THE BELOVED ONE

MENJAGA CAHAYA



MENJAGA CAHAYA

0"Seandainya aku tidak bisa menemukan orang tua kamu, aku akan pastikan kamu baik-baik saja bersamaku. Kamu sangat cantik dan kamu ada di bawah cahaya bulan di garis depan. Aku akan memberimu nama Cahaya." ucap Chello dengan tersenyum sambil menatap wajah mungil Cahaya.     
0

Dengan duduk bersandar Chello merasakan sinar matahari pagi yang menerobos masuk dari celah-celah bangunan yang hancur.     

"Chello, apa kita kembali sekarang?" tanya Rangga yang baru bangun dan membereskan peralatannya ke tas ranselnya.     

"Ya... kita harus cepat kembali ke barak." ucap Chello bangun dari duduknya dan mendekati Jessi yang sedang merawat Armand.     

"Jessi apa kamu sudah selesai merawat Armand? kalau sudah selesai kamu bawa cahaya. Biar aku dan Rangga yang membantu Armand." ucap Chello seraya memberikan Cahaya pada Jessi.     

Dengan sigap Jessi mengambil alih Cahaya dari gendongan Chello.     

"Armand...kita harus kembali ke barak saat ini juga." ucap Chello sambil melihat luka di bahu Armand.     

"Oke." ucap Armand berusaha bangun dari duduknya dengan di bantu Chello.     

Sambil di bantu Chello dan Rangga, Armand berjalan dengan di ikuti Jessi yang sedang menggendong Cahaya.     

Hampir dua jam perjalanan, mereka sudah sampai di barak di basis Utara.     

"Jessi, kamu bantu Armand agar bisa istirahat. Aku akan ke kota mengurus Cahaya." ucap Chello berniat ke kota untuk mengurus Cahaya agar bisa menjadi anak angkatnya.     

Jessi menganggukkan kepalanya mengiyakan niat Chello.     

Hampir seharian Chello ke kota untuk mengurusi hak asuh atas Cahaya, sekaligus berbelanja untuk keperluan yang di butuhkan Cahaya terutama susu bayi.     

Tiba di barak, Chello melihat Jessi yang sudah menunggu di depan pintu.     

"Bagaimana Chell, apa kamu sudah mendapat hak asuh atas Cahaya?" tanya Jessi dengan serius.     

"Sudah beres, aku sudah menjadi orang tua bagi Cahaya." jawab Chello dengan singkat.     

"Syukurlah kalau kamu sudah mendapatkan hak asuh atas Cahaya." ucap Jessi menatap Chello dengan rasa kagum yang semakin besar.     

"Armand sendiri bagaimana keadaannya? dia sudah lebih baik kan?" tanya Chello masuk ke dalam barak saat Cahaya menangis.     

"Jessi, bisa minta tolong untuk membuatkan Cahaya susu?" pinta Chello seraya melihat keadaan Cahaya kenapa sampai menangis.     

Chello tersenyum saat baru tahu kalau ternyata Cahaya menangis karena popoknya sudah penuh.     

Dengan penuh perhatian, Chello membersikan pantat Cahaya kemudian mengganti dengan popok yang baru.     

"Ini Chell, susunya." ucap Jessi seraya memberikan botol susu yang penuh.     

Tanpa membalas ucapan Jessi, Chello memberikan susu itu pada Cahaya agar cepat tidur.     

"Chello." panggil Jessi sambil melihat Chello yang tidak kaku saat merawat dan menjaga Cahaya.     

"Ada apa?" sahut Chello masih fokus memberi susu pada Cahaya.     

"Kalau kamu sedang ada tugas, atau harus ke garis depan. Siapa yang akan menjaga Cahaya? apa Cahaya akan kamu ajak kemana-mana?" tanya Jessi ingin ikut menjaga dan merawat Cahaya.     

"Aku akan meminta seorang perawat untuk merawat dan menjaga Cahaya." jawab Chello dengan pasti.     

"Chello, bagaimana kalau aku yang menjaga Cahaya? maksudku...di saat aku tidak ada tugas biar aku yang menjaga Cahaya." ucap Jessi menawarkan diri untuk menjaga Cahaya.     

Chello terdiam, sambil menatap Jessi. Sejak Dokter Kim meninggal, Jessi adalah tanggung jawabnya sampai pada saatnya Jessi menikah nanti.     

