THE BELOVED ONE

SEMBILAN BULAN



SEMBILAN BULAN

0Dua bulan kemudian...     
0

Danish semakin protektif dengan kehamilan Ayraa yang sudah semakin membesar dan bisa melahirkan sewaktu-waktu tanpa bisa di cegah lagi.     

"Mas Danish, sudah Mas... kakiku sudah tidak apa-apa." ucap Ayraa bersandar di tempat tidur sambil menatap Danish yang sedang memijat kedua kakinya.     

"Sedikit lagi Ayraa, aku tidak ingin kaki kamu bengkak dan itu akan membuat kamu kesulitan dalam melahirkan." ucap Danish dengan penuh perhatian.     

"Sudah Mas, aku hanya tinggal mengurangi garam saja. Mas Danish tidak perlu memijatku setiap hari seperti ini." ucap Ayraa dengan hati di penuhi kebahagiaan.     

Bagaimana hatinya tidak bahagia, sudah hampir dua bulan setiap hari Danish tidak pernah lepas dengan perhatiannya.     

"Ayraa, apa kamu sudah merasakan tanda-tanda melahirkan?" tanya Danish sudah tidak sabar Ingin menimang bayi laki-lakinya.     

"Tinggal menunggu hari saja Mas, kenapa Mas? apa Mas Danish sudah tidak sabar ingin menimang bayi kita?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Sangat Ayraa, aku memang sudah tidak sabar ingin menggendong jagoanku." ucap Danish seraya mengusap perut Ayraa yang sudah membesar.     

"Ya Mas, aku juga sudah tidak sabar ingin menyusui bayi kita, aku Ingin menidurkannya dalam pangkuanku." ucap Ayraa dengan wajah yang terpancar kebahagiaan.     

Mendengar ucapan Ayraa, keinginan hati Danish semakin tak tertahankan. Dengan penuh cinta kasih Danish menciumi perut besar Ayraa.     

"Semoga bayi kita cepat lahir dengan selamat." ucap Danish dengan mengecup pusar perut Ayraa dengan sangat lama.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

"Ponsel kamu berbunyi Ayraa." ucap Danish seraya mengambil ponsel Ayraa dan di berikan pada Ayraa.     

"Dari Cayla Mas." ucap Ayraa saat melihat nama Cayla di layar ponselnya.     

"Terima saja Ayraa." ucap Danish bangun dari tempatnya kemudian pergi ke kamar mandi.     

"Kamu mau kemana Mas?" tanya Ayraa saat melihat Danish turun dari tempat tidurnya.     

"Mau ke kamar mandi, apa kamu mau ikut?" jawab Danish dengan nada menggoda.     

Wajah Ayraa memerah dengan kedua matanya melotot indah.     

Danish tersenyum simpul kemudian masuk kedalam kamar mandi.     

Ayraa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Danish yang sedikit menggemaskan sejak dirinya hamil tua.     

Dengan tersenyum, Ayraa menerima panggilan Cayla.     

"Hallo...ya Cayla, ada apa?" tanya Ayraa dengan duduk bersandar.     

"Ayraa, kapan kamu ke Dokter Citra? aku ikut ya? aku dan Dewa ingin melihat bayi kembar kita." ucap Cayla dengan antusias di sana.     

"Nanti sore aku pergi ke Dokter Citra, kita ketemu disana atau kamu datang kesini Cay?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Kita bertemu di tempat Dokter Citra saja Ay." ucap Cayla tidak ingin Ayraa menunggu dirinya yang datangnya selalu terlambat.     

"Oke Cayla, kita bertemu di tempat Dokter Citra jam empat sore." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya Cayla.     

Tanpa sadar Ayraa tersenyum mengingat tentang Cayla dan Dewa. Ayraa sangat bahagia dengan perubahan prinsip Cayla yang sudah bisa di patahkan oleh Dewa. Perubahan itu berkat cinta Dewa yang begitu besar pada Cayla.     

"Ada apa Ayraa? kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Danish mendekati Ayraa dan duduk di samping Ayraa.     

