THE BELOVED ONE

KEPUTUSAN AYRAA



KEPUTUSAN AYRAA

0"Pak Danish, tadi pingsan Bu. Sekarang sudah sadar." ucap salah satu karyawannya.     
0

"Ya Tuhan! Mas Danish! terima kasih ya." ucap Ayraa pada karyawannya setelah itu masuk ke dalam ruang kerja Danish.     

Di lihatnya Danish sedang duduk bersandar sambil memejamkan matanya.     

Dengan perasaan campur aduk antara iba dan cemas dan kesal karena Danish tidak mendengar kata-katanya.     

Danish yang tidak menyadari kehadiran Ayraa tetap bergeming di tempatnya.     

"Mas." panggil Ayraa dengan suara pelan setelah duduk berada di samping Danish.     

Perlahan Danish membuka matanya, sedikit kaget dengan kehadiran Ayraa yang tiba-tiba.     

"Ayraa? kamu di sini? bukannya aku bilang kamu bisa langsung pulang setelah dari kampus?" Tanya Danish seketika menegakkan punggungnya agar Ayraa tidak merasa kuatir.     

"Mas Danish sudah makan?" tanya Ayraa saat melihat bekal makan Danish masih ada di atas meja belum tersentuh.     

"Sebentar lagi aku makan Ayraa, aku baru minum obatnya." jawab Danish dengan jujur.     

"Apa sudah tidak terlambat? sekarang sudah jam dua?" tanya Ayraa dengan suara pelan namun bagi Danish sudah cukup tahu kalau Ayraa sedang kecewa dan marah.     

"Aku akan memakannya sekarang." ucap Danish segera mengambil bekal makannya untuk segera makan.     

Ayraa mengambil segelas air putih dan di letakkan di atas meja Danish.     

Tanpa ada bicara, Ayraa mengambil alih bekal makannya dari tangan Danish dan segera menyuapinya.     

Danish menelan salivanya sambil membuka mulutnya saat Ayraa menyuapinya.     

"Ayraa, aku minta maaf. Seharusnya aku tidak terlambat untuk makan." ucap Danish akhirnya membuka suara karena Ayraa masih belum bicara lagi.     

Ayraa hanya menatap Danish sekilas kemudian melanjutkan menyuapi Danish tanpa menjawab ucapan Danish.     

"Ayraa...apa kamu marah?" tanya Danish dengan wajah gelisah dan pucat.     

"Aku Ingin Mas Danish mulai besok istitahat di rumah sampai beberapa hari. Dan jangan lagi Mas Danish membantah. Atau aku akan pulang ke Bandung. Mas Danish di sini kerja saja terus." ucap Ayraa dengan wajah serius.     

"Ayraa...apa yang kamu katakan? jangan bilang seperti itu? apa benar kamu akan meninggalkan aku sendiri di sini?" tanya Danish dengan suara tercekat.     

"Ya...aku akan pulang ke Bandung kalau Mas Danish tidak mendengar ucapanku agar mau istitahat." jawab Ayraa dengan tenang namun penuh tekanan.     

"Ayraa...aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan tepat waktu untuk makan." ucap Danish dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Tidak Mas, aku ingin seminggu ini Mas Danish harus total Istirahat di rumah dan jangan berpikir tentang pekerjaan lagi." ucap Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Tapi... aku baik-baik saja." ucap Danish, tidak tahu kalau Ayraa sudah mengetahui semuanya dari salah satu karyawannya.     

"Baik-baik saja dan pingsan beberapa menit yang lalu maksudnya Mas?" tanya Ayraa tak berkedip menatap kedua mata Danish.     

Wajah Danish semakin pucat, telapak tangannya terasa dingin.     

"Maafkan aku Ayraa, aku hanya sedikit capek tadi." ucap Danish akhirnya berterus terang juga.     

"Karena Mas Danish keras kepala tidak mau mendengarkan aku. Aku sangat tahu bagaimana saat Mas Danish sudah bekerja, lupa waktu, minum dan makan. Kenapa Mas Danish tidak memikirkan perasaanku sedikit saja. Aku mencemaskan keadaan Mas Danish, aku takut terjadi sesuatu padamu Mas! aku tidak ingin kehilangan kamu Mas." ucap Ayraa menangis terisak-isak dengan kedua tangannya menutupi wajahnya.     

Danish bangun dari duduknya dan merengkuh tubuh Ayraa yang menangis tersedu-sedu.     

