THE BELOVED ONE

JANJI SETIA JESSI



JANJI SETIA JESSI

0Tubuh Jessi semakin lemas mendengar kabar dari pegawai rumah sakit.     
0

"Rangga.. Rangga, di mana Armand sekarang?" tanya Jessi memeluk Rangga menangis sedih dengan perasaan putus asa.     

"Sudah Jess, mungkin ini ujian buat kamu. Kamu harus lebih kuat dan sabar. Kita sudah berusaha sampai saat ini tapi Tuhan masih belum mempertemukan kamu dengan Armand. Mungkin suatu saat nanti, kamu akan bertemu dengan Armand." ucap Rangga seraya mengusap punggung Jessi.     

"Kenapa aku selalu tidak mendapatkan cintaku Rangga? kenapa aku selalu kehilangan?" tanya Jessi dengan tatapan tak mengerti.     

"Kamu akan mendapatkan cintamu Jessi, tapi tidak sekarang, kamu tidak akan kehilangan Armand. Semoga Armand akan datang suatu saat nanti." ucap Rangga menenangkan hati Jessi.     

"Sampai kapan aku harus menunggu kedatangan Armand, Rangga?" tanya Jessi dengan airmata yang mengalir di pipinya.     

"Sampai Armand siap untuk menemuimu." ucap Rangga seraya mengusap air mata Jessi.     

"Aku merasa bersalah pada Armand, aku yang telah membuat Armand menjadi seperti ini." ucap Jessi tak berhenti dengan penyesalannya.     

"Sudah Jessi, kamu jangan menangis lagi. Kita harus kembali sebelum malam. Kasihan Chello menjaga Cahaya sendirian." ucap Rangga menegakkan punggungnya dan melepas pelukan Jessi.     

"Aku berjanji... kalau aku akan menunggu kedatangannya Armand. Aku akan setia pada cinta Armand." ucap Jessi pada Rangga menjadi saksi ucapannya.     

"Apa kamu yakin akan menunggu kedatangan Armand? bagaimana kalau Armand datangnya dalam waktu yang lama? apa kamu akan setia menunggu dengan segenap cintamu?" tanya Rangga dengan serius.     

"Sangat yakin Rangga, aku akan menunggu Armand sampai kapanpun. Dan jika Armand tidak datang aku berjanji akan hidup sendiri." ucap Jessi dengan wajah serius.     

"Jessi... hati-hati dengan ucapan kamu? apa yang kamu ucapkan bisa menjadi doa." ucap Rangga dengan serius.     

"Aku serius dengan ucapanku Rangga. Kalau Armand tidak datang menemuiku, maka aku putuskan aku akan hidup sendiri selamanya." ucap Jessi dengan tatapan penuh.     

"Semoga Armand akan datang menemui kamu Jessi." ucap Rangga sambil mengusap tengkuk lehernya mendengar janji Jessi.     

"Aamiin, terima kasih Rangga kamu adalah sahabatku yang terbaik setelah Armand." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Sekarang kita pulang ya?" ucap Rangga menggandeng tangan Jessi.     

Dalam genggaman tangan Rangga, Jessi berjalan ke tempat motor Rangga untuk segera pulang.     

Karena hari sudah malam, Rangga menjalankan motornya dengan sangat pelan karena jalanan yang tidak rata.     

Tepat tengah malam, Rangga dan Jessi sudah sampai di barak Utara.     

"Rangga, terima kasih ya. Aku akan menemui Chello mau menjemput Cahaya." ucap Jessi setelah turun dari motor Rangga.     

"Hem... sama-sama." ucap Rangga kemudian meninggalkan Jessi yang berdiri di depan pintu barak Chello.     

Setelah Rangga tidak terlihat, Jessi segera mengetuk pintu barak Chello.     

Chello membuka pintu dengan kedua matanya yang masih mengantuk.     

"Kamu baru datang tengah malam begini?" tanya Chello sambil mengusap wajahnya.     

"Ya... maafkan aku, apa aku boleh masuk?" tanya Jessi yang masih berdiri di depan pintu.     

"Masuklah." ucap Chello membuka lebar pintunya.     

Sambil menghela nafas panjang Jessi masuk ke dalam barak.     

"Duduklah, bagaimana hasil pencarian kamu? apa sudah menemukan jejak Armand?" Tanya Chello dengan serius.     

