THE BELOVED ONE

PENYESALAN CAYLA



PENYESALAN CAYLA

0Perlahan Cayla membuka matanya dan melihat Dewa yang kesakitan dengan memegang perutnya yang bersimbah darah.     
0

"Dewaaa!! Dewaaa!! Ya Tuhan! Dewaa!" ucap Cayla dengan menangis tersedu-sedu.     

"Cayla.. jangan takut, kamu dan bayi kita sudah selamat. Mereka sudah pergi, aku minta padamu jaga bayi kita Cayla." ucap Dewa dengan kening berkeringat menahan rasa sakit di perutnya.     

"Dewa.. Jangan bicara seperti itu, bertahanlah kita berdua akan merawatnya Dewa." ucap Cayla sambil merogoh ponsel yang ada di celana Dewa.     

Dengan panik Cayla menghubungi Danish dan menceritakan semuanya.     

"Kamu tenang Cayla, jaga Dewa. Aku akan segera kesana." ucap Danish menutup panggilan Cayla dan membangunkan Ayraa.     

"Ayraa, bangunlah... kita harus membawa Dewa ke rumah sakit." ucap Danish seraya memberikan jaket pada Ayraa.     

"Memang kenapa dengan Dewa Mas?" Kenapa Mas Danish kelihatan panik sekali?" tanya Ayraa dengan tatapan bingung.     

"Kita ke mobil sekarang, akan aku ceritakan di mobil nanti." ucap Danish bergegas pergi ke mobil di ikuti oleh Ayraa.     

"Bagiamana ceritanya Mas?" tanya Ayraa masih penasaran, bukankah Dewa tadi masih menghubunginya.     

"Dewa sekarang terluka karena melindungi Cayla dari orang-orang preman yang ingin memperkosa Cayla. Mereka berdua bertengkar dan Cayla pergi dari rumah dan Dewa mencarinya." ucap Danish sambil fokus ke arah jalan di mana Dewa terluka.     

"Aku sudah tahu mereka bertengkar Mas karena Dewa sebelumnya mencari Cayla. Dewa sudah menghubungi dan bertanya padaku untuk menasehati Cayla. Dan ternyata aku tidak menyangka kalau terjadi seperti ini. Semoga Cayla dan Dewa tidak apa-apa." ucap Ayraa dengan hati sedih.     

Sambil mendengarkan ucapan Ayraa, Danish melihat ke arah jalan yang sudah dekat dengan posisi Cayla.     

"Ayraa, kamu tunggu di sini. Jangan membuka pintu mobil sebelum aku datang." pesan Danish sebelum masuk ke jalan yang sempit.     

Sambil menghubungi Cayla, Danish berlari mencari tempat Cayla.     

"Kak Danish!!" panggil Cayla di sela-sela tangisnya yang masih memeluk Dewa dalam pangkuannya.     

"Cayla bantu aku membawa Dewa ke mobil. Kita bawa Dewa ke rumah sakit sekarang." ucap Danish sambil mengangkat tubuh Dewa yang pingsan.     

Dengan susah payah, Danish membaringkan Dewa ke dalam mobil di pangkuan Cayla.     

Tanpa bicara lagi segera Danish membawa Dewa ke rumah sakit terdekat.     

Tiba di rumah sakit Danish menemui Dokter jaga.     

"Dokter tolong adik saya terluka. Sekarang berasa di dalam mobil." ucap Danish sambil menceritakan apa yang terjadi.     

"Baiklah segera akan kami tangani dan tolong segera untuk ke admistrasi untuk pengisian data pasien." ucap Dokter jaga sambil menunggu kedatangan Dewa yang sudah di jemput oleh beberapa perawat jaga.     

"Tolong selamatkan adik saya Dokter." ucap Danish dengan cemas melihat Dewa yang terlibat lemas.     

"Akan kami usahakan yang terbaik untuk pasien." ucap Dokter tersebut kemudian membawa Dewa masuk ke dalam ruang operasi karena luka di perutnya cukup dalam.     

Danish kembali ke tempat tunggu di mana Cayla menangis dalam pelukan Ayraa.     

"Seandainya saja aku tidak pergi, hal ini tidak akan terjadi. Dewa tidak akan terluka karena aku." ucap Cayla menyesali apa yang tengah terjadi.     

"Sudah Cayla, semua sudah terjadi. Sekarang kita doakan saja Dewa tidak kenapa-kenapa." ucap Ayraa sambil mengusap air mata Cayla.     

"Dewa tidak kenapa-kenapa kan Ayraa?" tanya Cayla dengan tatapan sedih.     

