THE BELOVED ONE

MANTAN ISTRI



MANTAN ISTRI

0Cayla terbangun dari tidurnya, badannya terasa sedikit sakit semua. Tempat tidur Dewa masih asing di badan Cayla yang biasanya tidur di tempat tidur yang sangat empuk.     
0

Dengan menahan lehernya yang sedikit sakit, Cayla melihat Dewa yang masih tidur pulas.     

Melihat wajah Dawa yang terlihat lelah, Cayla tidak sampai hati membangunnya.     

Sambil menyelimuti tubuh Dewa, Cayla turun dari tempat tidurnya dan segera ke dapur untuk melihat apa yang bisa di masaknya.     

Di dapur, Cayla hanya bisa duduk termenung di depan pintu kulkas. Tidak ada sesuatu apapun di dalam kulkas selain hanya sayuran dan beberapa kaleng sarden ikan.     

"Hem... mungkin aku memasak sarden saja lebih cepat selesai." gumam Cayla kemudian mengambil dua kaleng sarden dan beberapa buah tomat dan beberapa cabai kecil.     

Segera Cayla meletakkan semua bahan di meja.     

"Ashhh... bagaimana cara membuka kaleng ini?" tanya Cayla dalam hati sambil memutar-mutar kaleng sarden ikan yang di bawanya.     

"Coba, aku cari cara membuka kaleng sarden di internet ada apa tidak. Kalau aku minta tolong pada Dewa sungguh memalukan." ucap Cayla bicara sendiri.     

"Kamu ingin minta bantuan apa Cayla?" tanya Dewa yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.     

Cayla sangat terkejut, namun keterkejutannya seketika hilang saat Dewa memeluknya dan mengecup tengkuk lehernya dengan sangat lama.     

"Kamu sudah bangun?" tanya Cayla menengadahkan wajahnya menatap wajah Dewa yang masih berdiri di belakangnya.     

"Hemm...aku terbiasa bangun pagi. Tapi kali ini aku terlambat sedikit. Kamu kesulitan dalam hal apa Cayla?" tanya Dewa dengan penuh perhatian, seraya duduk di hadapan Cayla yang masih memegang kaleng sarden yang belum bisa di bukanya.     

"Ini...aku tidak bisa membuka kaleng sarden ikan ini. Aku sangat malu sekali Dew, maafkan aku yang tidak bisa apa-apa soal dapur." ucap Cayla dengan perasaan malu.     

"Tidak apa-apa Cayla, sudah sangat hebat kamu mau belajar dan Ingin tahu apa yang tidak kamu tahu." ucap Dewa seraya mengambil alat pembuka kaleng, kemudian kembali duduk di hadapan Cayla.     

"Kamu bisa membuka kaleng dengan dua cara, kalau kita punya alatnya pembuka kaleng seperti ini itu akan lebih mudah membuka kaleng apapun. Kalau kita tidak punya alatnya kita bisa memakai pisau dan alat untuk memukul gagang pisau seperti ini." ucap Dewa memberi contoh sambil memegang benda untuk menumbuk bumbu atau sambal.     

Cayla memperhatikan dengan serius apa yang di ajarkan Dewa padanya.     

"Kamu sudah mengerti sekarang Cayla?" tanya Dewa dengan tersenyum.     

Cayla menganggukkan kepalanya pertanda sudah mengerti.     

"Tinggal satu kaleng Dew, kamu bisa mengajariku pakai alat pembuka itu." ucap Cayla dengan malu-malu.     

Dengan sabar Dewa menunjukan cara memakai alatnya untuk membuka kaleng ikan tersebut.     

"Ashhh... mudah sekali ternyata." ucap Cayla sambil menatap kagum pada Dewa.     

"Sekarang kamu masak yang enak, aku mau mandi dulu." ucap Dewa seraya mengusap rambut Cayla dengan sayang.     

"Siap suamiku." ucap Cayla dengan cepat ingin memasak untuk pertama kalinya buat Dewa suaminya.     

Sambil menunggu Dewa selesai mandi, Cayla memasak dengan cepat.     

Setelah masakannya hampir selesai, Cayla baru ingat pesan penting dari Dewa.     

"Hampir saja aku lupa, aku harus mencicipi dulu rasanya enak apa tidak." gumam Cayla sambil mengambil sendok kecil dan mencicipi kuah sarden yang sudah matang.     