"Mas Danish tidak tahu, bagaimana rasa takutku setiap hari kalau terjadi sesuatu pada Mas Danish. Aku tahu walau Mas Danish tidak bisa sembuh total tapi akan bisa bertahan hidup selamanya jika Mas Danish menjaga kesehatan Mas Danish dengan baik." ucap Ayraa di sela-sela Isak tangisnya dalam pelukan Danish.     

"Jangan menangis lagi Ayraa, maafkan aku. Mulai sekarang aku akan menuruti apa yang kamu inginkan. Asal kamu jangan tinggalkan aku." ucap Danish sambil mengusap rambut Ayraa.     

"Berjanjilah padaku Mas, mulai sekarang Mas Danish menuruti apa kataku?" ucap Ayraa sambil menengadahkan wajahnya menatap wajah Danish yang pucat.     

"Ya sayang...aku berjanji padamu." ucap Danish seraya mengusap air mata Ayraa yang menetes di pipinya.     

"Sekarang kita pulang ya Mas, Mas Danish harus istirahat. Biar besok pagi aku meminta pada Dara untuk menghandle sementara perusahaan selama Mas Danish dan Dewa masih belum masuk kerja." ucap Ayraa dengan tatapan sedih.     

"Besok Dewa sudah masuk kerja, tapi kalau Dara mau membantu Dewa juga tidak apa-apa." ucap Danish pasrah dengan apa kata Ayraa.     

"Ya sudah, ayo kita pulang Mas." ucap Ayraa beranjak dari duduknya mengambil tas kerja Danish dan memapah Danish keluar dari kantor untuk segera pulang.     

Dalam perjalanan, Ayraa melihat Danish yang duduk bersandar dengan kedua matanya terpejam.     

Dengan pelan, Ayraa menggenggam tangan Danish dengan lembut. Danish membuka matanya melihat ke arah Ayraa yang sedang menyetir.     

Dengan lembut Danish membalas genggaman tangan Ayraa.     

"Maafkan aku ya Mas, seharusnya aku tidak terlalu keras pada Mas Danish." ucap Ayraa dengan tatapan sayang.     

"Tidak apa-apa Ayraa, kamu melakukannya karena sayang sama aku." ucap Danish seraya mengecup punggung tangan Ayraa.     

Ayraa tersenyum kemudian melanjutkan fokus pada jalan di depannya.     

Sampai di rumah, Ayraa segera merawat Danish dengan air hangat agar Danish terlihat segar.     

"Apa Mas Danish masih lapar?" tanya Ayraa setelah mengganti pakaian Danish dengan pakaian rumah.     

"Masih kenyang Ayraa, kalau kamu lapar makanlah dulu." ucap Danish dengan tatapan sendu.     

" Aku makan dulu ya Mas, Mas Danish Istirahat saja dulu." ucap Ayraa mengecup bibir Danish dengan penuh perasaan.     

Danish memejamkan matanya membalas kecupan Ayraa.     

Ayraa tersenyum kemudian menyentuh bibir Danish dengan tatapan penuh cinta.     

"Istirahatlah dulu." ucap Ayraa kemudian beranjak dari tempatnya dan keluar kamar.     

Danish menatap kepergian Ayraa dengan tatapan mata penuh kesedihan.     

"Apa yang harus aku lakukan Ayraa, aku putus asa dengan penyakitku yang tidak bisa sembuh ini. Sungguh berat dan tidak ikhlas kalau aku meninggalkanmu Ayraa. Aku terlalu mencintaimu, aku Ingin hidup bersamamu selama hidupku Ayraa." ucap Danish dalam hati dengan kedua mata yang terpejam.     

Hati Danish menangis, tidak bisa membayangkan bagaimana di saat detik-detik hidupnya akan berakhir nanti.     

Bagaimana saat melihat wajah Ayraa yang pasti akan menangis sedih.     

Semakin membayangkan hal-hal yang menyedihkan, membuat dada danish semakin merasa sesak untuk bernapas.     

Dengan hati sedih Danish berusaha untuk tidur dan melupakan semuanya.     

Namun di saat Danish sudah merasa lelap ada sentuhan lembut yang melumat bibirnya.     

"Ayraa, kamu sudah selesai makan?" tanya Danish saat lumatan itu terlepas dari bibirnya.     

"Hemm... apa Mas Danish sudah mengantuk?" Tanya Ayraa dengan suara lirih.     

Danish menganggukkan kepalanya.     

"Kita tidur ya Mas." ucap Ayraa dengan tatapan sayu berbaring di samping Danish dengan memeluk pinggang Danish dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.