa dengan bibir cemberut.     

"Di mana Dewa, Cayla? apa Dewa tidak ikut?" tanya Danish setelah menunggu tidak ada munculnya Dewa.     

"Masih sibuk kerja Kak, lagi lembur di rumah." ucap Cayla dengan tersenyum.     

"Ayo... Mas, kita berangkat. Pakai mobil Cayla saja sekalian mobilnya ada di luar." ucap Ayraa bangun dari duduknya dan berjalan keluar halaman di ikuti Danish dan Cayla di belakangnya.     

"Kita ke Dokter Citra kan Ayraa?" tanya Danish setelah berada di dalam mobil.     

"Ya Mas, biar sekalian Cayla juga di periksa di sana." jawab Ayraa yang duduk bersama Cayla di belakang sambil mengobrol.     

Dengan pelan Danish menjalankan mobilnya ke arah tempat praktek Dokter Citra.     

Tiba di tempat Dokter Citra, Ayraa yang sudah membuat janji lebih dulu langsung segera masuk di ikuti Danish dan Cayla.     

Danish dan Ayraa hampir saja menangis saat melihat pergerakan bayi laki-lakinya yang lucu.     

"Lihat Cayla, bayiku... sangat lucu bukan. Aku merasa terikat batin dengannya. Bayiku selalu saja menendangku saat aku dekat dengan ayahnya." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Danish ikut tersenyum mendengar ucapan Ayraa yang ada benarnya juga saat menilai tentang bayinya.     

"Dokter Citra, perkiraan aku melahirkan apa benar kurang dua bulan lagi?" tanya Ayraa setelah di periksa oleh Dokter Citra.     

"Ya benar, kemungkinan bisa mundur bisa juga maju. Jadi mendekati bulan kedua terakhir sebaiknya lebih banyak bergerak agar saat melahirkan akan lancar." ucap Dokter Citra dengan ramah.     

"Ya Dokter aku akan menjalankan saran dokter Citra." ucap Ayraa dengan gembira karena sebentar lagi dirinya akan melahirkan.     

"Oh ya, Dokter Citra...aku membawa saudaraku yang sudah menikah juga. Namanya Cayla. Cayla merasa dirinya hamil dan sekarang ingin memastikan saja." Ucap Ayraa sambil turun dari ranjangnya agar Cayla bisa langsung di periksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.