THE BELOVED ONE

RASA PUTUS ASA JESSI



RASA PUTUS ASA JESSI

0"Chello... Chello!" panggil Jessi dari luar pintu tanpa bisa masuk karena pintu di tutup Chello dengan sangat rapat.     
0

Chello mengangkat wajahnya, tersadar dari lamunan panjangnya.     

"Chello!! buka pintunya!" teriak Jessi dari luar.     

Dengan berat hati Chello bangun dari duduknya dan membuka pintu buat Jessi.     

"Ada apa Jess?" tanya Chello dengan kening berkerut saat Jessi menggendong Cahaya.     

"Hari ini, kamu menjaga Cahaya ya? aku dan Rangga akan pergi ke barak Timur. Ada informasi Armand tinggal di sana." ucap Jessi dengan penuh semangat.     

"Yang kemarin bagaimana hasilnya? bukannya kamu pergi dengan Rangga juga?" tanya Chello mengambil alih Cahaya dari gendongan Jessi.     

"Tidak ada hasil, bukan Armand yang sama. Namanya saja beda Chell." jawab Jessi dengan perasaan putus asa.     

"Menurutku, kamu tenang saja dulu. Kalau Armand mencintai kamu pasti dia akan menghubungi kamu." ucap Chello tak habis pikir dengan sifat Jessi yang terlalu keras kepala. Jika menginginkan sesuatu harus terpenuhi.     

"Aku harus bertemu dengan Armand, aku harus minta maaf padanya." ucap Jessi masih keras kepala.     

"Kamu bisa minta maaf setelah Armand kembali. Kamu sudah berbulan-bulan mencari keberadaan Armand dan tidak menemukannya, itu berarti kamu harus bersabar. Jangan terlalu memaksakan diri. Kalau Armand mencintai kamu dan Jodoh kamu pasti dia akan kembali padamu. Jodoh itu pasti terikat batin satu sama lainnya." ucap Chello memberi nasihat pada Jessi.     

Jessi menghela nafas panjang.     

"Aku sangat mengerti maksudmu Chell. Aku berjanji setelah aku mencarinya saat ini, aku tidak akan mencarinya lagi. Aku hanya akan menunggunya saja." ucap Jessi dengan tatapan sedih.     

"Baguslah kalau kamu punya pikiran seperti itu." ucap Chello sambil menidurkan Cahaya di tempat tidurnya.     

"Aku pergi dulu Chell." ucap Jessi beranjak pergi.     

"Tunggu Jess! kamu pergi dengan siapa?" tanya Chello dengan serius.     

"Sama Rangga, dengan siapa lagi kalau bukan dengan Rangga." ucap Jessi kemudian keluar barak meninggalkan Chello.     

Dengan langkah panjang Jessi menjauh dari barak Chello dan menemui Rangga yang sudah menunggu dengan motornya.     

"Bagaimana? apa Chello mengizinkan kita libur lagi?" tanya Rangga seraya menyanggul ranselnya.     

"Hem... tapi setelah ini tidak lagi. Chello memintaku untuk menunggu tanpa harus mencari. Tapi kamu tahu kan? aku tidak akan putus asa mencari Armand." ucap Jessi menatap Rangga sekilas kemudian naik ke atas motor.     

"Apa yang di katakan Chello ada benarnya juga Jessi. Namanya cinta itu tidak ada kemarahan. Harusnya Armand kembali kalau benar-benar mencintai kamu. Dan kamu juga tidak salah kalau masih bertahan pada perasaan kamu untuk Armand." ucap Rangga mengambil jalan tengah tidak membela Chello, Armand atau Jessi.     

"Hem... semoga kali ini kita bisa bertemu dengan Armand." ucap Jessi penuh harap.     

"Semoga." ucap Rangga menjalankan motornya menatap ke arah jalan di depannya.     

Hampir dua jam perjalanan Jessi dan Rangga sampai di barak timur di mana ada kabar kalau Armand tinggal sudah beberapa Minggu.     

Setelah meletakkan motornya di depan salah satu barak yang ramai banyak orang. Rangga dan Jessi menghampiri mereka untuk bertanya tentang keberadaan Armand.     

"Permisi, aku mau tanya. Apa kalian pernah melihat Dokter yang bernama Armand?" tanya Rangga pada para tentara yang ada.     

Para tentara itu hanya saling pandang dan merasa tidak mengenal Dokter Armand.     

