THE BELOVED ONE

KEBAHAGIAAN CAYLA DEWA



KEBAHAGIAAN CAYLA DEWA

0Tubuh Cayla lemas bersandar di atas dada Dewa.     
0

Perasaan Cayla campur aduk antara sakit, bahagia yang tak tertahankan.     

"Apa masih sakit Cayla?" tanya Dewa mengecup puncak kepala rambut Cayla sambil mengusap lembut punggung putih Cayla.     

"Sedikit Dew." jawab Cayla mengusap dada Dewa yang berbulu halus.     

"Kalau aku memintanya lagi, apa kamu masih mau Cay?" tanya Dewa menatap wajah lelah Cayla.     

Cayla menganggukkan kepalanya seraya menggesek kepalanya di ceruk leher Dewa.     

Dewa tersenyum melihat Cayla yang ingin bermanja.     

"Katakan dengan jujur, apa kamu menyukainya?" tanya Dewa menatap dalam kedua mata Cayla yang sedang menatapnya.     

"Aku menyukainya. Tidak seperti yang aku bayangkan." ucap Cayla dengan tersenyum.     

"Syukurlah kalau kamu menyukainya. Saat nanti kita melakukannya lagi, aku ingin kamu membuka mata kamu agar kamu bisa melihat batang milikku." ucap Dewa ingin Cayla juga bergerak agar seimbang.     

"Aku akan berusaha untuk itu Dew. Aku masih malu melihatmu." jawab Cayla dengan perasaan malu-malu.     

"Kenapa harus malu dengan suami sendiri, nanti juga terbiasa Cayla." ucap Dewa dengan hati di penuhi kebahagiaan.     

"Hem...aku akan berusaha Dewa." ucap Cayla dengan wajah memerah.     

"Sekarang tidurlah.. besok pagi kita akan melakukannya lagi." ucap Dewa mengusap lembut wajah Cayla.     

"Aku masih belum mengantuk, apa kamu sudah mengantuk?" tanya Cayla mengangkat wajahnya menatap Dewa.     

"Belum mengantuk juga, tapi aku lapar." ucap Dewa dengan tersenyum.     

"Bagaimana kalau kita masak? tapi aku tidak bisa memasak." ucap Cayla dengan wajah sedih.     

"Aku akan mengajarimu memasak." ucap Dewa bangun dari tidurnya bersiap-siap ke dapur.     

Wajah Cayla semakin memerah merasa malu, karena sama sekali tidak bisa apa-apa. Dan Dewa yang selalu mengajarinya dalam hal apapun.     

Tiba di dapur, Dewa mengeluarkan daging kaleng juga bumbu jadi nasi goreng.     

"Cayla, untuk sementara aku akan mengajari kamu cara menggoreng nasi goreng saja ya, kalau di rumah kita saja aku akan mengajari kamu semuanya." ucap Dewa seraya memasukkan bumbu dan daging kaleng ke dalam penggorengan.     

Cayla menganggukkan kepalanya sambil melihat cara Dewa menggoreng bumbu nasi goreng.     

"Apa tangan kamu tidak panas Dew?" tanya Cayla sambil mengkerutkan keningnya saat melihat tangan Dewa memegang gagang penggorengan.     

"Tidak Cay, kan bahan gagangnya dari plastik." ucap Dewa, kemudian mengecilkan apinya. Dewa mengambil tiga cabe kecil dan di iris tipis-tipis. Namun sesuatu terjadi, jari Dewa tidak sengaja teriris pisau dan berdarah.     

Cayla menjerit panik, tanpa berpikir lagi Cayla meraih jari Dewa dan menghisapnya dengan kuat.     

Hati Dewa merasa terharu dengan perhatian Cayla yang begitu besar padanya.     

"Hanya luka kecil Cayla." ucap Dewa dengan wajah memerah kemudian mematikan api agar bumbu nasi goreng tidak gosong.     

"Luka kecil atau luka besar, kalau itu melukaimu hatiku ikut terluka Dew." ucap Cayla sambil menutup luka Dewa tissue.     

"Terima kasih Cay." ucap Dewa dengan tersenyum bahagia.     

"Kamu duduk saja Dew, biar aku yang menggoreng nasi gorengnya." ucap Cayla mengambil alih pekerjaan Dewa.     

"Baiklah, aku ingin melihat istriku memasak dan ingin tahu bagaimana rasanya masakan istriku." ucap Dewa seraya duduk di kursi.     

Cayla menatap Dewa sedikit gugup, bagiamana Dewa nanti bisa memakan masakannya kalau dirinya saja tidak yakin dengan masakannya.     