"Aku sudah menemukannya, Tapi kemudian kehilangan lagi. Armand memang pernah ke barak timur, tapi di sana Armand terluka saat tidak sengaja menginjak ranjau. Dan kamu tahu Chello? Kaki Armand terpaksa harus di amputasi." ucap Jessi dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Apa Jessi? kali Armand di amputasi? lalu bagaimana keadaan Armand sekarang?" tanya Chello dengan sangat terkejut.     

"Karena kaki Armand harus di amputasi, Armand di bawa ke rumah sakit kota. Setelah kaki Armand di amputasi pihak rumah sakit tidak tahu lagi di mana Armand, karena Armand pergi tanpa izin rumah sakit." ucap Jessi sambil mengusap airmatanya.     

Chello meremas kedua tangannya, sungguh hatinya ikut merasa sedih dengan kejadian yang menimpa Armand.     

"Aku tahu, kamu pasti marah padaku. Karena aku, Armand kehilangan kakinya. Tapi kamu juga harus tahu, dari semua yang kamu rasakan aku yang paling bersedih. Aku hidup dengan rasa bersalah dan penyesalanku." ucap Jessi dengan menundukkan wajahnya.     

Chello mengambil nafas panjang, menatap wajah Jessi yang penuh dengan kesedihan.     

"Tidak..aku tidak marah, aku hanya ingin kamu tahu bagaimana perasaan Armand saat itu dan sekarang kamu merasakannya." ucap Chello dengan tatapan penuh.     

"Ya...benar apa katamu Chell, aku telah menerima hukumannya. Aku sudah merasakan apa yang Armand rasakan." Ucap Jessi dengan suara lirih.     

"Aku tidak bermaksud mengejekmu Jessi, aku hanya berusaha memberitahu apa yang kamu rasakan saat ini begitu sakit bukan?" ucap Chello dengan dengan serius.     

"Sekali lagi kamu benar Chello, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Kalau aku tidak akan berhenti mencintai Chello. Aku akan tetap setia menunggu kedatangan Armand." ucap Jessi dengan sungguh-sungguh.     

"Apa kamu benar-benar sudah mencintai Armand?" tanya Chello seraya memicingkan matanya.     

"Aku juga baru tahu kalau aku benar-benar mencintai Armand. Aku menyesali semuanya." ucap Jessi dengan suara yang hampir habis.     

"Syukurlah kalau kamu sudah memahami perasaan kamu." ucap Chello tidak tahu lagi bagaimana cara membantu Jessi.     

"Terima kasih, aku harap kamu mempercayai perasaanku kali ini Chell. Aku mencintai Armand, walau saat ini aku tidak tahu di mana Armand." ucap Jessi sambil mengangkat wajahnya.     

"Sekarang apa rencanamu?" tanya Chello bangun dari duduknya melihat Cahaya yang terbangun dari tidurnya.     

"Aku tidak akan melakukan apa-apa, aku harus meneruskan tugas ini. Dua tahun lagi kita bisa kembali pulang dan aku ingin pulang denganmu. Siapa tahu ada keajaiban Armand akan menemui kamu nanti." ucap Jessi dengan tatapan penuh harap.     

"Aku harap ada keajaiban untuk kalian berdua. Kamu harus percaya kalau Armand jodoh kamu, Armand pasti akan kembali." ucap Chello sambil menggendong Cahaya.     

"Aku merasa yakin suatu saat Armand akan kembali." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Kalau begitu kamu jangan menangis lagi. Kamu harus tetap melanjutkan hidup kamu." ucap Chello seraya memberikan Cahaya pada Jessi.     

"Benar Chello, aku Ingin seperti dirimu bisa melanjutkan hidup walau kita hanya menyimpan cinta dan tetap setia." ucap Jessi sambil menggendong Cahaya.     

"Cahaya tiap malam selalu terbangun." ucap Jessi lagi sambil mengusap lembut pipi Cahaya.     

"Apa benar begitu?" tanya Chello sambil tersenyum.     

"Ya.. baru jam empat pagi Cahaya akan tidur kembali." ucap Jessi sambil tersenyum menggoda Cahaya.     

"Kalau begitu, bawa saja Cahaya. Aku sudah mengantuk." ucap Chello sambil memberikan botol susu Cahaya pada Jessi.     

"Apa Chell? aku yang harus menjaga Cahaya begitu?" Tanya Jessi dengan tatapan penuh.     

"Bukannya kamu Ibunya Cahaya yang harus menjaganya." ucap Chello dengan senyum penuh kemenangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.