THE BELOVED ONE

RASA LELAH DANISH



RASA LELAH DANISH

0Setelah mengantar Dewa ke rumah sakit dan menunggunya sampai Dewa selesai operasi, akhirnya Danish dan Ayraa pulang ke rumah.     
0

Rasa lelah dan capek Danish mulai terasa setelah sampai di rumah dan keluar dari mobil.     

Danish masih terdiam di tempatnya, tubuhnya terasa menggigil kedinginan dan kepalanya terasa berputar-putar.     

"Ayraa." panggil Danish dengan suara lemah bersandar di pintu mobil dan tidak bergerak.     

Ayraa mengehentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Danish.     

"Ada apa Mas?" tanya Ayraa dengan cemas menghampiri Danish kembali.     

"Bantu aku ke dalam Ayraa, aku merasa aku akan pingsan. Tubuhku terasa lemas dan kepalaku terasa berputar-putar." ucap Danish sambil berpegangan pada bahu Ayraa setelah Ayraa berada di dekatnya.     

"Ya Tuhan Mas! Ayo Mas...aku papah." ucap Ayraa dengan cemas memapah Danish agar bisa masuk ke kamar sebelum benar-benar pingsan.     

Sampai di dalam kamar, segera Ayraa membaringkan Danish di atas tempat tidur.     

"Istirahatlah dulu Mas." ucap Ayraa sudah merasa yakin dengan apa yang barusan di lakukan Danish pada Dewa akan membuat Danish kecapekan.     

Bagaimana tidak capek, Danish harus berlari-lari mencari keberadaan Cayla dan Dewa, kemudian mengangkat tubuh Dewa dari tempat kejadian sampai ke rumah sakit.     

Dan sekarang Danish baru merasakan rasa capeknya.     

Danish terdiam tak bergerak dengan kepala yang masih berputar-putar. Danish hanya bisa melihat Ayraa yang melepas sepatunya dan menyelimutinya.     

Danish memejamkan matanya berusaha menahan rasa dingin yang menyergapnya.     

Bibir Danish bergetar seiring dengan tubuhnya yang terasa dingin.     

"Ayraa... Ayraa, aku kedinginan." ucap Danish saat merasakan selimut yang menutupinya tidak bisa mengusir rasa dinginnya.     

Ayraa mulai merasa cemas, rasa dingin yang di rasakan Danish karena rasa demamnya yang sangat tinggi.     

Setelah melepas jaketnya, Ayraa naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Danish.     

"Bagaimana aku bisa melihatmu seperti ini di setiap kamu merasa lelah dan capek Mas?" tanya Ayraa dengan kedua matanya berkaca-kaca, mengusap wajah Danish yang terpejam dengan kulit tubuhnya yang terasa dingin.     

"Maafkan aku Ayraa, aku selalu membuatmu cemas." ucap Danish berusaha menahan rasa dingin yang tidak bisa dia kendalikan lagi.     

"Tidak apa-apa Mas, aku akan berusaha untuk bisa melawan rasa cemasku. Bukankah hal ini sudah sering terjadi? dan Mas Danish akan kembali baik-baik saja." ucap Ayraa sambil mendekatkan tubuhnya pada tubuh Danish.     

"Ya." sahut Danish seraya menelan salivanya saat merasakan kulit tubuh Ayraa yang hangat menyentuh kulit tubuhnya.     

Dengan penuh rasa cinta, Ayraa memeluk erat tubuh Danish tanpa ada jarak sedikitpun.     

Hembusan nafas hangat Danish menyeruak masuk ke dalam nafas Ayraa hingga merasuk kedalam rongga dadanya.     

Dada Ayraa terasa semakin sesak, saat Danish menenggelamkan kepalanya ke dalam ceruk leher Ayraa.     

"Ayraa, peluk lebih erat Ayraa. Aku masih kedinginan." ucap Danish dengan suara parau.     

Kedua mata Ayraa terdiam, dengan bibirnya sedikit terbuka karena tidak bisa bernapas dengan baik.     

Nafas Danish memburu dengan dada yang naik turun tidak beraturan.     

"Mas...kamu harus tetap sadar jangan pingsan." ucap Ayraa merasa kuatir jika Danish akan selalu pingsan karena demamnya terlalu tinggi. Lama-lama akan menyerang otak Danish.     

"Ya..." sahut Danish dengan suara lemah.     

Tubuh Danish masih menggigil kedinginan, tubuhnya serasa tidak ada tenaga untuk bergerak sedikitpun.     