"Sebentar, kalau tidak salah tiga Minggu yang lalu ada seorang Dokter yang terluka parah karena menginjak ranjau." ucap salah satu dari para tentara yang ada.     

Rangga dan Jessi saling pandang.     

"Di mana Dokter itu ya?" tanya Rangga menatap ke seluruh para tentara yang ada.     

"Coba kamu tanya saja pada Dokter yang tinggal di barak sebelah sana." ucap salah satu dari mereka sambil menunjuk ke barak yang tampak sepi.     

"Terima kasih." ucap Rangga segera berjalan cepat ke barak yang di maksud dengan di ikuti Jessi di belakangnya.     

Sambil menghela nafas panjang, Rangga mengetuk pintu kayu beberapa kali.     

"KRIYEEKKK"     

Pintu terbuka tampak seorang laki-laki muda keluar dari barak.     

"Permisi maaf menganggu, aku Dokter Rangga dan ini Dokter Jessi dari barak Utara." ucap Rangga memperkenalkan diri.     

"Aku Dokter Shan, kalau boleh tahu kalian ke sini mencari siapa?" tanya Dokter Shan dengan tatapan bertanya-tanya.     

"Maaf Dokter Shan, aku ke sini mencari Dokter Armand. Menurut informasi dari teman kami Dokter Armand ada tinggal di sini." ucap Rangga sambil menunjukkan foto Armand yang ada di ponselnya pada Dokter Shan.     

Dokter Shan mengamati foto Armand.     

"Ya benar ini memang Dokter Armand pernah tinggal di sini beberapa Minggu, tapi sudah tiga hari ini sudah tidak ada di sini sejak kaki kirinya harus di amputasi. Dokter Armand telah di bawa ke rumah sakit kota." ucap Dokter Shan panjang lebar.     

Tubuh Jessi sedikit terhuyung ke belakang mendengar cerita Dokter Shan.     

"Apa kata Dokter? Kaki...kaki Armand di amputasi? kenapa? kenapa sampai di amputasi?" tanya Jessi dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Beberapa hari sebelumnya Dokter Armand tidak sengaja menginjak ranjau dan kakinya terluka parah. Dan ternyata lukanya semakin parah hingga tiga hari yang lalu Dokter Armand demam tinggi karena kakinya sudah sangat parah dan harus di amputasi. Untuk itu Dokter Armand di bawa ke rumah sakit kota." jelas Dokter Shan panjang lebar.     

"Di rumah sakit kota mana Dokter?" tanya Rangga denger cepat.     

"Yang saya tahu rumah sakit Williams." jawab Dokter Shan dengan serius.     

"Apa Dokter mempunyai nomor telepon rumah sakit Williams?" Tanya Jessi dengan dada yang terasa sesak.     

"Ada. Sebentar ya." ucap Dokter sambil menyebutkan nomor telepon rumah sakit.     

Setelah mendapat nomor telepon rumah sakit, segera Jessi menghubungi rumah sakit.     

Dengan perasaan sedih, Jessi menunggu panggilannya di terima pihak rumah sakit.     

"Hallo...apa benar ini bagian informasi rumah sakit Williams?" tanya Jessi dengan suara bergetar.     

"Ya... benar, ada yang bisa saya bantu." sahut pegawai rumah sakit.     

"Saya mau tanya tentang pasien yang bernama Dokter Armand apa ada di sana yang mengalami amputasi kaki?" tanya Jessi dengan hati sangat sedih.     

"Sebentar, saya lihat dulu di daftar Pasien atas nama Dokter Armand." ucap pegawai rumah sakit itu lagi.     

Setelah beberapa saat Jessi mendengar suara Pegawai itu lagi.     

"Bagaimana? apa ada pasien yang bernama Dokter Armand?" tanya Jessi dengan jantung berdebar-debar.     

"Ya memang benar ada pasien yang bernama Dokter Armand dan sudah menjalani amputasi pada kakinya. Tapi baru kemarin Dokter Armand pergi tanpa memberitahu pihak rumah sakit." jelas pegawai rumah sakit setelah memberi kejelasan pada Jessi.     

Tubuh Jessi semakin lemas mendengar kabar dari pegawai rumah sakit.     

"Rangga.. Rangga, di mana Armand sekarang?" tanya Jessi pada Rangga dengan perasaan putus asa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.