"Tidak ada apa-apa Mas, aku hanya teringat Cayla saja. Dari awal yang keras kepala Ingin menggugurkan kandungannya, sekarang sebulan sampai dua kali periksa takut bayinya kenapa-kenapa." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Aku rasa itu semua karena cinta tulus Dewa, yang membuat hati Cayla luluh. Cinta yang tulus itu bisa merubah apapun. Seperti saat aku berada di jalan yang tidak benar karena cintamu yang begitu tulus padaku, aku bisa berubah." ucap Danish seraya merengkuh Ayraa.     

"Ya Mas, aku benar-benar mencintaimu." ucap Ayraa dengan tatapan penuh kelembutan.     

"Tapi cintaku lebih besar padamu Ayraa. Cinta yang besar yang akan aku bawa sampai mati." ucap Danish semakin memeluk erat tubuh Ayraa.     

Ayraa tersenyum sedih, bagaimana hatinya bisa rela jika harus kehilangan suami yang sangat di cintainya.     

"Aku sangat mencintaimu Mas, untuk selamanya. Tidak akan terganti." ucap Ayraa berjanji dalam hati untuk selalu mencintai Danish tidak ada lagi buat yang lain.     

Danish tersenyum, menangkup wajah Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Terima kasih sayang." ucap Danish membelai lembut wajah Ayraa kemudian menyapu lembut bibir lembab Ayraa.     

Ayraa memejamkan matanya merasakan kelembutan bibir Danish yang melumat bibirnya dengan intens.     

"Kamu semakin cantik dengan kehamilanmu yang sebesar ini?" ucap Danish mengecup perut besar Ayraa.     

"Mas Danish juga semakin tampan." ucap Ayraa dengan sebuah senyuman manja.     

"Ayraa, setelah kamu melahirkan sebaiknya kita mencari pembantu untuk menggantikan tugas rumah. Aku ingin kamu fokus pada bayi kita saja." ucap Danish berharap bayinya nanti bisa lebih dekat dengan Ayraa dan dirinya saja.     

"Tidak ada pembantu juga tidak apa-apa Mas, aku bisa mengerjakan pekerjaan semuanya termasuk merawat dan menjaga bayi kita." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Danish terdiam kemudian menatap lembut wajah Ayraa.     

"Dengarkan aku Ayraa, aku hanya ingin kamu fokus pada bayi kita saja. Kamu curahkan semua kasih sayang kamu pada anak kita. Aku tidak ingin kamu meninggalkan anak kita walau hanya sekejap saja." ucap Danish tak berkedip menatap kedua mata Ayraa.     

Ayraa membalas tatapan Danish, terlihat jelas kecemasan dan ketakutan di kedua mata Danish.     

"Jangan cemas Mas, aku pasti akan menjaga anak kita dengan baik. Tidak akan pernah meninggalkannya walau hanya sekejap." ucap Ayraa dengan sungguh-sungguh.     

Danish merengkuh tubuh Ayraa dengan penuh perasaan, meluapkan rasa cemas dan ketakutannya.     

"Aku hanya ingin kamu menjaga anak kita dengan baik Ayraa. Karena hanya anak kita yang akan mengikat kita selamanya." ucap Danish dengan suara parau.     

Ayraa menelan salivanya, sungguh hatinya tak sanggup lagi melihat kesedihan di kedua mata Danish.     

"Ya Mas, aku berjanji padamu akan selalu menjaga anak kita." ucap Ayraa membalas pelukan Danish dengan dada terasa sesak.     

"Ya Tuhan, kalau aku boleh meminta aku hanya ingin suamiku panjang umur, agar bisa menjagaku dan anakku." ucap Ayraa dalam hati mendekap erat tubuh Danish.     

Cukup lama Danish dan Ayraa saling berpelukan dalam diam melepas segala kesedihan dalam cinta yang begitu dalam.     

"Ayraa." panggil Danish dengan suara lirih.     

"Ya Mas." sahut Ayraa masih memeluk leher Danish.     

"Kamu ingin melahirkan di mana? di sini atau di Bandung?" Tanya Danish saat teringat pesan ibu mertuanya kalau Ingin Ayraa melahirkan di Bandung.     

"Menurut Mas Danish bagaimana?" tanya Ayraa, menyerahkan semua keputusan di tangan Danish.     

"Yang aku mau, di mana kamu merasa nyaman dan tenang. Agar kamu bisa melahirkan dengan tenang tanpa ada rasa takut." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Selama ada Mas Danish di sampingku, aku merasa nyaman dan tenang." sahut Ayraa dengan sebuah senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.