THE BELOVED ONE

SUATU KEBENARAN



SUATU KEBENARAN

0"Tidak boleh berpikir seperti itu sebelum tahu kebenarannya Cayla. Ayo kita temui Mitha, biar kita tahu maksud kedatangan Mitha." ucap Dewa seraya mengusap air mata Cayla yang masih menetes di pipi.     
0

"Kalau apa yang aku pikirkan benar. Apa yang akan kamu lakukan Dewa? apa kamu akan kembali padanya? apalagi ada anak perempuan yang bisa mengikat hubungan kalian berdua." ucap Cayla dengan kedua matanya yang sembab.     

"Aku sudah menceritakan padamu bukan Cayla. Kalau aku menikah dengan Mitha hanya dua bulan. Dan terakhir sebelum aku dan Mitha bercerai, Mitha tidak mau berhubungan denganku walau aku tahu Mitha sudah selesai datang bulan. Jadi kamu jangan ragu lagi padaku Cayla. Aku hanya mencintaimu." ucap Dewa seraya mengecup kening Cayla dengan penuh perasaan.     

"Benarkah itu Dewa? apa aku bisa percaya padamu?" tanya Cayla menatap penuh wajah Dewa.     

"Tentu kamu harus percaya padaku Cayla. Kita sudah menjadi suami istri, kita harus saling percaya satu sama lain." ucap Dewa dengan tatapan serius.     

"Aku percaya padamu Dew." ucap Cayla akhirnya berusaha sepenuhnya percaya pada suaminya.     

"Sekarang bersihkan wajah kamu, kamu tidak boleh terlihat habis menangis. Aku tidak mau Mitha berpikir kalau kita bertengkar hanya karena dia." ucap Dewa menangkup wajah Cayla dengan tatapan penuh cinta.     

Cayla menganggukkan kepalanya kemudian berdandan sedikit untuk menutupi wajahnya yang terlihat sembab.     

"Sekarang kamu sudah lebih cantik, temani aku menemui Mitha. Dan aku minta satu hal apapun yang di katakan Mitha nanti jika aku tidak mengiyakan berarti itu tidak benar. Dan kamu tidak boleh percaya begitu saja." ucap Dewa dengan sungguh-sungguh.     

"Aku mengerti, aku harus percaya pada suamiku saja." ucap Cayla berusaha menenangkan hatinya.     

"Istri yang pintar, sekarang kita temui Mitha ya." ucap Dewa beranjak dari tempatnya sambil menggenggam tangan Cayla.     

Di ruang tamu Mitha menunggu dengan gelisah keluarnya Dewa.     

Saat tahu Dewa keluar dari dalam, segera Mitha bangun dari duduknya menghampiri Dewa memeluknya dengan erat.     

"Mas Dewa." panggil Mitha sambil memeluk Dewa dengan erat.     

Melihat hal itu, Cayla hanya bisa menelan salivanya dan meredam kecemburuannya.     

"Mitha, lepaskan pelukanmu. Kamu harus tahu batasanmu. Kita sudah bukan suami istri lagi, dan kamu harus bisa menghargai istriku." ucap Dewa sambil melepas pelukan Mitha.     

Wajah Mitha memerah menahan rasa malu.     

"Maafkan aku Mas Dewa, aku terlalu rindu padamu." ucap Mitha tanpa malu-malu mengakui perasaannya di hadapan Cayla.     

Cayla kembali menelan salivanya melihat keberanian Mitha yang begitu secara terang-terangan menyatakan rindu pada suaminya.     

"Duduklah Mitha, sekarang katakan apa tujuanmu kemari?" tanya Dewa dengan tenang.     

"Aku meminta perlindunganmu Mas Dewa. Aku sudah tidak tahan hidup dengan Pak Imran. Pak Imran mau menikah lagi dan aku ingin bercerai dengannya." ucap Mitha dengan tatapan sedih.     

"Kenapa kamu meminta perlindungan padaku? aku sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan kamu Mitha?" tanya Dewa dengan heran kenapa Mitha begitu berani meminta perlindungan padanya.     

"Karena Mawar adalah anak kamu Dewa, aku tidak mau Mawar di ambil oleh Pak Imran." jawab Mitha sambil menangis pilu.     

Mendengar ucapan Mitha yang seperti itu, segera Dewa menggenggam tangan Cayla dengan sangat erat. Dewa tidak Ingin Cayla terhasut oleh ucapan Mitha.     

Dewa menghela nafas panjang berusaha untuk menenangkan hatinya agar tidak emosi menghadapi mantan istrinya.     

