THE BELOVED ONE

MELAHIRKAN (2)



MELAHIRKAN (2)

0"Sebentar lagi sudah akan bisa melahirkan, di buat miring saja biar cepat mengalami kontraksi lagi." ucap Dokter sambil menyiapkan hal lainnya.     
0

"Ya Dokter." ucap Ayraa sambil menggenggam tangan Danish merubah posisinya menjadi miring.     

Dengan penuh rasa sayang, Danish mengusap punggung Ayraa dengan membaca doa agar Ayraa tidak kesakitan.     

"Mas sakit sekali." rintih Ayraa sambil mencekal kuat lengan Danish.     

Walau cekalan Ayraa membuat Danish terluka, Danish tetap menahan rasa sakitnya selain mencemaskan keadaan Ayraa.     

"Tenang ya sayang." ucap Danish sambil menyeka keringat yang ada di kening Ayraa.     

"Akkkhhh!!" teriak Ayraa tiba-tiba sambil kembali pada posisi semula.     

"Dokter, tolong istri saya Dokter." ucap Danish dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Sungguh hati Danish tidak tega melihat Ayraa kesakitan.     

Segera Dokter memeriksa lagi pembukaan Ayraa.     

"Pasien sudah siap untuk melahirkan, suster tolong bantu saya." ucap Dokter memberi perintah untuk memulai menangani Ayraa.     

Hati Danish merasakan sesuatu campur aduk dalam hatinya, perasaan takut, sedih, bahagia, cemas, hingga membuat Kening Danish berkeringat apalagi melihat dan mendengar teriakan kesakitan Ayraa yang tidak ada hentinya.     

Sementara di dalam Ayraa berjuang untuk melahirkan di luar Bagas mondar mandir mencemaskan keadaan Ayraa putri semata wayangnya.     

"Ayraa, Semoga kamu bisa melahirkan dengan lancar dan selamat." ucap Bagas dalam hati.     

"Mas, duduklah Jangan mondar-mandir. Kali Mas Bagas nanti sakit." ucap Nicky mencemaskan Bagas karena kaki Bagas tidak bisa di katakan sehat lagi sejak pasca kecelakaan.     

Cayla melihat perhatian Bundanya pada Ayahnya ikut merasakan terharu. Walau di usia sudah tidak mudah lagi cinta dan perhatian mereka berdua semakin besar tidak berkurang sama sekali.     

"Ada apa Cayla? kamu tak berkedip melihat Bunda dan Ayah Ayraa?" tanya Dewa yang sejak tadi mengamati Cayla.     

"Di usia tua kita nanti, aku ingin seperti Ayah dan Bunda, Dew. Tetap saling mencintai dan menyayangi." ucap Cayla sambil mengusap kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Kita akan seperti mereka Cayla, karena kita saling mencintai. khususnya cintaku padamu tidak akan pernah berkurang sedikitpun." ucap Dewa sambil memeluk bahu Cayla.     

Cayla menganggukkan kepalanya pelan kemudian menyusupkan kepalanya dalam dada Dewa.     

"Drrrt... Drrrt...Drrrt"     

"Ayraa, ponsel kamu berbunyi." ucap Dewa saat mendengar suara ponsel Ayraa berbunyi.     

"Pasti Chello." ucap Cayla menebak siapa yang menghubunginya.     

Dengan cepat Cayla mengambil ponselnya dan menerima panggilan Chello.     

"Hallo...ya Chell." sahut Cayla dengan tenang.     

Cayla tahu pasti Chello tidak bisa tenang di sana karena tahu keadaan Ayraa yang sedang melahirkan.     

"Bagaimana keadaan Ayraa? apa sudah melahirkan? Ayraa tidak kesakitan kan?" tanya Chello dengan putus asa tidak bisa melihat keadaan Ayraa.     

"Kita belum tahu Chell, mungkin sudah persiapan melahirkan. Kamu tenang saja, nanti aku kabari kalau Ayraa sudah melahirkan." ucap Cayla merasa kasihan pada Chello.     

Cinta Chello begitu besar pada Ayraa, dan begitu tulus. Tidak ada pamrih atau hal apapun yang ingin menyakiti hati Danish.     

Chello begitu menjaga hati Ayraa juga Danish.     

"Tidak Cayla aku akan menunggu seperti ini saja, biarkan kita tetap terhubung sampai ada kabar dari Ayraa. Aku tidak ingin ada yang terlewati. Katakan apa saja yang kamu ketahui tentang Ayraa sekarang." ucap Chello tidak ingin ada yang terlewatkan sedikitpun tentang Ayraa.     

"Ya...ya... tapi tidak mungkin juga kita bicara terus Chello. Dan lagi ini akan menghabiskan pulsa kamu." ucap Cayla gemas dengan rasa kuatir Chello yang berlebihan pada Ayraa.     

