THE BELOVED ONE

BERSIKERAS BEKERJA



BERSIKERAS BEKERJA

0"Mas Danish mau kemana?" tanya Ayraa saat terbangun melihat Danish sudah berpakaian rapi.     
0

"Mau bekerja Ayraa, perusaahan saat ini sangat membutuhkan aku dan Dewa." ucap Danish sambil memasang dasinya.     

Ayraa segera bangun dari tidurnya saat melihat Dewa kesulitan memasang dasinya.     

"Mas Danish, kenapa harus bekerja sekarang Mas? Mas Danish kan baru sembuh." ucap Ayraa sambil memasang dasi Danish.     

"Kalau aku sembuh total, itu sudah tidak mungkin kan Ayraa? Jadi aku harus memanfaatkan waktuku di saat aku masih bisa bekerja." ucap Danish seraya mengecup kening Ayraa.     

Ayraa menghela nafas panjang tidak bisa lagi mencegah keinginan Danish. Karena semakin Ayraa melarangnya maka Danish semakin tertekan.     

"Baiklah, tapi berjanjilah Mas Danish akan tepat waktu minum obat dan makan siang." ucap Ayraa berusaha untuk tetap tenang di sela-sela rasa cemasnya akan keadaan Danish yang sewaktu-waktu bisa drop lagi.     

"Jangan cemas, kalau aku merasa capek pasti aku akan pulang." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Ehh... Mas, sebaiknya aku antar saja Mas Danish ke kantor sekalian aku pergi ke kampus. Jadi, nanti mas Danish kalau sudah mau pulang hubungi saja aku biar aku jemput." ucap Ayraa tidak kehilangan akal untuk menjaga keselamatan Danish.     

Danish tersenyum, sangat tahu jalan pikiran Ayraa yang selalu mencemaskannya.     

"Ya... terserah istriku saja." ucap Danish dengan hati yang selalu bahagia.     

"Tunggu sebentar ya Mas, aku mau mandi dulu sebentar." ucap Ayraa dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi.     

"Aku tunggu di mobil ya Ayraa." ucap Danish di depan pintu kamar mandi.     

"Ya Mas." sahut Ayraa dari kamar mandi.     

Dengan segera Danish keluar dari kamar, menunggu Ayraa sambil memanaskan mobil.     

Hampir sepuluh menit Danish menunggu di dalam mobil, di lihatnya Ayraa datang dengan pakaian baju hamil yang simpel.     

"Maaf Mas, menunggu lama." ucap Ayraa seraya mengecup bibir Danish sebagai permintaan maaf.     

"Tidak apa-apa Ayraa." ucap Danish menunggu Ayraa memasang sabuk pengamannya.     

"Perut kamu tidak apa-apa kan Ayraa?" tanya Danish seraya menarik sedikit sabuk pengaman Ayraa agar tidak mengenai perut besar Ayraa.     

Ayraa tersenyum, melihat perhatian Danish pada bayinya.     

"Kita berangkat ya." ucap Danish setelah memastikan Ayraa duduk dengan nyaman.     

Dengan pelan Danish menjalankan mobilnya ke jalan raya menuju ke kantornya.     

Tiba di kantor Danish, Ayraa segera turun dengan membawa tas kerja Danish dan menunggu Danish keluar dari mobil.     

"Ini Mas tasnya." ucap Ayraa saat Danish keluar dari mobil.     

"Terima kasih Ayraa, kalau kamu pulang lebih awal kamu bisa pulang saja. Biar aku pulang kerja naik taksi." ucap Danish tidak ingin Ayraa merasa capek bolak balik.     

Ayraa hanya tersenyum tanpa membantah ucapan Danish.     

"Hati-hati bekerjanya ya Mas." ucap Ayraa seraya mengecup punggung tangan Danish.     

"Kamu juga hati-hati di jalan." ucap Danish mengecup kening Ayraa dengan rasa sayang.     

Dengan hati berat Ayraa kembali masuk ke dalam mobil untuk pergi ke kampus.     

Sampai di kampus Ayraa memakirkan mobilnya di bawah pohon yang cukup rindang.     

Sambil membawa bukunya, Ayraa berjalan menyusuri lorong kampus menuju ke kelasnya.     

Di dalam kelas, Ayraa melihat Niluh yang sedang menatapnya dengan sinis.     

Ayraa mengkerutkan keningnya melihat sikap Niluh yang tidak seperti biasanya.     