Hati Ayraa menangis dan menjerit, bagaimana bisa dia melewati hari-harinya dengan keadaan Danish yang sewaktu-waktu bisa kehilangan nyawanya.     

Air mata Ayraa tumpah dengan sendirinya berusaha untuk tidak menangis tapi tetap saja rasa kesedihannya membuat kedua matanya mengalir deras tanpa bisa di cegahnya.     

Perlahan kedua mata Danish terbuka, saat merasakan sesuatu yang basah di dadanya.     

"Ayraa, kenapa kamu menangis? bukankah kamu sudah berjanji padaku untuk tidak menangis di saat aku sakit seperti ini?" ucap Danish dengan suara lemah menatap wajah Ayraa yang sembah karena air mata.     

"Maafkan aku Mas, maafkan kalau aku menangis. Tenyata aku tidak sekuat Mas Danish, aku lemah. Aku tidak bisa menahan rasa kesedihan ini." ucap Ayraa di sela-sela isak tangisnya.     

Danish mengerjapkan matanya yang terasa berat untuk terbuka agar bisa melihat Ayraa dengan jelas.     

"Jangan menangis lagi Ayraa, kasihan bayi kita." ucap Danish seraya mengusap airmata Ayraa yang masih deras mengalir.     

"Ya Mas, aku tidak akan menangis lagi." ucap Ayraa masih bersyukur akhirnya Danish bisa bicara banyak dan membuka matanya.     

"Aku senang mendengarnya Ayraa." ucap Danish menatap lembut wajah Ayraa yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh cinta.     

Danish tersenyum lemah.     

"Kenapa kamu menatapku seperti itu Ayraa? apa kamu merindukan aku saat ini?" tanya Danish berusaha menggoda Ayraa agar tidak bersedih atau menangis lagi.     

Ayraa mengangkat wajahnya menatap Danish tersenyum, Ayraa tahu Danish tidak ingin melihat kesedihan di wajahnya.     

"Senyum kamu sangat manis Ayraa." ucap Danish seraya mengusap bibir Ayraa yang merah.     

"Sudah Mas, Mas Danish jangan banyak bicara dulu. Mas Danish harus istirahat sekarang." ucap Ayraa seraya meraba seluruh kulit tubuh Danish yang mulai menghangat.     

"Peluk aku Ayraa, biar aku merasa lebih hangat." ucap Danish seraya menggenggam tangan Ayraa.     

"Aku sudah memelukmu dari tadi Mas." ucap Ayraa dengan tatapan gemas.     

"Aku ingin pelukan yang tidak biasanya Ayraa, kamu tahu kan maksudku?" tanya Danish dengan tersenyum, usahanya sudah berhasil untuk membuat tangis Ayraa berhenti.     

"Pelukan apa Mas?" tanya Ayraa mulai gemas dengan sikap Danish yang selalu menggoda jika demamnya sudah mereda.     

"Apa aku harus menunjukkannya padamu lagi Ayraa?" ucap Danish menahan senyum.     

"Apa Mas? aku benar-benar tidak tahu." ucap Ayraa dengan menopang dagu menatap penuh wajah Danish.     

Tanpa menjawab pertanyaan Ayraa, Danish meraih punggung Ayraa dan mendekapnya penuh dalam pelukannya.     

Dengan tangannya yang hangat, Danish mengusap punggung Ayraa dengan penuh kelembutan.     

"Ayraa." panggil Danish dengan mesra menangkup penuh wajah Ayraa.     

"Ya Mas." sahut Ayraa dengan bibirnya yang sangat dekat dengan bibir Danish.     

"Aku mencintaimu." ucap Danish menyentuh bibir Ayraa dengan sentuhan lembut tangannya.     

"Aku juga mencintaimu Mas." sahut Ayraa ikut menyentuh bibir Danish dengan bibirnya.     

Nafas Danish terlihat semakin berat, matanya mulai meredup setengah terpejam.     

"Kenapa aku jadi merasa gerah Ayraa, apa karena pengaruh hawa panas yang keluar dari tubuh kamu?" tanya Danish dengan gelora hasrat yang mulai menyergapnya.     

"Apa Mas? apa aku sebuah api unggun yang bisa menghantarkan hawa panas pada Mas Danish?" tanya Ayraa semakin gemas dengan sikap Danish yang semakin menggodanya.     

"Aku lelah Ayraa, dan aku membutuhkan sebuah kehangatan yang bisa membakar semangatku menjadi besar dua kali lipat." ucap Danish dengan tangannya menyusup di sela-sela belahan dada Ayraa yang terbalut pakaian tipis Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.