THE BELOVED ONE

RENCANA PULANG



RENCANA PULANG

0"Ayraa, aku ingin kita pulang hari ini ke Bali, Perusahaan tidak berjalan baik sejak aku dan Dewa tidak ada." ucap Danish setelah menerima panggilan dari karyawannya yang menggantikan Dewa sementara.     
0

"Tapi, Mas... baru tadi pagi Mas Danish pulang dari rumah sakit. Sekarang minta pulang ke Bali. Apa Mas Danish tidak capek?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Aku merasa tidak enak kalau beristirahat di sini Ayraa, aku tidak ingin merepotkan Ayah dan Bunda." ucap Danish dengan tatapan memohon.     

"Baiklah kalau Mas Danish ingin pulang hari ini, aku akan minta Ayah untuk membelikan tiket sekalian." ucap Ayraa segera mengirim pesan pada Ayahnya yang juga beli tiket pesawat ke Malaysia karena ada pertemuan dengan partner kerja.     

"Apa tidak merepotkan Ayah, Ayraa?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Tidak Mas, Ayah kebetulan ada di Bandara dan Ayah sudah memesan tiket untuk Mas Danish." ucap Ayraa menjelaskan tentang di mana Ayahnya sekarang.     

"Oh begitu, syukurlah... kalau begitu, kita akan pulang hari ini Ayraa?" tanya Danish dengan hati sangat lega karena bisa kembali tinggal di rumahnya sendiri.     

Ayraa menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Danish, kalau hari ini dipastikan mereka akan pulang.     

"Sekarang Mas Danish Istirahat, aku akan mengemasi barang-barang kita." ucap Ayraa sambil berjalan ke almari untuk mengambil tas kopernya.     

"Ayraa." panggil Danish tiba-tiba teringat akan Chello yang katanya akan pulang setelah acara pernikahan selesai     

"Ya Mas." sahut Ayraa sambil membuka resleting kopernya.     

"Apa Chello sudah pulang?" tanya Danish tanpa basa-basi lagi.     

"Sudah pulang setelah melihat keadaan Mas Danish baik-baik saja." jawab Ayraa dengan jujur.     

"Jadi Chelo sempat melihatku sebelum pulang?" tanya Danish merasa terharu, kalau Chello sebenarnya sangat perduli padanya juga.     

Ayraa menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

"Kamu kenapa tersenyum Ayraa? apa Chello sempat bicara denganmu?" tanya Danish sedikit merasa cemburu.     

"Tidak, Chello hanya sempat bicara padaku saat akan pulang. Chello memintaku untuk menjaga kesehatan Mas Danish. Hanya itu saja." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Danish mengkerutkan keningnya tidak percaya dengan apa yang di katakan Ayraa.     

"Aku tidak percaya kalau Chello pesan seperti itu padamu Ayraa." ucap Danish dengan hati di penuhi kebutuhan, karena pilihannya tidak salah kalau memilih Chello sebagai calon suami Ayraa setelah dirinya.     

"Apa aku terlihat berbohong Mas? apa yang aku katakan benar adanya. Chello memang berpesan seperti itu. Bahkan Chello juga bilang Mas Danish tidak boleh bekerja terlalu capek." ucap Ayraa lagi tanpa menyimpan kebohongan.     

Danish tersenyum merasa lega, karena Ayraa juga sudah tidak marah pada Chello.     

"Chello baik ya Ayraa, aku sebagai laki-laki saja sangat kagum pada Chello apalagi wanita?" ucap Danish ingin melihat reaksi Ayraa bagaimana menilai tentang seorang Chello.     

"Kalau Mas Danish kagum hanya sama Chello saja? kenapa Mas Danish tidak kagum juga pada Bara? padahal Bara juga sangat baik pada Mas Danish. Karena selain Chello yang datang, Bara juga melihat Mas Danish. Bara juga bilang padaku untuk selalu menjaga perasaan Mas Danish, agar Mas Danish tidak mudah berpikir terlalu keras yang menyebabkan sakit." ucap Ayraa panjang lebar menceritakan tentang kebaikan Bara.     

Danish terdiam. Sungguh sebenarnya Danish tahu kalau Bara laki-laki yang baik juga dan penuh perhatian.     

