THE BELOVED ONE

INGIN MENGGUGURKAN KANDUNGAN



INGIN MENGGUGURKAN KANDUNGAN

0Dengan permintaan Ayraa yang hanya ingin Danish Istirahat selama satu minggu, ternyata berbuntut panjang.     
0

Danish lebih nyaman di rumah dan tidak ingin meninggalkan Ayraa di rumah sendirian. Danish lebih memilih tinggal di rumah setelah melihat bagaimana pergerakan bayinya yang sudah aktif tiap hari di dalam perut Ayraa. Dan Danish tidak ingin ketinggalan sedikitpun tentang perkembangan bayinya.     

"Mas... sudah ahhh...berat kepala Mas Danish, kasihan bayi kita Mas." ucap Ayraa sedikit tidak bisa bergerak karena Danish lebih senang tidur di atas perutnya.     

"Sebentar saja Ayraa, aku ingin lihat bayi kita bergerak lagi." ucap Danish seraya mengusap perut Ayraa yang sudah besar.     

"Sudah sebulan ini Mas Danish selalu seperti ini, apa Mas Danish tidak bosan?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Tidak akan pernah bosan, bila perlu aku tidak tidur menemani bayi kita di sini." ucap Danish dengan wajah terlihat bahagia.     

"Coba, Mas Danish menurut apa kataku untuk istitahat dan tidak bekerja dari dulu. Pasti Mas Danish akan sehat terus seperti sekarang tidak pernah pingsan." ucap Ayraa sambil membelai rambut Danish.     

"Ya...aku akan mendengar apa yang kamu katakan istriku." ucap Danish menatap lembut wajah Ayraa.     

"Jadi tidak kita ke Dokter Mas? sekalian beli perlengkapan untuk Danish junior?" tanya Ayraa ingin jalan-jalan sebentar setelah hampir sebulan tidak kemana-mana.     

"Kalau kamu tidak merasa capek, kita akan pergi." ucap Danish masih memeluk Ayraa.     

"Drrrt... Drrtt...Drrrt"     

"Mas ponselku bunyi, bisa minta tolong ambilkan?" ucap Ayraa saat mendengar ponselnya berbunyi berulang-ulang.     

Segera Danish mengambil ponsel Ayraa dan memberikannya pada Ayraa.     

"Dari siapa Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

"Dari Cayla." jawab Ayraa sambil menerima panggilan Cayla.     

"Hallo...ya Cay, ada di apa? tidak biasanya kamu pagi-pagi telepon aku?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Begini Ay, kemarin kamu bilang mau ke Dokter kan? aku mau ikut denganmu. Sepertinya aku hamil Ay, aku sudah terlambat satu minggu." ucap Cayla dengan panik di sana.     

"Apa Cayla? yang benar Cay? wahh hebat juga Dewa ya?" ucap Ayraa dengan wajah gembira.     

"Hebat bagaimana Ay? aku belum siap hamil Ayraa. Aku belum bisa menjadi ibu yang baik untuk bayiku nanti. Dan lagi, bagaimana kalau badanku tidak bisa kembali langsing?" ucap Cayla berkeluh kesah seolah-olah menyesali kehamilannya.     

"Cayla... kamu jangan seperti itu, kamu bisa lihat sekeliling kamu. Banyak wanita yang sudah menikah puluhan tahun tapi masih belum mempunyai seorang anak. Dan kamu yang baru menikah dua bulan sudah langsung di karunia seorang bayi. Harusnya kamu bahagia Cayla." ucap Ayraa memberi nasihat pada Cayla.     

"Ya...aku tahu itu Ayraa, tapi saat ini aku masih belum siap. Selagi usia kandunganku masih satu bulan, aku ingin menggugurkannya." ucap Cayla terus terang pada Ayraa.     

"Cayla?? apa yang kamu pikirkan? kamu membuat aku takut Cayla. Kamu punya pikiran seperti itu, apa sudah bilang pada Dewa juga pada Ayah dan Ibu?" tanya Ayraa dengan hati sedih.     

"Belum, bahkan mereka belum tahu aku kalau aku hamil. Aku sendiri ingin memastikan lebih dulu aku hamil atau tidak. Untuk itu aku mau ikut denganmu." ucap Cayla berusaha tenang walau sebenarnya hatinya juga takut.     

