THE BELOVED ONE

LAKUKAN DEMI AKU



LAKUKAN DEMI AKU

0"Dewa... sadarlah, jangan membuat aku takut. Aku takut kehilangan kamu Dewa." ucap Cayla mulai menangis lagi karena Dewa tak kunjung sadar.     
0

"Cayla.. Cayla." panggil Dewa dengan suara lemah memanggil nama Cayla berulang-ulang.     

Cayla mengangkat wajahnya melihat wajah Dewa yang sudah sadar dari tidur panjangnya.     

"Dewa... kamu sudah sadar? Ya Tuhan, terima kasih telah mengembalikan Dewa padaku." ucap Cayla dengan tatapan penuh kebahagiaan karena Dewa sudah sadar.     

"Cayla... bagaimana bayi kita? bayi kita tidak apa-apa kan?" tanya Dewa masih mengingat jelas akan kejadian yang menimpa Cayla.     

"Bayi kita baik-baik saja Dewa, kamu jangan cemas." jawab Cayla dengan perasaan bersalah.     

"Cayla... apa kamu tetap akan menggugurkan bayi kita Cayla? aku mohon padamu jangan gugurkan bayi kita. Kamu bisa menggugurkan bayi kita tapi kamu harus membunuh aku dulu. Aku tidak bisa melihat darah dagingku mati Cayla." ucap Dewa dengan nafas tersengal-sengal.     

"Tenanglah Dewa, kamu harus tenang. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana kita bisa melihat bayi kita lahir? apa kamu tidak ingin membesarkan anak kita?" ucap Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca. Sungguh, ternyata Dewa begitu menginginkan seorang anak.     

"Apa Cayla? apa maksudmu? apakah itu berarti kamu tidak akan menggugurkan bayi kita?" tanya Dewa dengan tatapan penuh.     

Cayla menganggukkan kepalanya.     

"Ya Dewa, aku memilih dirimu dan bayi kita. Aku akan melepas semuanya demi kalian berdua." ucap Cayla dengan airmata yang menetes di pipinya.     

Hati Dewa menangis, dirinya rela berkali-kali terluka asal Cayla dan bayinya hidup.     

"Aku bahagia mendengarnya Cayla, terima kasih Cayla." ucap Dewa menggenggam tangan Cayla.     

"Aku juga bahagia Dewa, kamu telah selamat. Maafkan aku yang selalu menyakiti hati kamu Dewa. Kamu selalu bersabar untukku Dewa." ucap Cayla membalas genggaman tangan Dewa dengan sangat erat.     

"Karena aku mencintaimu Cayla, aku sudah berjanji padamu bukan? untuk membawa kamu dalam kebaikan dan kebenaran." ucap Dewa dengan tersenyum.     

"Ya Dew, kamu sudah menepati janji kamu. Tapi aku...aku telah melanggar janjiku padamu. Maafkan aku Dewa." ucap Cayla dengan suara terisak-isak.     

"Tidak Cayla, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku bahagia mendapat istri seperti kamu." ucap Dewa menatap lembut wajah Cayla.     

"Dewa... kamu telah membuatku semakin malu. Aku merasa tidak adil padamu, aku sangat egois sekali." ucap Cayla seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Cayla...aku tidak pernah berpikir untuk membuat kamu malu. Aku benar-benar mencintaimu, ingin mempunyai anak yang lucu darimu. Aku ingin menghabiskan hidupku hanya denganmu Cayla." ucap Dewa dengan sungguh-sungguh.     

"Aku juga Dewa, aku juga mencintaimu. Aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu. Aku tidak tahu kenapa aku begitu egois dan dibutakan oleh hal lainnya. Maafkan aku Dewa." ucap Cayla seraya memeluk erat tubuh Dewa.     

"Sudah Cayla, sampai kapan kamu minta maaf terus padaku. Kita adalah suami istri tidak ada kata maaf bagi suami istri Cayla." ucap Dewa seraya mengusap airmata Cayla.     

Cayla menatap penuh wajah Dewa.     

"Aku mencintaimu Dewa, sangat mencintaimu." ucap Cayla menatap penuh wajah Dewa dan mengusap lembut wajah Dewa.     

Dewa memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut tangan Cayla.     

Setelah beberapa saat mereka tenggelam dalam cinta. Dewa membuka matanya dan melihat ke arah Cayla.     

