THE BELOVED ONE

GARIS DEPAN BERDARAH



GARIS DEPAN BERDARAH

0"Sebaiknya kamu tidak perlu memaksakan diri untuk ikut Chell." ucap Rangga merasa cemas dengan keadaan Chello yang masih belum sehat.     
0

"Tidak apa-apa, kita tidak sedang mengangkat senjata. Kita sebagai dokter di sana, jadi kamu jangan kuatirkan aku." ucap Chello sambil memakai jaketnya.     

"Selamat pagi ketua...Rangga, Armand. Apa kalian sudah sarapan? aku sengaja memasak untuk kalian bertiga." ucap Jessi dengan wajah tersenyum berseri-seri.     

"Pagi Jessi...masak apa nih...Jes?" tanya Armand terlihat jelas menyukai Jessi sejak awal bertemu.     

"Rendang jengkol, apa kalian suka jengkol?" tanya Jessi sambil melirik ke arah Chello yang sedang menyiapkan semua perlengkapannya.     

"Aku suka Jes, apalagi kalau kamu yang masak." sahut Armand lagi menatap wajah Jessi tak berkedip.     

"Makanlah...biar nanti di garis depan ada kekuatan." ucap Jessi seraya mengambil satu kotak makanan buat Chello.     

"Chello makanlah, biar kamu punya tenaga." ucap Jessi masih memberikan perhatian penuh pada Chello.     

"Letakkan saja di situ, aku tidak terbiasa sarapan pagi." jawab Chello masih fokus dengan perlengkapannya.     

Hati Jessi kembali kecewa dengan sikap dan ucapan Chello, namun dengan segera Jessi menepis rasa kecewanya dengan keyakinan penuh bisa meruntuhkan hati Chello.     

"Di makan siang saja ya Chell, tidak akan bau kok. Aku sudah memisahkan nasi dengan rendang jengkolnya. Ambillah Chell, masukan dalam tas kamu." ucap Jessi tidak patah semangat memberikan kotak makanannya pada Chello.     

Tanpa bisa menolak lagi Chello menerima kotak makanan dari Jessi.     

Melihat perhatian Jessi yang berlebihan pada Chello membuat Armand sedikit kecewa dan cemburu.     

"Apa kalian sudah selesai makan? kalau belum selesai aku tunggu di luar." ucap Chello tidak ingin membuat kecurigaan di hati Armand atau Rangga.     

Sambil membawa tasnya Chello keluar dari baraknya.     

"Chello!" panggil Jessi saat tahu Chello keluar dari barak.     

"Ada apa lagi Jes?" tanya Chello berusaha tenang.     

"Dokter Kim hari ini akan ikut, saat ini Dokter Kim sudah berada di garis depan." ucap Jessi ingin selalu berbincang-bincang dengan Chello.     

"Ya...aku tahu, semalam Dokter Kim kirim pesan padaku." sahut Chello dengan nada biasa.     

"Nanti kamu jangan jauh-jauh dari aku ya Chell." ucap Jessi menatap penuh wajah Chello.     

Chello menoleh membalas tatapan Jessi.     

"Kenapa?" tanya Chello sedikit memicingkan matanya.     

"Sudah aku bilang dari awal aku mendapat tugas dari Dokter Kim untuk merawat kamu." ucap Jessi dengan serius.     

"Aku sudah tidak apa-apa, tidak perlu perawatan. Dan sekarang lebih baik kita fokus pada para tentara yang membutuhkan kita." ucap Chello sambil menatap pintu barak menunggu Rangga dan Armand.     

"Terserah apa kata kamu, yang jelas aku tidak akan jauh-jauh dari kamu karena itu sudah tugasku dari Dokter Kim." ucap Jessi seraya memakai kalung keanggotaannya.     

"Rangga, Armand!! cepat!! kita sudah terlambat." panggil Chello sedikit kesal dengan keras kepalanya Jessi.     

Mendengar teriakan Chello segera Rangga dan Armand keluar dari barak dengan tergesa-gesa.     

"Lama sekali kalian makan... kita harus berangkat pagi-pagi. Dokter Kim sudah menunggu kita di sana." ucap Chello dengan tatapan kesal.     

Tanpa membantah ucapan Chello segera Rangga dan Armand mengikuti Chello yang sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.     

Tiba di garis depan segera mereka berpencar untuk mencari para tentara yang mengalami luka tembak.     