"Cayla... dengarkan Aku, kalau benar kamu hamil. Aku mohon padamu, kamu harus cerita pada Dewa dan orang tua kamu. Juga mengenai rencana kamu yang ingin menggugurkan kandungan kamu itu." ucap Ayraa dengan perasaan sedih, karena bayi yang tidak berdosa akan mati karena Cayla tidak menginginkannya.     

Cayla menghela nafas panjang.     

"Hal itu aku pikirkan nanti saja, sekarang aku mau ikut denganmu ke dokter. Jadi kapan kamu mau ke Dokter?" tanya Cayla dengan serius.     

"Sekitar jam empat sore." jawab Ayraa dengan sambil melihat jam di tangannya.     

"Oke... jam empat sore aku ke rumahmu. Tunggu aku ya Ay." ucap Cayla kemudian menutup panggilannya.     

Ayraa terdiam setelah Cayla menutup panggilannya.     

"Bagaimana Cayla bisa tega pada bayinya, yang semua orang ingin mendapat bayi setelah pernikahan." ucap Ayraa dalam hati.     

"Ada apa Ayraa? ada apa dengan Cayla? apa benar Cayla hamil?" tanya Danish yang mendengar sepintas lalu.     

"Cayla berpikir kalau dirinya hamil Mas, sudah seminggu dia belum mendapat tamu bulanan. Dan rencananya Cayla kalau dirinya benar-benar hamil, Cayla akan menggugurkan kandungannya." ucap Ayraa dengan wajah suram.     

"Cayla akan menggugurkan kandungannya? bagaimana bisa Ayraa?" tanya Danish dengan perasaan tak percaya, bagaimana Cayla bisa melakukan hal itu.     

"Aku juga tidak tahu Mas, alasannya karena belum siap menjadi seorang ibu, juga takut kalau badannya jadi gemuk." sahut Ayraa dengan perasaan kecewa akan sikap Cayla.     

"Seandainya Dewa mendengar hal ini pasti akan sangat kecewa sekali." ucap Danish dengan serius.     

"Aku juga sudah bilang pada Cayla, kalau memang nanti di pastikan hamil sebelum menggugurkan kandungannya aku minta bicara dulu dengan Dewa juga Ayah dan Bunda." ucap Ayraa dengan sedih.     

"Bukan orang tua Cayla saja Ayraa, tapi orang tua Dewa juga harus tahu." ucap Danish merasa kasihan pada Dewa kalau itu benar-benar terjadi.     

"Ya Mas, kasihan Dewa kalau Cayla benar-benar melakukan hal itu." ucap Ayraa seraya bangun dari duduknya dan turun untuk menyiapkan obat untuk Danish.     

"Apa aku perlu memberitahunya Ayraa?" tanya Danish meminta pendapat Ayraa.     

"Jangan dulu Mas, kita tunggu dulu kepastian hamilnya Cayla. Setelah itu kita tunggu sampai Cayla memberitahu Dewa sendiri." ucap Ayraa tidak ingin membuat Cayla tersinggung.     

"Kalau Cayla tetap tidak memberitahu Dewa bagaimana? apa kita menunggu sampai Cayla sudah menggugurkan kandungannya?" tanya Danish dengan perasaan yang tidak rela.     

"Kalau Cayla tetap tidak memberitahu Dewa sampai saat Cayla akan menggugurkan kandungannya, baru kita akan memberitahu Dewa Mas." ucap Ayraa berusaha mencari jalan tengah.     

"Untung saja kamu tidak melakukan hal itu Ayraa.Walau kamu muda, kamu sangat menyayangi bayi kita." ucap Danish dengan tatapan sedih.     

"Mungkin Cayla masih belum merasakan kehadiran bayinya Mas. Semoga nanti saat di periksa dan melihat janin bayinya walau masih sangat kecil. Hati Cayla akan tersentuh." ucap Ayraa sambil memberikan obat dan segelas air pada Danish.     

"Semoga saja Ayraa, aku tidak ingin Cayla melakukan hal yang nantinya akan di sesalinya." ucap Danish sambil meminum obatnya yang tidak pernah ada habisnya.     

"Obat ini sampai kapan aku meminumnya Ayraa? aku terkadang bosan meminumnya." ucap Danish dengan rasa putus asa.     

"Anggap saja, obat ini adalah nafas bagi Mas Danish. Jadi jangan pernah bosan Mas, karena masih ada aku dan Danish junior yang akan segera lahir." ucap Ayraa dengan tatapan penuh kelembutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.