"Cayla, saat kamu pergi ke Dokter untuk melihat janin bayi kita. Apa yang di katakan Dokter tentang bayi kita?" tanya Dewa dengan suara pelan.     

"Tidak banyak Dew, karena usia kandunganku masih satu bulan. Tapi Dokter bilang kalau janin bayi kita kembar Dew." jawab Cayla lupa memberitahu sebelumnya pada Dewa.     

"Apa Cay? kembar? jadi... bayi kita kembar Cayla?" tanya Dewa ingin mempercayai apa yang di katakan Cayla.     

"Ya Dew, bayi kita kembar." ucap Cayla dengan bibir terangkat membentuk sebuah senyuman.     

"Berjanjilah padaku Cayla, demi hidupku. Kamu tidak akan pernah menggugurkan bayi kembar kita. Kalau kamu melakukannya, kamu akan tidak akan melihatku lagi hidup." ucap Dewa dengan sungguh-sungguh.     

Dengan cepat Cayla memeluk Dewa lagi dengan menangis.     

"Jangan katakan itu lagi Dewa, bukan karena demi kamu saja tapi demi bayi kita. Aku tidak akan menggugurkannya. Aku mencintai kalian berdua. Percayalah padaku, aku akan menjaga bayi kita dengan baik." ucap Cayla menenggelamkan kepalanya di dada Dewa.     

"Terima kasih Cayla." ucap Dewa seraya mengusap punggung Cayla dengan lembut.     

"Seperti katamu, tidak ada minta maaf pada hubungan suami istri. Dan tidak ada juga kata terima kasih pada hubungan suami istri bukan begitu Dewa?" ucap Cayla dengan tersenyum.     

"Benar katamu Cayla, tidak ada kata minta maaf dan terima kasih pada hubungan suami istri." ucap Dewa menatap lembut wajah Cayla.     

Cayla menghela nafas panjang, kemudian melihat ke arah perut Dewa.     

"Bagaimana dengan rasa sakitmu Dew? apa sudah lebih baik?" tanya Cayla seraya mengusap pelan perut Dewa yang mendapat banyak jahitan.     

"Masih terasa sakit, coba kalau kamu menciumnya mungkin akan sedikit berkurang rasa sakitnya." ucap Dewa menatap manja.     

Cayla tersenyum kemudian mencium perut Dewa dengan penuh kasih sayang.     

"Bagaimana? apa sudah berkurang Dewa?" tanya Cayla dengan sebuah senyuman.     

"Masih kurang sedikit lagi. Mungkin beberapa kecupan lagi Cayla." sahut Dewa semakin manja.     

"Hem... sejak kapan kamu menjadi manja seperti ini Dew?" tanya Cayla dengan wajah memerah.     

"Sejak Istriku akan menjadi seorang ibu. Aku harus sedikit bermanja sebelum anak-anakku lahir dan mengambil cinta istriku." sahut Dewa dengan suara berat.     

Cayla terdiam, sungguh ucapan Dewa telah membuatnya jadi salah tingkah.     

"Apa mungkin cinta dan perhatian kamu akan berkurang Cayla?" tanya Dewa dengan tatapan penuh.     

Cayla menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

"Tentu saja tidak Dew, cinta dan perhatianku tidak akan berkurang padamu. Aku lebih berpikir kamu yang akan berubah, aku yakin waktumu pasti akan habis untuk bersama anak-anak kita nanti." ucap Cayla membalas tatapan mata Dewa.     

"Aku ingin sekali melihat bayi kita Cayla, kapan kamu akan ke sana lagi?" tanya Dewa menelan salivanya berharap apa yang di alaminya bukanlah mimpi.     

"Bulan depan kita bisa ke sana lagi, kamu akan bisa melihatnya. Dan mungkin kamu tidak akan percaya kalau kita punya bayi kembar." ucap Cayla seraya membetulkan selimut Dewa.     

Dewa tak mampu lagi berucap selain menatap wajah cantik istrinya.     

"Apa kamu tidak mengantuk Dew? kamu harus lebih banyak istirahat." ucap Cayla seraya mengusap kening Dewa.     

"Bagaimana aku bisa mengantuk? kalau istri cantikku selalu membuatku terjaga." ucap Dewa tersenyum simpul.     

"Tidurlah Dew, sudah waktunya kamu istirahat. Dan jangan lagi membuatku menjadi salah tingkah seperti wanita yang jatuh cinta pada pandangan pertama." ucap Cayla dengan wajah memerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.