"Ya... Dewa tidak akan kenapa-kenapa. Kamu jangan bersedih lagi. Kasihan bayi kamu kalau kamu menangis dan bersedih." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Cayla.     

"Aku sudah tidak tahan di sini, aku harus tahu keadaan Dewa. Aku tidak mau bayiku kehilangan ayahnya." ucap Cayla sambil mengusap perutnya.     

Tidak ada lagi di pikiran Ayraa tentang kontrak kerja, tentang foto model atau lainnya, selain hanya keselamatan Dewa dan bayinya.     

"Kamu harus tenang Ayraa, aku yakin Dewa tidak akan apa-apa." ucap Ayraa menenangkan hati Cayla.     

"Mas Danish duduklah, Mad Danish bisa capek kalau berdiri terus." ucap Ayraa pada Danish yang berdiri mondar mandir di depan pintu ruang operasi.     

"CEKLEK"     

Pintu ruang operasi terbuka, terlihat Dokter keluar dari ruang operasi.     

"Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter sambil membuka masker yang menutup mulutnya.     

"Ya Dokter, kami keluarga pasien." jawab Danish dengan serius.     

"Operasi pada pasien berjalan dengan baik, ada dua puluh jahitan pada perut pasien. Dan keadaan pasien cukup kuat. Semoga pasien bisa secepatnya sadar." ucap Dokter tersebut dengan tersenyum.     

Cayla mengambil nafas lega karena Dewa telah melewati masa kritisnya.     

"Syukurlah kalau Dewa tidak apa-apa. Oh ya Dokter kapan Dewa bisa pindah ke kamar inap?" tanya Danish bernapas lega.     

"Tunggu beberapa menit lagi pasien akan dipindahkan ke kamar inap." jawab Dokter tersebut kemudian meninggalkan Danish, Ayraa dan Cayla.     

"Cayla, kamu sudah bisa tenang sekarang. Setelah Dewa di pindahkan ke kamar inap, kita pulang dulu ya. Kasihan Mas Danish belum Istirahat dari pagi. Kamu tahu kan kalau Mas Danish tidak boleh capek sedikit saja." ucap Ayraa menjelaskan sesuatu pada Cayla.     

"Ya Ayraa, tentu... Kak Danish harus banyak istirahat. Maaf aku meminta tolong pada Kak Danish tadi." ucap Cayla merasa bersalah.     

"Tidak apa-apa, bukannya kita saudara. Karena sekarang Dewa sudah tidak kenapa-kenapa aku harus memastikan Mas Danish yang tidak kenapa-kenapa." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Terima kasih ya Ayraa, Kak Danish. Hati-hati di jalan, keadaan jalan masih gelap." ucap Cayla merasa terharu dengan kebaikan Danish dan Ayraa.     

"Kamu juga Cayla.. jaga Dewa. Dewa sangat mencintaimu, jangan sakiti hati Dewa lagi." ucap Danish tersenyum pada Cayla, seraya menggenggam tangan Ayraa kemudian berjalan menjauh meninggalkan Cayla sendirian menunggu Dewa.     

Setelah Danish dan Ayraa pulang, segera Cayla berjalan cepat menyusul Dewa yang di pindahkan ke kamar inap.     

Tiba di kamar, Cayla menunggu perawat memasang alat pernapasan pada Dewa. Juga membetulkan selang infus Dewa yang tidak pas.     

"Bagaimana suster, apa suami saya sudah tidak akan kenapa-kenapa?" tanya Cayla setelah Dewa di pindahkan.     

"Semoga cepat sadar suaminya." ucap beberapa perawat itu kemudian meninggalkan Cayla.     

Cayla mengambil nafas panjang, duduk di samping Dewa setelah mengunci pintu kamar.     

Perasaan bersalah menyelimuti hati Cayla saat melihat wajah Dewa yang terlihat sangat pucat.     

Dengan penuh perasaan, Cayla meraih tangan Dewa dan menggenggam lembut tangan Dewa.     

"Dewa, maafkan aku. Aku sudah keterlaluan padamu. Aku sangat menyesal Dew, gara-gara rasa egoisku. Aku hampir kehilangan kamu." ucap Cayla sambil mengusap punggung tangan Dewa.     

Hampir setengah jam Cayla menunggu Dewa sadar. Namun Dewa masih betah dengan tidur panjangnya.     

"Dewa... sadarlah, jangan membuat aku takut. Aku takut kehilangan kamu Dewa." ucap Cayla mulai menangis lagi karena Dewa tak kunjung sadar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.