"Chell! kamu mau kemana?" tanya Jessi saat melihat Chello berjalan ke barak kesehatan.     

"Melihat keadaan orang-orang yang terluka, kamu lebih baik membantu Rangga atau Armand." ucap Chello dengan nada tegas.     

Tanpa bisa membantah ucapan Chello sebagai ketua tim segera Jessi meninggalkan Chello dengan hati penuh kekecewaan.     

Chello menghela nafas panjang menatap kepergian Jessi.     

"Maafkan aku Jessi, bukannya aku ingin menghindari kamu. Tapi aku lakukan semua ini karena demi kebaikan kamu, agar perasaan kamu tidak semakin dalam padaku. Karena tidak mungkin lagi perasaanku terbagi pada wanita lain selain hanya pada Ayraa." ucap Chello dalam hati kemudian masuk ke dalam barak untuk menjalankan tugasnya rutin di pagi hari untuk memeriksa keadaan para tentara yang terluka.     

"Chello!! Chello!! teriak Rangga, Armand dan Jessi dari luar.     

Chello sangat terkejut, hampir saja jarum suntik Chello tidak tepat sasaran akibat teriakan teman-temannya.     

Dengan cepat Chello bangun dari duduknya setelah menyuntik salah satu pasien.     

"Chello!!!!" kembali Rangga memanggil nama Chello. Dan kali ini Chello berdiri terpaku saat melihat Rangga dan Armand sedang mengangkat tubuh seseorang yang sangat di kenalnya.     

" Dokter Kim!!" teriak Chello berlari mendekati Dokter Kim yang sudah di baringkan di atas brankar.     

Jessi menangis histeris di samping Dokter Kim tanpa melepas pegangan tangannya.     

"Dokter Kim kenapa? kenapa bisa tertembak?" tanya Chello dengan wajah memerah karena marah.     

"Dokter Kim berniat menolong tentara yang sedang terluka, tanpa melihat kalau musuh ada di sana yang masih menembak pada para tentara." ucap Rangga dengan dada terasa sesak karena terlalu tegang.     

"Tidak bisa di benarkan! kenapa mereka masih melepas tembakan!" teriak Chello sambil berusaha menghentikan pendarahan yang keluar dari perut Dokter Kim.     

"Mereka tidak salah, aku yang salah...telah masuk ke sana di saat perang masih berlangsung." Jelas Dokter Kim dengan nafas tersengal-sengal.     

"Dokter Kim, diam dulu ya...aku akan berusaha menghentikan pendarahan Dokter Kim setelah itu kita ke rumah sakit." ucap Chello memberikan suntikan agar pendarahan Dokter Kim tidak terlalu banyak.     

"Tidak perlu Chello, aku sudah tidak kuat lagi. Aku hanya ingin bicara denganmu juga Jessi." ucap Dokter Kim dengan suara yang tersendat-sendat.     

"Paman bicara apa? tidak!! kita harus ke rumah sakit sekarang. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Paman. Paman harus hidup!! ayo...Chell, kita bawa Paman sekarang ke rumah sakit." ucap Jessi menangis pilu sambil berdiri dari tempatnya untuk membawa Dokter Kim ke rumah sakit, namun tangan Dokter Kim menahannya.     

"Tidak Jessi, dengarkan Paman. Paman sudah tidak bisa bertahan lagi. Ada sesuatu yang ku inginkan dari kalian berdua kamu dan Chello. Aku mau bicara dengan kalian berdua saja." ucap Dokter Kim dengan nafasnya yang tinggal satu-satu.     

Rangga dan Armand saling pandang sangat mengerti arti tentang ucapan dokter Kim. Tanpa ada suara mereka berdua keluar meninggalkan barak.     

"Chello, bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk yang terakhir kalinya? aku ingin kamu menjaga Jessi dan menikahi Jessi di saat aku sudah tidak ada? Jessi sudah yatim piatu dan hanya aku yang di milikinya. Dan sekarang aku sudah tidak bisa menjaganya lagi. Aku percaya padamu Chello untuk bisa menjaga Jessi dengan baik. Aku percaya dengan kamu menikahi Jessi hidup Jessi akan bahagia." ucap dokter Kim dengan wajah yang sudah membiru.     

Chello mengangkat wajahnya dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Dokter Kim....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.