"Mulailah memasak istriku, aku sudah lapar." ucap Dewa dengan tersenyum.     

Dengan ragu Cayla mulai memasak nasi goreng yang di inginkan Dewa.     

Setelah beberapa menit nasi goreng ala Cayla sudah jadi.     

Wajah Cayla berkeringat, kemudian duduk di hadapan Dewa sambil meletakkan nasi goreng yang sudah di siapkan di piring.     

Dewa mengambil tissue kemudian mengusap kening Cayla yang basah keringat.     

"Di rasakan dulu rasanya Dew." ucap Cayla sambil menatap nasi gorengnya yang tidak berbentuk.     

"Aku makan langsung saja ya, aku yakin rasanya enak." ucap Dewa seraya mengambil satu sendok nasi goreng dan memakannya.     

Dewa mengunyah dengan pelan untuk merasakan rasanya.     

"Bagaimana Dew? enak tidak rasanya?" tanya Cayla dengan wajah serius.     

Dewa menghentikan kunyahannya merasakan kembali rasanya nasi goreng yang di buat Cayla.     

"Enak, aku menyukainya. Apalagi memasaknya dengan penuh cinta." ucap Dewa, mengambil lagi satu sendok makan dan di makannya.     

Cayla tak berkedip menatap Dewa yang sedang makan nasi gorengnya dengan sangat lahap.     

"Kamu tidak makan Cayla?" tanya Dewa melihat Cayla yang hanya diam saja.     

"Ahhh...ya, tentu aku juga akan makan." ucap Cayla dengan tersenyum kemudian mengambil nasi gorengnya.     

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Cayla mengambil satu sendok nasinya kemudahan memakannya dan mengunyahnya.     

Cayla menghentikan kunyahannya saat merasakan rasa yang begitu membuatnya mual dan ingin muntah.     

"Dewa, apa benar kamu merasakan enak rasanya?" tanya Cayla dengan perasaan campur aduk.     

"Kenapa? apa kamu merasakan sesuatu yang beda?" tanya Dewa dengan tersenyum.     

"Rasanya... rasanya asin sekali Dewa." ucap Cayla dengan wajah memerah.     

"Syukurlah, kamu sudah tahu rasanya. Jadi tiap kali kamu selesai memasak poin pertama harus mengetahui dulu rasanya. Sudah enak tidak rasanya di lidah kamu." ucap Dewa dengan tersenyum.     

"Jadi rasanya benar-benar asin? dan kamu menghabiskannya dengan lahap sekali?" tanya Cayla dengan gusar karena malu.     

"Bagiku masakan apapun yang kamu buat, pasti enak. Karena aku tahu, kamu memasaknya dengan perasaan cinta." ucap Dewa dengan serius.     

"Dewa... kenapa juga kamu habiskan? bisa-bisa perut kamu sakit!" ucap Cayla dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Aku tidak akan apa-apa, kalau sakit perut ada kamu yang merawatku." ucap Dewa dengan tersenyum.     

Wajah Cayla memerah, mendengar ucapan Dewa.     

"Dewa... aku bicara tidak main-main!" ucap Cayla dengan serius.     

"Aku juga serius Cayla. Sekarang perutku sudah kenyang. Aku jadi mengantuk, kita tidur ya." ucap Dewa bangun dari duduknya seraya mengulurkan tangannya pada Cayla.     

Dengan hati merasa tidak enak, Cayla menyambut uluran tangan Dewa.     

"Kamu jangan merasa tidak enak. Kita bersatu untuk saling melengkapi. Kita berdua ada kekurangan dan kelebihan, dan kita harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita masing-masing." ucap Dewa sambil memeluk bahu Cayla dan berjalan masuk ke kamar.     

Di dalam kamar, Dewa masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.     

Cayla membasuh wajahnya di wastafel.     

"Jari kamu sudah tidak apa-apa Dew?" tanya Cayla meraih tangan Dewa saat Dewa selesai mandi.     

"Sudah tidak apa-apa Cay, kamu jangan terlalu mencemaskan aku." ucap Dewa meraih punggung Cayla dan memeluknya dengan erat.     

"Cemas akan suami apa itu salah Dewa?" tanya Cayla menatap penuh wajah Dewa.     

"Tidak sama sekali Cayla, aku lebih senang kamu selalu perhatian padaku." ucap Dewa kemudian menggenggam tangan Cayla dan mengajaknya naik ke tempat tidur.     

"kita tidur sekarang ya." ucap Dewa memeluk Cayla yang ikut berbaring di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.