"Ada apa dengan Niluh?" tanya Ayraa dalam hati saat sudah dekat dengan kursi yang kosong dekat Niluh, Niluh malah pergi menghindarinya.     

Bara yang tengah duduk di belakang mengetahui kursi di samping Ayraa kosong langsung duduk di samping Ayraa.     

"Ayraa, kenapa kamu datang terlambat?" tanya Bara dengan penuh perhatian.     

"Antar suami kerja dulu, mana catatan yang mau kamu pinjamkan Bara." ucap Ayraa menagih catatan pada Bara.     

"Sebentar." ucap Bara seraya memberikan catatan pada Ayraa.     

"Bara, kenapa dengan Niluh?" tanya Ayraa sambil menerima catatan dari Bara.     

"Tidak tahu." jawab Bara membetulkan tempat duduknya saat Dosen susah datang.     

"Emm...ya sudah, biar aku nanti tanya sendiri pada Niluh." sahut Ayraa sambil fokus pada catatan yang di salinnya.     

Sambil mendengar penjelasan Dosen kelas, Ayraa menyelesaikan semua catatan yang ketinggalan.     

Setelah hampir dua jam pelajaran selesai, Ayraa langsung bangun dari duduknya untuk menemui Niluh.     

"Niluh, tunggu sebentar." panggil Ayraa saat tahu Niluh hendak pergi.     

"Ada apa?" tanya Niluh dengan suara ketus.     

"Ada apa denganmu? tidak seperti biasanya? apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ayraa menatap dalam-dalam wajah Niluh.     

"Kenapa bertanya padaku ada apa? kenapa kamu tidak bertanya pada diri kamu sendiri?" tanya Niluh dengan nada dingin.     

"Ada apa sih Niluh, aku benar-benar tidak tahu maksud kamu." ucap Ayraa dengan tatapan penuh tanda tanya.     

"Kenapa kamu memberitahu soal pernikahan Cayla tapi tidak memberitahuku? aku kan juga teman Cayla." ucap Niluh dengan gusar.     

"Ohh itu, kamu tahu darimana? apa tahu dari Bara?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

Niluh menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Ceritanya begini Niluh, memang pernikahan Cayla di adakan mendadak di sana. Karena jauh Cayla tidak mengundang teman-teman di sini. Karena pasti tidak akan ada yang datang ke sana kan? Nah... waktu itu Bara menghubungiku saat aku di rumah Cayla aku beritahu kalau Cayla menikah, eh... ternyata Bara mau datang. Padahal rencananya Minggu besok Cayla akan mengundang kalian semua untuk datang ke rumah Cayla yang di sini. Begitu ceritanya Niluh...jadi apa yang kamu pikirkan tidaklah benar." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Jadi seperti itu ceritanya?" tanya Niluh dengan perasaan malu.     

Ayraa menganggukkan kepalanya dengan tersenyum melihat Niluh sudah berubah lagi sikapnya.     

"Aku minta maaf padamu, karena sudah berpikir kamu melupakan aku." ucap Niluh dengan bibir cemberut.     

"Tidaklah Niluh, mungkin undangan Cayla besok ya... karena Dewa dan Cayla barusan datang juga." ucap Ayraa memberi penjelasan pada Niluh.     

"Syukurlah kalau begitu, aku berpikir kamu melupakan aku. Yang kamu ingat Bara saja." ucap Niluh dengan tatapan cemburu.     

"Tentu saja tidak, kamu adalah sahabatku. Sekarang karena kita sudah tidak ada salah paham lagi aku mau pulang cepat karena mau jemput suamiku." ucap Ayraa dengan tersenyum sekalian pamit pada Niluh.     

"Hati-hati di jalan Ayraa." ucap Niluh dengan tersenyum pula.     

Setelah menyelesaikan masalahnya dengan Niluh, Ayraa segera pergi meninggalkan kampus dan menjalankan mobilnya ke arah kantor Danish untuk memberi kejutan.     

Sampai di kantor Danish, Ayraa sedikit heran melihat ada beberapa karyawannya yang baru keluar dari ruang kerja Danish.     

"Ada apa ya? kenapa kalian keluar dari ruang kerja Mas Danish?" tanya Ayraa dengan cemas.     

"Pak Danish, tadi pingsan Bu. Sekarang sudah sadar." ucap salah satu karyawannya.     

"Ya Tuhan! Mas Danish! terima kasih ya." ucap Ayraa pada karyawannya setelah itu masuk ke dalam ruang kerja Danish.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.