"Hem... lumayan, tidak asin juga tidak hambar. Aku rasa rasanya sudah pas." ucap Cayla dalam hati kemudian mematikan apinya dan memindahkan masakannya ke dalam mangkuk besar.     

Setelah selesai menyiapkan masakan di atas meja, Cayla masuk ke dalam kamar untuk mengambil handuk bersih buat Dewa yang lupa membawa handuk.     

"Dewa, handuknya aku letakkan di depan pintu." ucap Cayla setelah itu pergi ke teras depan untuk membersikan halaman rumah Dewa yang cukup besar.     

Kening Cayla berkeringat setelah selesai menyapu halaman yang sedikit menguras tenaganya.     

Dengan duduk di kursi depan, Cayla melepas lelahnya sambil menatap ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai.     

Kening Cayla berkerut saat melihat seorang wanita yang masuk ke halamannya dengan menggendong seorang anak perempuan yang berusia dua tahun.     

"Permisi Mbak...Mas Dewa ada?" tanya wanita itu dengan wajah yang pucat.     

"Ada di dalam, Mbaknya siapa?" tanya Cayla tidak merasa kenal dengan wanita yang ada di hadapannya.     

"Aku Mitha mantan istri Mas Dewa." jawab wanita itu yang ternyata Mitha mantan istri Dewa.     

"Ohhh... silahkan masuk." ucap Cayla dengan hati berdebar-debar. Hatinya bertanya-tanya tentang kedatangan Mitha yang begitu tiba-tiba. Apalah Mitha membawa seorang anak kecil. Pikiran Cayla sudah kemana-mana berpikir apakah anak kecil itu anak Dewa dengan Mitha.     

Segera Mitha masuk ke dalam rumah setelah Cayla memintanya masuk ke dalam.     

"Sebentar ya Mbak, aku panggilkan Dewa." ucap Cayla segera masuk ke dalam untuk memanggil Dewa.     

"Dewa." panggil Cayla saat melihat Dewa sedang berganti pakaian.     

"Ya Cay, ada apa? apa sarapan kita sudah siap?" tanya Dewa sambil menyisir rambutnya.     

"Ada seorang wanita mencarimu, sekarang dia menunggu di ruang tamu." ucap Cayla dengan perasaan campur aduk.     

Kening Dewa mengkerut.     

"Siapa Cay?" tanya Dewa penasaran, perasaan sejak dia menjadi duda tidak ada wanita yang tahu tentang rumah kontrakannya selain orang tuanya.     

"Mitha mantan istri kamu dan anaknya perempuan yang masih kecil." jawab Cayla dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Mitha? mantan istriku? dan anak kecil perempuan?" tanya Dewa dengan tatapan tak percaya. Ada apa Mitha mencarinya setelah sekian lama menghilang dari kehidupannya.     

"Temui lah Mitha, Dewa. Siapa tahu anak yang di bawanya adalah anak kamu." ucap Cayla dengan perasaan sedih.     

"Aku tidak akan menemuinya sebelum keadaan istriku membaik lebih dulu." ucap Dewa mendekati Cayla seraya mengusap air mata Cayla.     

"Aku tidak apa-apa, aku akan menunggumu di sini. Kamu pergilah... temui mantan istri kamu." ucap Cayla menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi.     

"Sudah aku bilang, aku tidak akan menemui Mitha sebelum melihat istriku dalam keadaan baik-baik saja." ucap Dewa dengan tatapan serius.     

"Kenapa kamu tidak mau menemuinya? sudah jelas dia ke sini Ingin kembali padamu. Dan anak kecil itu pasti anak kamu. Mitha ke sini meminta pertanggungjawaban kamu." ucap Cayla dengan air mata yang sudah jatuh berderai.     

"Cayla, kamu bicara apa sayang? itu hanya pemikiran kamu yang belum tentu benar. Jangan menangis Cayla, aku sedih kalau melihat kamu menangis seperti ini." ucap Dewa seraya memeluk Cayla dengan penuh kasih sayang.     

"Bagaimana aku tidak berpikir seperti itu? Mitha datang dengan wajah sedih. Dan pasti dia sangat membutuhkanmu saat ini." ucap Cayla menangis di dada Dewa.     

"Tidak boleh berpikir seperti itu sebelum tahu kebenarannya Cayla. Ayo kita temui Mitha, biar kita tahu maksud kedatangan Mitha." ucap Dewa seraya mengusap air mata Cayla yang masih menetes di pipi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.