"Baiklah, kamu bisa menjaga Cahaya, semoga Cahaya bisa nyaman saat bersama kamu." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Terima kasih Chell, aku pasti akan merawat dan menjaga Cahaya dengan baik." ucap Jessi dengan tersenyum bahagia.     

Jessi berharap dengan merawat dan menjaga Cahaya, nantinya Cahaya akan menganggapnya seorang ibu. Dan Chello sebagai Ayahnya. Dan akan lebih baik lagi kalau Chello menikahinya atas permintaan Cahaya.     

"Sekarang kamu bisa pergi, aku mau istirahat." ucap Chello sudah merasa capek dan ingin istirahat.     

"Oke... selamat istirahat Chell." ucap Jessi dengan tersenyum kemudian meninggalkan Chello sendirian.     

Chello mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Semoga apa yang ku lakukan ini akan mendatangkan kebahagiaan buat Cahaya." ucap Chello sambil menatap wajah mungil Cahaya.     

Chello tersenyum melihat melihat wajah mungil Cahaya, hatinya yang lelah terasa hilang lenyap dengan melihat senyum mungil Cahaya.     

***     

"Armand, bagaimana dengan luka kamu? apa sudah tidak terasa sakit?" tanya Jessi seraya meletakkan makanannya di atas meja.     

"Sudah mendingan Jess, apa yang kamu bawa Jess?" tanya Armand dengan penasaran.     

"Aku membawa makanan untuk kamu." ucap Jessi sambil mengeluarkan satu rantang makanan untuk Armand.     

"Terima kasih Jess, aku kira aku tidak akan mendapatkan perhatian kamu wajah aku tertembak." ucap Armand menatap wajah Jessi dengan hati yang masih di penuhi harapan untuk mendapatkan cinta Jessi.     

"Aku yang harusnya berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan aku." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Jessi." panggil Armand dengan tatapan penuh.     

"Ya...ada apa?" sahut Jessi sambil mengaduk nasi yang akan di makan Armand.     

"Apa kamu masih mencintai Chello?" tanya Armand dengan hati berdebar-debar.     

Jessi menghentikan gerakannya menatap penuh wajah Armand.     

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? tentu saja sampai kapanpun aku akan mencintai Chello. Dan sampai kapanpun aku berharap suatu saat Chello bisa mencintaiku." ucap Jessi seraya menyuapi Armand.     

Hati Armand terasa sakit mendengar ucapan Jessi, namun Armand berusaha untuk menutupi perasaannya.     

"Tapi kamu tahu sendiri kalau Chello masih mencintai Ayraa cinta pertamanya." ucap Armand ingin memastikan keinginan Jessi.     

"Aku tidak perduli, karena aku yakin Chello tidak akan pernah kembali pada Ayraa yang sudah punya suami. Aku masih punya harapan untuk mendapatkan Chello, Mand." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Mudah-mudahan apa yang kamu inginkan tercapai." ucap Armand berusaha menyembunyikan perasaannya yang semakin terluka.     

"Terima kasih Mand, kamu sahabat yang terbaik." ucap Jessi menyuapi Armand lagi.     

"KRIYEEKKK"     

Suara pintu barak Armand terdengar terbuka, Armand melihat Chello sudah berdiri dengan gagahnya.     

"Chello! masuklah." ucap Armand dengan tersenyum.     

Jessi menatap Chello dengan tatapan penuh, hati Jessi sedikit malu karena sedang menyuapi Armand.     

"Kalian seperti pasangan serasi, kalian sangat cocok sekali." ucap Chello dengan tenang mendekati Armand dan duduk di dekat Armand.     

Wajah Armand memerah, merasa senang kalau Chello selalu mendukungnya.     

"Chello, aku dan Armand tidak ada apa-apa. Dan lagi kita berdua tidak ada perasaan saling mencintai." ucap Jessi tidak ingin Chello mengira dirinya sangat dekat dengan Armand.     

"Apapun kedekatan kalian, aku berharap kalian bisa menjadi pasangan kekasih yang saling mendukung satu sama lain." ucap Chello dengan tulus.     

"Aamiin." sahut Armand dengan cepat.     

"Chello apa kamu sudah sarapan?" tanya Jessi dengan penuh perhatian.     

"Aku tidak terbiasa sarapan pagi." jawab Chello dengan tenang.     

"Kamu harus membiasakan diri untuk sarapan pagi Chello." ucap Jessi dengan perasaan yang tidak berubah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.