"Mitha, mungkin apa yang terjadi di masa lalu kamu sudah melupakan semuanya. Tapi tidak bagiku. Aku mengingat betul bagaimana kamu menolakku sebelum kita benar-benar berpisah." ucap Dewa dengan tatapan penuh kekecewaan karena Mitha begitu beraninya ingin menjebak dirinya untuk bertanggung jawab setelah sekian lama meninggalkannya.     

"Apa maksudmu Mas Dewa?" tanya Mitha tak mengerti, jujur apa yang di katakan Dewa sangatlah benar kalau dirinya sama sekali tidak mengingat hal-hal kecil yang di lakukannya bersama Dewa.     

"Mawar bukanlah anakku Mitha, coba kamu ingat lagi. Saat terakhir kamu sudah selesai datang bulan, aku meminta hakku sebagai suami tapi kamu tidak memberikannya malah kamu meminta cerai padaku. Sejak saat itu kita sudah berpisah ranjang kemudian kita berpisah. Lalu bagaimana kamu bisa bilang kalau Mawar adalah anakku." ucap Dewa dengan suara penuh tekanan.     

Wajah Mitha seketika pucat mendengar ucapan Dewa. Mitha sama sekali tidak pernah mengingat hal itu.     

"Kalau kamu masih bersikeras menuduhku sebagai Ayah dari Mawar, aku bersedia tes DNA. Tapi jangan salahkan aku kalau nantinya aku melibatkan polisi karena kamu sudah mencemarkan nama baikku." ucap Dewa dengan suara pelan namun tegas.     

"Aku tidak menyangka kalau Mas Dewa sekejam itu padaku. Bukankah aku cinta pertama Mas Dewa? aku benar-benar minta pertolonganmu Mas. Aku sudah bercerai dengan Pak Imran. Aku ingin kembali padamu Mas. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik." ucap Mitha dengan suara tangis terisak-isak.     

Cayla kembali terkejut di buatnya. Sungguh Cayla tidak habis pikir kenapa Mitha mudah berubah-ubah ucapan dan sikapnya.     

"Mitha, sebaiknya kamu pulang ke orang tuamu. Hiduplah dengan tenang bersama anak kamu. Kamu memang cinta pertamaku dan aku sudah melupakannya karena aku sudah mendapatkan cinta terakhirku yaitu Cayla dan itu untuk selamanya." ucap Dewa dengan tatapan serius.     

"Aku membencimu Mas Dewa, aku membencimu. Aku pikir cintamu saja yang benar-benar tulus. Tapi semua sama saja, Mas Dewa juga sudah berubah." ucap Mitha dengan tatapan penuh kebencian.     

"Seiring waktu semua itu bisa berubah Mitha, kita baru menikah dua bulan tapi cinta kamu sudah berubah." ucap Dewa memberikan contoh yang nyata pada Mitha.     

"Sudah Mas Dewa, aku tidak mau mendengar nasihat Mas Dewa yang tidak penting. Percuma saja menasihatiku tapi Mas Dewa tidak mau menerimaku kembali." ucap Mitha dengan tatapan penuh kebencian beranjak dari tempatnya dan pergi keluar meninggalkan Dewa dan Cayla.     

Cayla memeluk pinggang Dewa dengan sangat erat. Cayla sangat bersyukur mempunyai Suami Dewa yang mempunyai batas kesabaran yang luar biasa di balik sikapnya yang lebih cenderung cuek dan tidak banyak bicara.     

"Terima kasih Dew, kamu menyelesaikan masalah kamu dengan sangat baik. Semoga setelah ini Mitha tidak akan mengganggu kita lagi." ucap Cayla dengan tatapan penuh cinta.     

"Apa kamu sudah tenang sekarang Cayla?" tanya Dewa dengan tatapan lembut.     

Cayla menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

"Sekarang, kita makan ya? aku sudah sangat lapar ingin makan masakan istriku yang paling cantik." ucap Dewa sambil mencubit hidung mancung Cayla.     

"Ya Dew...aku juga sangat lapar." ucap Cayla masih memeluk pinggang Dewa mengajak Dewa masuk ke dalam untuk segera sarapan.     

Di luar pagar, Mitha yang masih belum pergi menatap penuh kebencian pada Dewa dan Cayla yang sudah masuk kedalam rumah.     

"Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia Mas Dewa. Kamu hanyalah milikku dan selamanya hanya milikku." ucap Mitha dengan tangan terkepal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.