"Kamu tidak perlu bicara terus, kamu bisa bicara saat ada pembicaraan tentang keadaan Ayraa. Dan kamu jangan pikirkan pulsa, yang terpenting bagiku mengetahui keadaan Ayraa." ucap Chello dengan perasaan yang campur aduk rasa putus asa dan sedih karena tidak bisa melihat Ayraa.     

"Ya sudah, aku penuhi keinginan kamu Chell, kamu seharusnya sedih dan terluka, kenapa kamu malah membuat hati kamu semakin terluka parah?'?" ucap Cayla dengan perasaan sedih.     

"Tidak Cayla, aku sudah tidak lagi merasakan terluka. Saat ini aku hanya merasakan cemas dan takut Ayraa kenapa-kenapa." ucap Chello merasa tidak berdaya pada cintanya ke Ayraa.     

"Oke Chello, kamu dengarkan saja tiap aku bicara tentang Ayraa ya." ucap Cayla tetap menyalakan hubungan panggilan Chello.     

Sedangkan di tempat Chello, Jessi melihat Chello dengan perasaan iba.     

"Bagaimana keadaan Ayraa, Chell? apa sudah melahirkan?" tanya Jessi sambil menggendong Cahaya.     

"Masih belum melahirkan." jawab Chello masih terus memegang ponselnya.     

"Kamu tenang saja, Ayraa pasti melahirkan dengan selamat." ucap Jessi menenangkan hati Chello.     

"Ya...aku akan berusaha untuk tetap tenang." ucap Chello dengan tatapan penuh kecemasan.     

"Oh..ya Chell, besok pagi aku minta izin satu hari tidak ikut ke garis depan. Aku akan ke barak tentara di bagian selatan. Rangga mendengar katanya ada yang melihat Armand di sana." ucap Jessi sambil menghela nafas panjang.     

"Kamu masih tidak putus asa mencari keberadaan Armand? apa sebenarnya yang kamu inginkan Jessi? bukannya kamu tidak mencintai Armand?" tanya Chello menggoda Jessi. Chello sangat yakin, Jessi sudah mencintai Armand karena sudah dua bulan lebih Jessi tidak berhenti mencari keberadaan Armand. Dan seringkali Chello melihat Jessi menangis di kamarnya sambil memanggil nama Armand.     

"Aku ingin Armand kembali bersama kita. Aku merasa sepi tanpa ada Armand, sepetinya aku telah mencintai Armand Chell. Aku sangat merindukan senyuman dan perhatian Armand." ucap Jessi dengan penuh penyesalan.     

"Emm...aku sudah tahu itu. Dan kamu tidak perlu menyesal, semua sudah terjadi. Sekarang yang terpenting kamu jangan putus asa mencari Armand, karena cinta Armand benar-benar tulus padamu." ucap Chello dengan tatapan penuh.     

"Ya Chell, terima kasih kamu selalu mendukungku." ucap Jessi dengan tulus.     

"Chello!! Chello!! kamu mendengarku?" tiba-tiba terdengar suara teriakan Cayla.     

Dengan cepat Chello meraih ponselnya.     

"Ya Cayla, aku mendengarmu. Katakan ada apa?" tanya Chello dengan jantungnya terasa berdegup keras.     

"Ayraa sudah melahirkan, bayinya laki-laki dan sehat." ucap Cayla dengan perasaan bahagia.     

"Benarkah Cayla? syukurlah kalau sudah melahirkan. Keadaan Ayraa juga sehatkan Cayla?" tanya Chello dengan kebahagiaan penuh.     

"Keadaan Ayraa juga sehat Chell, sekarang kamu jangan cemas lagi." ucap Cayla dengan tersenyum.     

Kedua mata Chello berkaca-kaca berulangkali mengucapkan rasa syukur atas lahirnya anak Ayraa.     

"Ya Cayla, aku sudah tenang sekarang. Kamu tinggal memberi kabar padaku siapa nama bayi Ayraa nanti." ucap Chello dengan serius.     

"Ya...aku.kabari nanti, sekarang aku matikan ponselnya ya? aku mau melihat Ayraa dulu." ucap Cayla ikut merasa bahagia.     

"Cayla kirim foto Ayraa dan bayinya." ucap Chello dengan perasaan lega.     

"Siap Chell." ucap Cayla kemudian menutup panggilannya Chello.     

"Bagaimana Cayla, apa Chello sudah tenang sekarang?" tanya Dewa yang sejak tadi mengikuti pembicaraan Cayla dan Chello.     

"Sudah Dew, ayo...kita melihat Ayraa." ucap Cayla sambil menggenggam tangan Dewa masuk ke ruang bersalin di mana keluarganya sudah berkumpul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.