Namun, jika membandingkan antara Chello dan Bara. Danish tetap memilih Chello, karena selain Chello punya pikiran yang matang. Chello juga cinta pertama Ayraa.     

"Ya... aku minta maaf kalau aku telah salah menilai Bara." ucap Danish dengan tatapan bersungguh-sungguh.     

"Syukurlah, kalau Mas Danish sudah menyadarinya." ucap Ayraa dengan tersenyum melanjutkan lagi kegiatan berkemasnya.     

"Sudah selesai belum berkemasnya sayang?" tanya Danish melihat Ayraa duduk termenung.     

"Sudah Mas, tinggal menyiapkan obat dan makan siang Mas Danish." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Ayraa, bagaimana kalau aku mulai berhenti minum obat tapi aku tetap menjaga pola makan dan pola hidupku?" ucap Danish ingin menghentikan ketergantungannya pada obat.     

"Kenapa Mas Danish ingin menghentikan obat yang bisa memperpanjang kehidupan Mas Danish?" tanya Ayraa dengan kening berkerut.     

"Semakin aku minum obat itu secara terus menerus, organ vitalku yang lain akan semakin parah." ucap Danish dengan tatapan rumit.     

"Kalau Mas Danish tidak minum obat itu, maka Mas Danish akan mudah sakit, dan kita juga tidak akan bisa berhubungan badan lagi." ucap Ayraa dengan sungguh-sungguh.     

Danish terdiam, apa yang di katakan Danish ada benarnya juga.     

"Kamu benar Ayraa, tapi terkadang aku sudah bosan dan jenuh minum obat itu tiap hari. Aku kadang putus asa Ayraa." ucap Danish dengan jujur.     

"Jangan lagi bilang kalau Mas Danish bosan minum obat. Atau Mas Danish bosan juga padaku?" Tanya Ayraa dengan tatapan sedih.     

"Ya Tuhan! kenapa kamu berpikir seperti Ayraa. Tentu saja, aku tidak pernah bosan padamu Ayraa. Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu sayang?" ucap Danish dengan tatapan merasa bersalah.     

"Kalau Mas Danish tidak pernah bosan padaku tentunya Mas Danish tidak akan bosan untuk minum obat itu." ucap Ayraa dengan serius.     

"Ya Ayraa, maafkan ucapanku ya sayang? sungguh aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu." ucap Danish yang terkadang mudah putus asa.     

"Aku bisa memaafkan Mas Danish, kalau mulai sekarang Mas Danish harus lebih intens untuk bercinta denganku." ucap Ayraa dengan malu-malu.     

Wajah Danish memerah mendengar permintaan Ayraa yang aneh-aneh lagi.     

"Berapa kali sehari yang kamu inginkan Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

Ayraa tersenyum menahan malu, sungguh terkadang Danish teramat sangat polos.     

"Bukan untuk satu hari harus bercinta berapa kali Mas." ucap Ayraa merasa tidak tega melihat Danish akan kelelahan karena tiap hari harus bercinta.     

"Aku tidak mengerti maksudmu Ayraa, jadi aku harus bagaimana sayang?" tanya Danish merasa putus asa karena yang di bahas Ayraa adalah masih tentang dirinya.     

"Mulai sekarang Mas Danish harus tetap giat minum obat agar bisa bercinta denganku tiap hari." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Ya Ayraa, aku akan tetap minum obat. Dan akan bercinta denganmu tiap hari." ucap Danish dengan semangat tinggi.     

Ayraa menelan salivanya, baru menyadari dengan perkataannya. Kalau selama Danish minum obatnya, maka dia harus melayani Danish tiap hari.     

"Tok...Tok...Tok"     

"Ayraa." panggil Bagas dari luar pintu.     

Dengan segera Ayraa bangun dari duduknya dan membuka pintu.     

"Ya Ayah." sahut Ayraa dengan gembira.     

"Ini tiketnya. Jam empat sore kalian bisa ke Bandara." ucap Bagas sambil memberikan tiket pesawat pada Ayraa.     

"Terima kasih Ayah." ucap Ayraa tersenyum sambil menerima tiket pesawatnya.     

"Kalau pulang... nanti bilang Ayah, biar Ayah yang akan mengantar kalian ke Bandara." ucap Bagas kemudian meninggalkan Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.